Setelah berhasil menguasai spirit air, Talia kini tidak lagi berambisi untuk menguasai empat spirit lainnya. Ia merasa tidak punya alasan lagi menjadi lebih kuat sejak peristiwa di hutan kemarin. Memangya orang gila mana yang akan berusaha membunuh anak yang telah dia selamatkan sampai mempertaruhkan nyawanya.
Tak bisa dipungkiri bahwa kini pandangan Talia terhadap Kyle sudah sedikit berubah. Sekalipun mereka tidak pernah bersikap akrab di depan publik, tetapi Talia beberapa kali tertangkap basah oleh Kyle, sedang memperhatikan Ludwig.
“Kau benar-benar menjadi aneh sejak peristiwa itu,” keluh Kyle saat mereka hanya makan siang berdua.
Susan sedang ada pertemuan dengan klub surat kabarnya, sementara Leo sibuk membuat alat baru di ruang rahasia. Tidak ada yang boleh mengganggu, begitu katanya. Sejak terkena serangan Dirlagraun, Leo menjadi sedikit terobsesi untuk membuat benda-benda aneh yang dia bilang berguna sebagai perlindungan. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa menghentikan Leo.
“Dia menyelamatkanku dari kematian, Kyle. Bagaimana mungkin aku tidak merasa berhutang budi padanya,” tandas Talia serius.
“Kau selalu mengungkit-ungkit hal itu,” gerutu Kyle sembari mengaduk supnya dengan kesal.
“Karena menurutku perbuatan tersebut sangatlah penting, Kyle. Apa kau bisa membenci orang yang telah menyelamatkanmu dari maut?” bujuk Talia sabar.
Kyle menarik napas panjang lantas menatap Talia lekat-lekat. “Bagaimana kalau dia memang sudah merencanakan semuanya sejak awal? Kau tidak pernah tahu, kan?” desisnya penuh kecurigaan.
“Meskipun aku tidak terlalu yakin dengan teorimu, aku tetap merasa berhutang budi sekalipun Ludwig memang sengaja melakukannya. Aku melihatnya terbakar dengan mata kepalaku sendiri. Dan berkat itu aku bisa memanggil Undine. Dia melakukan dua hal yang mustahil kuhadapi sendiri. Bukan berarti aku membenarkan perbuatannya sebelum ini. Tapi tetap saja aku merasa harus membalas budi padanya,” ucap Talia sembari melempar pandangannya ke meja seberang, tempat para anak Beast Tamer makan.
Seperti biasa, Ludwig sedang makan malam bersama teman-teman kelompoknya. Namun tiba-tiba pemuda itu menoleh ke arah Talia seolah menyadari bahwa gadis itu tengah menatapnya. Selama beberapa detik pandangan mereka bertemu dan Ludwig sekilas tampak tersenyum simpul. Talia buru-buru melempar pandangannya ke arah daging asap yang ada di depannya. Ia masih tidak nyaman dengan senyuman Ludwig yang lebih menyerupai seringai itu.
Kyle sementara itu hanya bisa mendesah muram. “Kalau aku yang menyelamatkan nyawamu, apa kau juga akan menjadi sepeduli itu padaku?” tanya pemuda itu kemudian.
Sontak Talia kembali mengingat memori masa lalunya. Kyle tenggelam dalam kekuatan gelapnya dan justru menghancurkan seluruh kerajaan gara-gara ia terluka. Kenangan itu membuat Talia bergidik. Begitu banyak misteri dalam keluarga Gothe, dan entah bagaimana ia justru terseret ke dalam pusaran tersebut.
“Mulai sekarang aku akan memastikan diriku tidak terluka lagi, Kyle,” ucap Talia berjanji. Sepertinya itu satu-satunya cara untuk bisa menjaga Kyle dari kemungkinan menjadi jahat.
“Apa itu artinya kau menolak bantuanku?”
“Bukan begitu. Sudahlah. Sebaiknya kita membahas hal lain. Topik ini membuatku pusing. Aku akan berhenti membicarakan kakakmu mulai sekarang. Jadi jangan terlalu sensitive lagi tentangnya,” sahut Talia serius.
Kyle terlihat tidak puas. Namun Talia menunjukkan dengan jelas bahwa ia tidak ingin dibantah. Karena itu Kyle pun diam saja.
“Kau sendiri, apa yang kau lakukan dengan senior penyihirmu di perkumpulan. Kalian juga pasti melakukan sesuatu, kan?” tanya gadis itu mengalihkan topik.
Kyle mendesah pelan. “Tidak banyak. Dia membawaku ke perkumpulan semata-mata karena aku yang memintanya. Aku penasaran karena Ludwig juga terlibat dengan perkumpulan tersebut,” ujar Kyle terus terang.
“Wow, kau sudah tahu siapa saja anggota perkumpulan sejak awal?”
“Aku hanya menduga-duga. Ayah dan Ludwig sering membicarakan tentang perkumpulan itu saat di rumah. Jadi sedikit banyak aku tahu,” ungkap Kyle.
“Jadi siapa orang itu?” tanya Talia penasaran.
“Deana Riel,” jawab Kyle singkat.
Talia langsung ingat pertemuannya dengan gadis tersebut. Deana Riel adalah siswi tingkat tiga yang pernah ia temui di kehidupan sebelumnya. Waktu itu ia menyuruh Talia dan Kyle untuk masuk ke ruangan Profesor Rilley setelah terjadi serangan Dirlagraun pada Leo.
“Ternyata dia. Deana adalah penyihir angin yang menonjol di Departemen kita. Pantas saja dia menjadi ketua perkumpulan generasi ini,” komentar Talia kemudian.
“Setelah acara pelantikan anggota itu, kami jarang bertemu lagi. Toh dia juga tahu kalau aku tidak perlu mendapat pelajaran tambahan. Dia juga sepertinya tidak berminat berurusan denganku,” kata Kyle. “Justru aku tidak menyangka kalau Ludwig akan membawamu,” lanjut pemuda itu muram.
“Kau pikir aku tidak heran,” sahut Talia sarkastik.
“Aku sudah menjelaskan bagianku. Sekarang giliranmu. Jadi apa yang selama ini kau lihat dari masa depanku. Aku tahu kau selalu berusaha menyembunyikannya. Apa itu buruk?” todong Kyle kemudian.
Talia tercekat, tidak menyangka kalau Kyle akan mengajukan pertanyaan tersebut. Ia sekarang sudah tidak bisa melihat masa depan lagi. Karena itu ia tidak tahu apakah masa depan Kyle juga akan berubah. Meski begitu, mungkin tidak ada salahnya kalau Talia memberi tahu Kyle sekarang. Maka sembari mengumpulkan keyakinan, Talia pun mulai bercerita tentang semua yang pernah dilihatnya dari masa depan Kyle.
Kyle mendengarkan dengan seksama hingga Talia selesai bercerita. Pemuda itu pun lantas tercenung sejenak. “Kekuatanku memang berbahaya,” komentarnya mengakui.
“Sejujurnya kekuatan gelap ini memakanku dari dalam. Setiap kali aku merasakan emosi yang berlebihan, dia akan menguasai tubuhku dan berbuat sesuka hati. Karena itu aku tidak boleh merasakan emosi apa pun. Baik itu senang, sedih atau bahkan cinta,” ungkap Kyle muram.
“Apa tidak ada cara untuk menghentikannya?” tanya Talia simpatik.
Kyle menggeleng pelan.”Ludwig mulai menggangguku setelah aku pertama kali mengeluarkan kekuatan gelap itu, saat aku berusia enam tahun. Waktu itu ibuku meninggal dan aku mulai dikuasai kegelapan. Ayahku berhasil menenagkanku karena ia juga memiliki elemen serupa. Akan tetapi, jika aku tidak berhasil menanganinya sendiri, suatu saat kegelapan itu benar-benar memangsaku hingga seluruh kesadaranku runtuh.”
Talia kembali tercekat. Apakah itu artinya masa depan Kyle memang tidak bisa diubah sama sekali? Bahkan tanpa adanya Talia sekalipun, Kyle mungkin tetap akan tenggelam dalam kegelapan dan menjadi jahat. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Ludwig tentang adik tirinya itu.
Dia orang yang berbahaya. Kalimat Ludwig itu menggema dalam kepala Talia. Entah kenapa ia merasa ucapan Ludwig tersebut menyiratkan jawaban atas ketegangan dua bersaudara itu selama ini.
“Kyle … apa kau memang tidak pernah akrab dengan kakakmu?” tanya Talia yang mendadak ingin memastikan sesuatu.
Kyle menarik napas panjang lantas menatap nanar ke arah lampu gantung di langit-langit ruang makan. “Dulunya kami seperti kakak adik yang normal. Orang itu pernah menjadi kakak yang sangat baik untukku. Setidaknya sebelum aku mengeluarkan kekuatan gelap,” terangnya setengah menerawang. “Ngomong-ngomong, kenapa kau bertanya seperti itu?”
Talia menggeleng cepat. “Bukan apa-apa. Aku hanya … menemukan hal yang menarik,” ujarnya sembari melirik Ludwig sekali lagi. Rasa-rasanya ia sudah mendapatkan benang merah untuk masalah pelik dalam keluarga Gothe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sight of Future
FantasyNomor Peserta : 088 Tema yang diambil : Campus Universe Blurp Talia Ortega, siswi baru di Akademi Sihir Ramona, Kerajaan Barat, adalah seorang oracle dengan kemampuan melihat masa depan seseorang yang disentuhnya. Saat upacara penerimaan siswa baru...