Pembicaraan dengan Profesor Rilley selesai lebih cepat dari yang dibayangkan oleh Talia. Sepanjang pembicaraan itu, Kyle juga tidak banyak berkata-kata. Ia hanya menjawab seperlunya. Talia bahkan lebih banyak bercerita tentang kronologi kejadian saat mereka pertama kali menukan Leo yang tergeletak bersimbah darah.
Setelah semua informasi yang dibutuhkan dirasa cukup, Talia dan Kyle pun akhirnya diperbolehkan untuk kembali ke asrama mereka. Hari sudah gelap ketika mereka keluar dari ruangan Profesor Rilley. Sang Dekan lantas menyuruh Pim Pruxen, faun penjaga Departemen Alkemis, untuk mengantar mereka berdua. Karena adanya penyerangan terhadap Leo siang tadi, kini semua siswa tidak diperkenankan keluar dari asrama setelah jam belajar selesai. Semua anak yang ingin keluar dari asrama atau pulang setelah lewat sore hari haruslah didampingi penyihir dewasa atau minimal faun penjaga sekolah.
Dan begitulah Kyle dan Talia kini harus berjalan bersama Fip yang sangat cerewet. Rata-rata faun yang dikenal oleh Talia di sekolah itu memang sangat cerewet. Meski ia baru mengenal dua orang faun sejauh ini, Pim dan seorang lagi adalah Shif Gnolxot, penjaga Departemen Enchanter, tempatnya belajar bersama Kyle.
"Apa kalian tahu kalau hewan buas itu, Dirlagraun, belum ditemukan sampai sekarang. Semua penghuni Departemen Alkimia ketakutan. Bahkan para siswa di asrama juga tidak berani tidur di kamar mereka sendirian. Itu jelas-jelas kesalahan para Penjinak Binatang Buas, kan. Aku sudah tahu kalau mereka seharusnya tidak membiarkan pemilik kekuatan berbahaya semacam itu untuk bersekolah di sini. Mereka seharusnya membangun tempat sendiri di tengah hutan yang jauh dari kota agar hewan-hewan buas itu tidak menyakiti orang lain," celoteh Pim panjang lebar.
Sisi positif dari kecerewetan seorang faun adalah, Talia jadi bisa mengorek lebih banyak informasi darinya.
"Bagaimaa mereka bisa tahu kalau luka-luka Leo berasal dari serangan Dirlagraun?" pancing Talia dengan pertanyaan remeh terlebih dahulu.
"Sudah jelas, Bahu dan kaki siswa itu robek karena gigitan, lalu tengkuknya terkena sengatan monster itu dari tentakelnya yang beracun. Beruntung Profesor Rilley adalah alkemis berbakat. Beliau segera memberikan potion penyembuh terbaik departemen kami untuk mengurangi efek racun dan menghindari infeksi dari bekas gigitan Dirlagraun," jelas Pim saat mereka menyeberangi lapangan luas yang berbatasan dengan danau asrama.
"Bagaimana cara dirlagraun itu masuk sampai ke gedung Departemen Alkimia?" tanya Talia lagi.
"Kalau dari yang kudengar, katanya ada yang sengaja memasukkan hewan buas itu sejak dini hari. Ada jejak cakaran tajam di gudang belakang gedung Departemen Alkemis. Bahkan saat pagi beberapa anak juga sempat mendengar suara geraman hewan buas meskipun tidak terlalu keras. Potion penenang di gudang itu juga banyak hilang. Kurasa Dirlagraun tersebut sempat dicekoki dengan ramuan penenang sebelum dilepas. Pantas saja dia mengamuk sampai melukai seorang siswa." Pim bercerita dengan penuh semangat."Sengaja memasukkan hewan buas ke Departemen Alkimia?" sergah Talia tak percaya. Tetapi siapa yang senekat itu melakukan hal tersebut? Dan dengan tujuan apa?
"Benar. Masalahnya sampai sekarang jejak Dirlagraun itu belum ditemukan lagi. Satu hal yang jelas, orang yang sengaha membawa hewan buas itu adalah seorang Beast Tamer," tutup Pim mengakhiri penjelasannya.
Talia masih ingin banyak bertanya. Sayangnya, mereka kini sudah berada di depan gedung asrama putri yang berdiri mewah berupa mansion megah dengan dinding bercat krem lembut.
"Nah, masuklah, Siswi. Pastikan kau tidak berkeliaran saat malam. Jam malam sudah diberlakukan mulai hari ini sampai Dirlagraun itu ditemukan," ucap Pim kemudian.
Talia mengangguk paham lantas melambai singkat pada faun itu, juga kepada Kyle yang sedari tadi tidak banyak bersuara. Talia merasa sikap Kyle benar-benar ganjil hari ini. Meski begitu ia menyimpulkan bahwa Kyle mungkin murung karena mengkhawatirkan kondisi Leo sahabatnya.Akhirnya, setelah melewati lorong-lorong berkarpet merah dan lampu gantung Kristal yang indah, Talia pun sampai di kamarnya yang berada di lantai tiga. Setelah selesai mengganti seragamnya yang terkena cipratan darah Leo, Talia pun merebahkan diri di tempat tidur.
"Kalau saja aku mencoba menyentuh Leo sebelum kejadian ini, mungkin Leo bisa selamat. Kuharap dia baik-baik saja," gumam Talia sedih.
Gadis itu lantas memikirkan sikap Kyle yang sudah gelisah sedari pagi. Apakah Kyle sudah tahu tentang insiden tersebut sebelumnya? Jangan-jangan Kyle juga memiliki kemampuan oracle sepertinya. Segala jenis kemungkinan melintas di benak Talia, tetapi sama sekali tidak menunjukkan jawaban apa pun. Akhirnya ia pun melewatkan makan malam dan justru tertidur lebih cepat.
***Talia terbangun di tengah hutan yang gelap. Ia tidak mengenali hutan itu, tetapi di kejauhan ia melihat gedung sekolahnya yang bercahaya. Talia mengasumsikan ia berada di hutan belakang sekolah, tempat Departemen Penjinak Binatang Buas menyimpan koleksi makhluk buas mereka. Hutan ini seharusnya dilindungi oleh sihir kuat yang membuat siapapun atau makhluk apa pun tidak bisa keluar masuk begitu saja. Mereka harus mendapat izin dari Profesor Ursula, Kepala Departemen Beast Tamer, untuk bisa mengakses hutan tersebut.
Talia segera menyadari bahwa ia kini sedang mengalami penglihatan masa depan. Maka tanpa ragu, gadis itu pun berjalan menyusuri hutan gelap yang mencekam itu. Suara burung hantu terdengar bersahut-sahutan. Sesekali ada suara geraman dan lolongan yang terdengar mengancam. Bau darah yang kental mewarnai udara di tempat itu. Talia berasumsi bahwa aroma itu berasal dari hewan-hewan kecil yang menjadi makanan para hewan buas tersebut. Sambil menutup hidung dan mulutnya, Talia pun melanjutkan penelusuran."Bagaimana bisa ada orang yang betah berada di tempat ini. Aku bersyukur tidak terlahir dengan bakat mengendalikan hewan buas," gumam Talia pada dirinya sendiri.
Saat tengah bersungut-sungut, mendadak langkahnya terhenti. Talia melihat seseorang tengah berdiri di dalam kegelapan sambil berhadapan dengan seekor puma hitam raksasa bertentakel, dirlagraun! Secara otomatis gadis itu lantas mengendap-endap dan mendekati orang mencurigakan tersebut. Namun kemudian ia sadar bahwa tengah berada dalam penglihatan masa depan, dimana tidak akan ada yang menyadari keberadaannya. Maka dengan percaya diri Talia pun mendekati orang itu.
Karena cahaya yang remang, Talia tidak bisa melihat dengan jelas. Satu hal yang bisa dia pastikan adalah sosok tersebut merupakan seorang pemuda dengan rambut keperakan, warna rambut yang mirip dengan Kyle. Talia mengernyitkan keningnya lalu berjalan lebih dekat untuk mengetahui wajah pemuda itu.
"Gurth ... dah-gore ... Serindë ... ," ucap pemuda itu dengan bahasa yang tidak dimengerti Talia.
Gadis itu sudah berjalan begitu dekat, tetapi wajah sang pemuda tertunduk menatap Dirlagraun yang tengah duduk di hadapannya. Talia benar-benar berusaha keras untuk mendapatkan sudut yang tepat hingga mendadak pemuda itu menengadah dan sekilas memperlihatkan sepasang mata abu-abu yang berkilat. Detik berikutnya Talia sudah kembali berada di kamarnya, terbangun dari tidur dengan begitu terkejut.
"Kyle ... ?" desahnya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sight of Future
FantasyNomor Peserta : 088 Tema yang diambil : Campus Universe Blurp Talia Ortega, siswi baru di Akademi Sihir Ramona, Kerajaan Barat, adalah seorang oracle dengan kemampuan melihat masa depan seseorang yang disentuhnya. Saat upacara penerimaan siswa baru...