Jam pulang sekolah sudah tiba. Waktu bagi semua murid untuk pulang kerumahnya masing-masing. Begitu pun dengan Zio dan Axel.
Sedari tadi Zio terus diam tak menghiraukan Axel yang duduk disampingnya. Sama halnya Axel yang juga cuek pada Zio.
Sama seperti tadi pagi dan hari-hari lain, Zio selalu berjalan kaki untuk berangkat juga pulang sekolah. Entah mental Zio terbuat dari apa hingga ia bisa kuat menghadapi kerasnya hidup yang bertolak belakang dengan sekitarnya.
Zio berjalan selangkah demi selangkah di sore hari yang damai sambil memeluk perutnya yang tadi ditendang oleh Axel sewaktu di toilet sekolah.
"Ssh.. sakit" ringis Zio yang mendadak merasa perutnya seakan di tusuk.
Zio tak memperdulikan rasa sakitnya dan terus berjalan menuju rumahnya yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari sekolah.
Sesampainya di rumah, Zio langsung masuk kedalam dan merebahkan tubuhnya diatas kasur kamarnya.
"Haaah..." Zio menghela nafas panjangnya sambil menatap langit-langit kamarnya mengingat kejadian yang terjadi padanya di sekolah tadi.
"Gue suka sama lo xel.. tapi gue juga benci sama lo" gumam pelan Zio.
Tes
Zio perlahan menutup matanya dan air bening mengalir dari sudut matanya. Sebegitu sakit ia harus menerima kenyataan yang ada pada dirinya.
"ZIO!!!" teriak seorang wanita yang memanggil Zio.
Zio dengan cepat bangkit dan menghapus air matanya kemudian segera keluar kamar menemui bibinya yang memanggilnya.
"Lo belum masak?! mau males-malesan lo hah!!" teriak keras Sarah, bibinya Zio pada Zio yang belum memasak makan malam.
"M-maaf bi, Zio juga baru pulang.. Zio masak sekarang" dengan takut Zio segera pergi ke dapur untuk memasak makan malam.
Hanya Sarah, keluarga Zio yang tersisa setelah kedua orang tuanya tiada saat ia menginjak umur 5 tahun karena kecelakaan mobil. Semenjak itu, Zio tinggal bersama Sarah yang sama sekali tak menyayanginya. Sarah selalu menganggap bahwa Zio itu beban dan tidak berguna.
Zio selalu sabar menghadapi sikap Sarah yang sesekali semena-mena pada Zio. Zio hanya bisa pasrah karena bagaimanapun hanya Sarah, keiarga yang dimilikinya.
Untuk makan dan biaya sekolah juga seragam memanglah Sarah yang tanggung. Tapi untuk biaya lainnya, Zio harus mencarinya sendiri dengan bekerja paruh waktu. Sayangnya 3 hari yang lalu Zio terpaksa dipecat dari pekerjaannya karena bosnya yang dulu harus pindah ke luar kota. Jadi sekarang Zio masih mencari loker part time yang cocok untuk pelajar.
Zio hanya harus berusaha lebih giat untuk belajar agar mendapat beasiswa yang bisa menopangnya dari biaya besar sekolah.
Zio selesai memasak makan malamnya dan mengantarkan semua makanannya ke ruang tamu. Zio menyajikan nasi, tahu, tempe dan sayur kangkung diatas meja ruang tamu dan ia duduk di lantai menunggu Sarah selesai makan.
"Dapet loker gak lo?!" tanya Sarah pada Zio.
"Emm belum bi, Zio bakal cari pekerjaan part time di daerah dekat sekolah. Terus nanti uangnya dipakai makan enak ya bi" ucap Zio sambil tersenyum manis.
"Hm awas kalo lo gak dapet kerja!"
"I-iya bi"
Sarah kembali melanjutkan aktivitas makan malamnya. Zio sedari tadi mendengar perutnya berbunyi ingin diisi, namun tak bisa karena ia harus menunggu Sarah selesai makan barulah Zio yang makan malam. Memakan sisa makanan Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
XelZio|•|✓END
Romance[TERBIT] [BAB MASIH LENGKAP] Axel dan Zio. Zio yang menjadi bahan bully oleh semua murid di sekolahnya terutama remaja lelaki bernama Axel. Dan Zio tertarik pada seseorang yang seharusnya dia benci. Axel yang selalu membully Zio tanpa ampun setiap...