Detik-detik penuh ketegangan berlangsung selama beberapa saat. Sang harimau raksasa itu pun segera melancarkan serangan. Ia menerkam ke arah Kyle dengan ganas, sementara Kyle sudah bersiap dengan sihir gelapnya. Pertarungan sengit pun terjadi di depan mata Talia.
Sembari menguatkan hati, Talia terus mengamati pertempuran tersebut. Ia juga bersiap untuk membantu Kyle di saat-saat genting. Akan tetapi sejauh ini Kyle masih berada di atas angin. Kekuatan gelapnya berhasil memiting harimau tersebut hingga sulit bergerak. Sang sabertooth tampak tercekik. Hewan buas itu meronta-ronta penuh amarah dan mencoba membebaskan diri.
Tidak diragukan lagi, kemampuan Kyle memang jauh di atas rata-rata. Saat tengah berusaha melepaskan diri, samar-samar Talia kembali mendengar suara keresak. Gadis itu segera berubah waspada sembari menoleh ke arah sumber suara di belakangnya.
Sayang, reflek Talia rupanya terlambat. Seekor sabertooth lain yang berbulu putih muncul dari semak-semak dan menerkamnya. Tanpa pertahanan yang tepat, gadis itu hanya bisa memekik kaget hingga tersungkur di atas tanah. Smoke, spirit apinya mencoba menghalangi, tetapi kekuatan sang sabertooth putih itu mampu menembus tubuh api Smoke.
Talia mencoba menghindar di detik-detik terakhir. Ia berhasil lepas dari terkaman. Namun, lengannya terluka parah akibat cakaran harimau raksasa yang menerkamnya tersebut. Talia berusaha bangkit berdiri sembari tertatih. Akan tetapi sang sabertooth tidak membiarkan mangsanya begitu saja. Hewan buas itu kembali menerkam, tetapi mendadak sebuah aura gelap menyelimuti tubuh harimau tersebut.
Talia kini menyadari ada yang ganjil. Energi gelap itu terasa berbeda. Lebih mengancam dan mengintimidasi. Dengan jantung berdebar, Talia mencoba melongok ke belakang punggung sang hewan buas. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Kyle yang kini sudah sepenuhnya dikendalikan oleh kekuatan gelapnya.
Seluruh tubuh pemuda itu dilingkupi aura hitam yang pekat. Kedua matanya pun turut berubah menjadi hitam sepenuhnya, tanpa bagian putih sama sekali. Kyle mengangkat dua tangannya, mengarahkan energi gelapnya untuk mencengkeram kedua hewan raksasa itu. Kedua sabertooth tersebut kini sudah benar-benar tercekik. Mereka tergolek lunglai di udara tanpa bergerak sedikit pun.
Detik berikutnya, Kyle meremas jemari-jemari tangannya. Seketika kedua tubuh sabertooth tersebut langsung hancur oleh kekuatan gelap. Darah terciprat ke segala arah hingga mengenai tubuh Talia. Gadis itu hanya bisa berdiri kaku menyaksikan sahabatnya berubah menjadi sosok yang bukan dirinya.
Bahkan setelah membunuh dua hewan buas raksasa itu, Kyle masih belum mendapatkan kesadarannya. Pemuda itu lantas menemukan Talia yang berdiri gemetaran di hadapannya. Mata nyalang Kyle menatap Talia dengan begitu bengis. Secara perlahan, pemuda itu berjalan mendekat, lantas mengangkat satu tangannya ke arah Talia.
Aura hitam merambat dari bawah kaki Talia dan segera memiting tubuh gadis itu hingga terangkat ke udara. Tubuh Talia tercekat, hingga lehernya pun tercengkeram begitu kuat.
“Kyle! Sadarlah! Ini aku! Talia!” seru gadis itu sembari terbatuk-batuk.
Ia meronta-ronta, berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman aura gelap itu justru semakin kuat. Smoke pun berusaha menolong Talia. Burung api tersebut terbang menukik untuk menyerang Kyle. Akan tetapi Kyle menepis serangan tersebut dengan aura gelapnya yang melimpah. Smoke terus berusaha menyemburkan api ke arah Kyle. Akan tetapi pemuda tersebut selalu berhasil menangkal serangan itu.
Hingga pada satu titik, Smoke pun berhasil ditenggelamkan dalam kekuatan gelap Kyle yang tak kenal ampun.
“Kyle … ,” rintih Talia nyaris kehabisan napas. “Tolong … lepaskan.”
Sahabatnya itu seperti tidak mendengar kata-kata Talia. Masih dengan ekspresi dinginnya, Kyle terus berusaha mengeratkan cengkeraman kekuatan gelap di seluruh tubuh Talia. Kesadaran gadis itu sudah berada di ambang batas. Kyle mungkin benar-benar akan membunuhnya tanpa sadar.
Di saat Talia sudah nyaris kehilangan harapan, mendadak belasan ekor hewan buas aneka rupa menggelandang masuk ke area tarung tersebut. Hewan-hewan itu, termasuk di antaranya salamander api, direwolf dan bermacam-macam hewan buas raksasa lainnya, menyergap Kyle secara bersamaan.
Serangan mendadak itu membuyarkan konsentrasi Kyle terhadap Talia. Aura gelap yang mencengkeram gadis itu pun melonggar dan terlepas begitu saja. Talia meluncur jatuh dari udara. Ia sudah bersiap akan benturan keras ketika tubuhnya mencium tanah, tetapi alih-alih bebatuan keras, tubuh Talia justru mendarat di sebuah pelukan yang aman.
Talia membuka matanya perlahan-lahan, mengembalikan kesadarannya yang nyaris hilang. Ludwig kini telah membopong tubuhnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Gadis itu mengerjap beberapa kali sembari mengatur napasnya yang sudah putus-putus.
“Lud … wig … ,” gumamnya pelan.
“Kekacauan apa yang kau buat kali ini? Kalau saja pterotosku tidak sedang berada di sini dan melapor padaku, kau mungkin sudah mati sekarang,” sahut Ludwig sembari mendudukkan Talia di atas tanah yang aman.
Di hadpaan mereka, kini Kyle sedang berjuang untuk menghadapi selusin hewan buas yang menyerangnya secara bersamaan.
“Butuh waktu untuk mengembalikan kesadaran anak itu. Hewan-hewan malangku akan banyak mati setelah ini,” ujar Ludwig sembari menatap ke arah medan pertempuran.
“Bagaimana … kau bisa ke sini?” tanya Talia sembari mengusap lehernya yang terasa nyeri. Tulangnya mungkin bisa remuk kalau Kyle terus menggunakan kekuatan gelap itu lebih lama.
“Kau pikir bagaimana? Aku juga sedang berada di dekat sini untuk mengurus hewan-hewan itu. Apa kau sengaja membuatnya seperti itu?” Ludwig balas bertanya, merujuk pada Kyle yang sudah hilang kesadaran.
“Aku … hanya ingin membuat Kyle bisa belajar mengendalikan kekuatannya,” rintih Talia menjawab.
Kyle menghela napas dengan gusar. “Bukan seperti ini caranya. Sudah kubilang dia berbahaya. Saat tenggelam dalam kegelapan, ia tidak akan bisa membedakan kawan atau lawan. Semua makhluk hidup di hadapannya akan dilibas dan kau–.”
Belum selesai Ludwig bicara, mendadak aura hitam yang sangat kuat sudah mencekik leher pemuda itu. Ludwig langsung tercekat, kehabisan napas.
“Ludwig!” pekik Talia panik.
Gadis itu lantas mencoba melepaskan aura hitam yang mulai menyelubungi tubuh Ludwig. Namun usahanya sia-sia. Energi tersebut tidak bisa disentuh oleh orang lain, selain sang pemilik kekuatan. Talia hanya seperti menggapai-gapai udara kosong.
“Hentikan … kabur … cepat pergi … ,” desah Ludwig di tengah-tengah rasa sakitnya tercekik oleh aura hitam.
Meski begitu Talia tetap bersikeras. Ia tidak bisa meninggalkan Ludwig dalam keadaan seperti itu. Talia segera menoleh ke arah Kyle. Semua hewan buas yang menyerangnya sudah berhasil ditumbangkan. Gadis itu akhirnya menyadari betapa ganasnya kekuatan Kyle.
“Kyle! Berhenti! Sadarlah! Ini aku, Talia!” seru Talia sembari berlari menyongsong ke arah Kyle.
Ludwig berusaha mencegah gadis itu pergi. Tangannya mencoba menggapai-gapai tetapi Talia dengan keras kepala tetap berusaha untuk menghadapi Kyle seorang diri.
“Ber … hen … ti,” desah Ludwig tanpa daya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sight of Future
FantasyNomor Peserta : 088 Tema yang diambil : Campus Universe Blurp Talia Ortega, siswi baru di Akademi Sihir Ramona, Kerajaan Barat, adalah seorang oracle dengan kemampuan melihat masa depan seseorang yang disentuhnya. Saat upacara penerimaan siswa baru...