6. Gosip

48 17 0
                                    

Belum sampai di kelasnya, mendadak tubuh Talia menabrak seseorang di persimpangan. Talia jatuh tersungkur hingga pantatnya menyentuh lantai. Sambil mengusap wajahnya yang terbentur keras tubuh orang lain, Talia pun mendongak untuk melihat siapa yang telah menabraknya.

"Dari mana kau?" Suara dingin yang tidak asing terdengar dari mulut pemuda yang menubruknya: Kyle.

"Kyle? Kenapa kau ada di sini?" tanya Talia sembari bangkit berdiri dan mengusap pantatnya yang berdenyut nyeri.

"Aku mau ke toilet," jawab Kyle pendek.

"Bukankah toilet tidak berada di arah sini? Ini arah ke ruang makan," timpal Talia bingung.

Kyle berdehem ringan menanggapi. "Itu tidak penting sekarnag. Apa yang kau lakukan di tempat ini. Pelajaran sudah mulai sejak lima belas menit yang lalu."

"Jadi kau mencariku, Kyle?" tanya Talia usil. Gadis itu mengangkat alisnya sambil tersenyum menggoda Kyle.

"Aku tidak melakukannya. Untuk apa aku mencarimu. Terserah kau saja mau melakukan apa," sahut Kyle tetap dingin. Pemuda itu pun lantas berjalan pergi meninggalkan Talia.

Talia mengikutinya dengan wajah merengut. Ternyata keisengannya tidak mempan digunakan pada teman sebangkunya itu.

"Aku tadi bertemu dengan kakak tingkat kita. Susan Muela. Katanya dia dari surat kabar akademi," terang Talia apa adanya.

Kyle mendengkus pelan mendengar penjelasan Talia. "Kuduga kau sudah menceritakan semuanya tanpa disaring. Muela adalah seorangenchanter dengan bakat manipulasi. Dia bisa menghipnotis orang lain untuk melakukan apa pun yang dia inginkan atau mendapat informasi paling tersembunyi," komentar pemuda itu.

Talia tersentak kaget. Jadi karena itulah ia merasa begitu ringan saat berbicara pada Susan. Talia sampai menurunkan kewaspadaannya sama sekali dan berbicara tanpa rasa takut.

"Benar-benar kekuatan yang mengerikan. Apakah aku akan mendapat masalah setelah ini?" tanya Talia khawatir.

"Entahlah. Kau harus menunggu setidaknya surat kabar mereka terbit. Baru setelah itu kita lihat apakah kepala sekolah memanggilmu atau tidak," timpal Kyle sarkastik.

Talia mengikuti Kyle sambil merengut tidak puas. Ia bahkan tidak sempat menanyakan perihal kakak tirinya yang kemungkinan besar adalah dalang dibalik penyerangan Leo. Keduanya sampai di kelas bersamaan dan seperti yang sudah diduga Talia, Profesor Liana yang mengajar pagi itu segera menghukumnya karena terlambat. Ilena terpaksa menghabiskan jam pelajaran pertamanya dengan melakukan sihir pengubah bentuk berulang-ulang sendirian di pojok kelas.

Jam makan siang pun tiba. Alih-alih ke kantin, Talia dan Kyle justru meluncur ke ruang kesehatan untuk menemui Leo. Sayangnya Leo ternyata sudah dibawa pulang oleh keluarganya. Tampaknya luka di tubuh pemuda itu cukup parah dan membuat keluarganya sangat cemas. Talia pun berinisiatif untuk mengajak Kyle ke ruang makan.

Akan tetapi suasana hati Kyle sepertinya sudah terlanjur buruk. Dengan kasar Kyle menghardik Talia dan menyuruhnya pergi sendiri. Hari itu akhirnya Talia memutuskan untuk mengalah. Mungkin Kyle memang sedang butuh waktu untuk sendiri. Ia pun pergi ke ruang makan tanpa Kyle.

Sepanjang hari-harinya bersekolah di Akademi, tidak banyak anak yang dikenalnya. Selain karena Talia selalu menempel pada Kyle yang menakutkan, ia juga tidak punya kenalan lain di sekolah itu. Tidak seperti bangsawan lainnya, keluarga Talia tidak terlalu punya pamor di kalangan sosial. Karena itu Talia juga jarang bertemu dengan nona bangsawan lain di kerajaan.

Sejak ibunya meninggal Talia semakin banyak mengurung diri di rumah untuk belajar sihir secara diam-diam atau bermain dengan Shopie, pelayan pribadinya. Karena itu, pada kesempatan ini, dimana ia tidak sedang bersama Kyle, dimanfaatkan Talia untuk berkenalan dengan anak-anak lain.

"Halo. Boleh duduk di sini?" tanya Talia mendekati serombongan anak perempuan sekelasnya yang duduk di ujung meja makan.

Para gadis itu menatap Talia kebingungan. Mereka saling menyikut satu sama lain seolah menyuruh temannya untuk segera menjawab.

"O, oh ... tentu saja. Silakan," jawab salah satu anak berambut pirang.

"Terima kasih, Clara," jawab Talia yang sudah mengetahui nama anak-anak itu.

Ia pun kemudian duduk bersama mereka. Tak lama kemudian seorang peri pelayan melayang menghampirinya dan menyajikan sepiring steik daging sapi yang tampak lezat.

"Bukankah kau selalu bersama Kyle?" tanya seorang anak lain yang berambut gelap.

"Ah, dia sedang tidak enak badan. Jadi harus ke ruang kesehatan," jawab Talia asal.

Para gadis itu mengangguk-angguk paham.

"Namaku Tina, dia Clara dan Misa. Mungkin kau sudah tahu nama kami, Talia. Tapi ada baiknya kita berkenalan secara resmi," lanjut gadis berambut hitam itu.

Talia tersenyum senang. "Senang berkenalan dengan kalian, semoga kita bisa berteman setelah ini," ujarnya tulus. Inilah kehidupan sekolah yang didambakan Talia. Kalau saja dia tidak punya misi untuk mencegah Kyle menjadi penjahat masa depan, mungkin Talia sudah memiliki banyak teman sekarang.

"Ngomong-ngomong, apa kau memang sudah mengenal Kyle sejak lama?" tanya Tina penasaran.

Talia menggeleng singkat. "Aku baru bertemu dengannya di akademi," jawabnya sambil mengiris daging steiknya.

Tiga orang teman baru Talia segera berpandangan dengan takjub. Mereka pun duduk semakin merapat pada Talia dengan tatapan ingin tahu yang lebih kuat.

"Memangnya kau tidak takut padanya? Setahuku keluarga Gothe punya reputasi yang sedikit ... ," kata Clara sambil bergidik.

"Yang jelas keluarga itu memang sangat berbahaya. Bahkan gosipnya, pihak kerajaan tidak pernah bisa menentang Duke Gothe. Kekuatan dan kekuasaan keluarga Gothe tidak tergoyahkan di kekaisaran," timpal Misa menambahi.

"Benarkah? Aku tidak pernah tahu tentang itu," sahut Talia apa adanya.

"Apa? Kau tidak tahu? Kemana saja selama ini? Sampai sekarang tidak ada anak yang berani dekat-dekat dengan mereka. Meskipun punya wajah yang rupawan tapi kekejaman keluarga itu sudah sangat terkenal. Kakak tiri Kyle juga bersekolah di sini. Dia ada di Departemen Beast Tamer, tingkat tiga," sambar Tina berapi-api.

"Dan gosipnya, Ludwig Gothe yang sudah melepaskan monster buas itu ke Departemen Alkemis. Aku sudah membaca beritanya di surat kabar akademi. Bukankah itu mengerikan? Katanya Ludwig sengaja melukai teman dekat adik tirinya karena perebutan pewaris keluarga Gothe," tandas Clara.

"Apa?" tanya Talia tak percaya.

Informasi ini benar-benar baru. Ada gunanya ia bergaul dengan anak-anak lain. Selama ini Talia merasa seperti katak dalam tempurung. Tidak pernah tahu tentang gosip-gosip di akademi. Apa gunanya punya kemampuan melihat masa depan kalau gosip terkini saja dia ketinggalan? Anak-anak lain justru sudah mengetahuinya lebih dulu.

"Bisakah kalian ceritakan tentang keluarga Gothe?" tanya Talia yang memutuskan untuk merunut sejarah hidup Kyle. Siapa tahu itu bisa jadi petunjuk mengenai penyebab teman sebangkunya itu menjadi penjahat di masa depan.

"Semua orang tahu tentang mereka, Talia. Aku justru terkejut karena kau tidak tahu apa-apa? Jadi selama ini kenapa kau mendekati Kyle dengan begitu keras kepala?" tanya Misa penasaran.

"Ah ... itu ... kurasa karena kami duduk sebangku," kilah Talia.

Ketiga teman barunya segera meledak tertawa.

"Astaga alasan bodoh macam apa itu. Baiklah, agar kau tidak tersesat lebih jauh, kami akan memberi tahu segala hal yang kau butuhkan tentang Kyle Gothe. Dengarkan baik-baik," ucap Clara kemudian.

Sight of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang