15. Berita

35 8 0
                                    

“Jadi kau dekat berteman dengan putra kedua Duke Gothe, lalu kakak tirinya tidak suka kalau adiknya punya pendukung bangsawan?” tanya Count Ortega merangkum seluruh penjelasan putrinya dalam satu kalimat.

Talia mengangguk mantap. Sia-sia ia menceritakan panjang lebar, karena ternyata penjelasan akan situasi tersebut bisa disingkat dalam satu kalimat saja.

“Reputasi Duke Gothe memang tidak main-main. Berurusan dengan keluarga mereka mungkin akan sedikit beresiko. Meski begitu, apa kau tetap mau menghadapinya?” tanya sang ayah kemudian.

Sekali lagi Talia mengangguk. “Aku ingin menjadi seorang penyihir, Ayah,” jawab gadis itu tanpa ragu-ragu.

Count Ortega menarik tampak menghela napas dengan berat. “Aku mungkin bukan ayah yang baik, Talia. Tapi kalau aku tidak bisa mewujudkan permintaan putriku, itu artinya aku gagal menjadi seorang ayah. Baiklah. Aku akan membicarakannya dengan pihak sekolah agar kau tetap bisa melanjutkan pembelajaranmu di Akademi. Sebagai gantinya, kau harus rutin mengirim pesan pada Ayah. Aku akan selalu membacanya meski kadang tidak sempat membalas,” ujar sang count sembari tersenyum hangat.

Talia turut tersenyum lega. Saking senangnya, tanpa sadar Talia langsung memeluk ayahnya begitu saja. Ternyata sang ayah berada di pihaknya. Semua kekhawatiran Talia sirna begitu saja dan hatinya kini menjadi lebih tenang.

“Terima kasih, Ayah. Aku berjanji akan selalu mengirim surat secara rutin pada Ayah!” seru Talia girang.

“Baiklah, Ayah akan menunggu suratmu,” ujar Count Ortega tulus.

Talia pun melepaskan pelukannya dan kini wajahnya sudah basah karena air mata haru. Ia tak percaya kalau barusan ia memeluk ayahnya. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bicara seakrab ini.

“Aku pernah beberapa kali bertemu dengan Duke Gothe saat berada di ibu kota. Menurut kesanku, dia sebenarnya bukanlah orang yang licik. Meski sangat kuat dan berbahaya, tapi Duke Gothe selalu bekerja dengan jujur dan tidak pernah menginginkan sesuatu yang bukan miliknya.

“Mungkin putra pertama beliau memiliki sifat seperti ibunya, Duchess Gothe, istri sah Duke Gothe. Duchess berasal dari keluarga Bellea yang terkenal serakah dan tamak. Mereka menikah secara politik dan hanya memiliki satu putra. Sementara itu wanita yang sebenarnya dicintai oleh Duke Gothe justru hanya orang biasa yang sudah menjadi kekasihnya saat ia berperang melawan monster. Pada akhirnya perempuan itu hanya bisa menjadi selir lalu meninggal setelah melahirkan putra kedua sang Duke,” terang ayahnya mengenai situasi keluarga Duke Gothe.

Talia menyimak penjelasan ayahnya dengan seksama, seolah materi tersebut sangat penting baginya. Tentu saja informasi itu penting. Sekarang ia semakin bisa memahami posisi Kyle di keluarga Gothe, dan kenapa Ludwig sangat membenci adik tirinya. Mungkin ayah mereka, Duke Gothe, memang lebih menyayangi Kyle daripada Ludwig, karena Kyle adalah putra dari wanita yang dicintainya.

“Karena itu, tetaplah berhati-hati pada keturunan keluarga Gothe. Aku akan meninggalkan ini untuk berjaga-jaga. Ini adalah benda yang baru-baru ini kukembangkan,” ujar Count Ortega sembari mengeluarkan sebuah kalung dengan dua liontin Kristal berwarna merah dan biru.

Talia menerima uluran kalung dari ayahnya dan mengamati benda itu selama beberapa saat.

“Kristal berwarna biru bisa membuat tubuhmu menghilang, sementara yang berwarna merah akan membuatmu berteleportasi langsung ke mansion kita di Ortega. Cara menggunakannya cukup mudah. Kau hanya perlu menggenggam Kristal ini dan mengalirkan energi sihirmu ke sana. Kristal itu akan bereaksi sesuai fungsinya masing-masing. Gunakan ini saat kau berada dalam bahaya,” terang ayahnya kemudian.

“Kristal merah ini, bukankah hasil penelitian ayah selama bertahun-tahun? Apa aku pantas menerimanya?” tanya Talia yang mengetahui bagaimana ayahnya yang seorang alkemis sejak dulu bereksperimen dengan penelitian tentang Kristal teleportasi.

Kristal tersebut lahir dari penyesalan Count Ortega yang telah meninggalkan istrinya saat sedang sakit keras. Count Ortega sedang berada di ibu kota untuk mencari dokter terbaik saat istrinya akhirnya tiada. Seandainya ada alat untuk berteleportasi dengan cepat, mungkin ibu Talia bisa diselamatkan.

“Dulu aku membuatnya untuk ibumu. Tapi sekarang aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Kristal ini belum diproduksi secara masal karena aku memang belum melaporkannya pada pihak kerajaan. Meski begitu, benda ini aman digunakan. Gunakan saat kau benar-benar berada di situasi sangat mendesak saja.”

“Baiklah, Ayah. Terima kasih,” ucap Talia penuh syukur.

Pertemuan mereka berdua pun akhirnya harus berakhir. Count Ortega menyuruh Talia untuk tetap beristirahat saja hari itu sementara ia akan berbicara dengan para profesor kepala. Talia mempercayai kemampuan diplomasi ayahnya karena beliau sendiri adalah salah seorang penasehat kerajaan. Para profesor mungkin akan mengalah kalau Count Ortega sendiri yang meminta putrinya agar tetap bersekolah di Akademi.

Talia mendesah lega. Ia kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil mengamati dua liontin Kristal dari ayahnya. Kristal menghilang ini juga merupakan hasil temuan Count Ortega. Benda kecil ini sudah diproduksi dan dijual oleh kerajaan dengan harga yang sangat mahal. Hanya beberapa keluarga kaya yang memilikinya. Talia berpikir untuk menggunakan benda ini sebaik mungkin. Di masa depan, Ludwig mungkin akan mencoba mengganggunya lagi dan karena itu, ia harus mencari kesempatan melihat masa depan dengan menyentuh pemuda tersebut. Itu memang pikiran yang terlalu berani. Akan tetapi Talia memang harus melakukannya kalau tidak ingin terbunuh.

Lewat tengah hari, tidak ada lagi yang datang membesuk Talia. Hanya sang petugas kesehatan yang muncul membawakan makan siang. Talia menghabiskan makanannya, lalu bersiap kembali ke asrama. Namun, baru saja ia selesai mengganti baju pasiennya, mendadak biliknya diserbu oleh anak-anak perempuan kelasnya yang baru pulangs sekolah. Ada Misa, Tina dan Clara. Tiga anak perempuan penggosip di angkatannya.

“Bagaimana keadaanmu, Talia. Maaf karena kami baru bisa datang sekarang. Mereka melarang kami masuk saat jam makan siang. Tapi setelah Profesor Li mengumumkan kalau kau baik-baik saja, kami langsung meluncur kemari begitu jam pelajaran terakhir selesai,” oceh Clara sambil meraih tangan Talia.

“Terima kasih atas perhatian kalian. Profesor Li benar. aku baik-baik saja. Sekarang pun aku sudah mau kembali ke asrama,” kata Talia tersenyum ramah.

“Kalau begitu kita bisa berjalan bersama. Sangat berbahaya sekarang kalau kau bepergian sendirian di area Akademi. Kau tahu, gosipnya seseorang sedang mengincarmu, Talia,” ujar Tina dengan suara rendah yang menandakan bahwa mereka sudah siap untuk mulai menebar gosip-gosip terhangat.

“Oh, ya?” tanya Talia penasaran. “Bagaimana kalian bisa tahu … ? Maksudku, kenapa bisa ada gosip seperti itu?”

“Ini bermula dari berita yang disebarkan melalui Surat Kabar Akademi. Kabarnya penyerangan Dirlagraun itu memang sudah direncanakan. Ada seseorang di balik itu dan dia juga adalah murid akademi ini. Seorang anak dari DepartemenBeast Tamer, kakak tiri Kyle, Ludwig Gothe,” kata Misa dengan suara pelan.

Talia mendengkus tak percaya. “Bukankah itu tindakan yang terlalu berani? Menyebut nama keluarga Gothe di surat kabar akademi?”

“Tentu saja aku tidak menyebutkan nama tersangkanya secara terang-terangan, Ortega. Orang-orang saja yang mengarah ke pemikiran tersebut,” ujar sebuah suara dari balik pintu.

Sontak keempat anak perempuan itu pun terlonjak kaget. Ternyata Susan Muela sudah berdiri di ambang pintu sambil tersenyum ramah.

“Maaf karena aku juga baru bisa ke sini. Bisakah aku berbicara dengan korban sebagai narasumber berita?” tanya Susan kemudian. 

Sight of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang