14. Jadi babu

25.4K 2K 69
                                    

"Halo dedek Zio" sapa Kevin yang datang menghampiri Zio dan Axel yang berada di parkiran sekolah di jam pulang sekolah.

"H-halo juga" balas Zio sedikit takut.

Axel memutar bola matanya malas, ia memakai helmnya dan langsung pergi dari sana menuju rumah bersama Zio.

Selama perjalanan, Zio berkali-kali menoleh ke belakang. Ia melihat teman-teman Axel yang ikut di belakangnya dengan motornya masing-masing.

"Axel.. teman-teman kamu kenapa ikutin kita?" tanya Zio pada Axel.

"Mereka bakal main ke rumah kita" jawab Axel yang masih fokus dengan jalan.

"Ohh gitu ya.. yaudah"

"Kenapa?" tanya Axel.

"Nggak.. gapapa, hanya saja aku bingung mau bikin camilan apa buat mereka" jawab Zio yang membuat Axel mengerutkan keningnya.

"Gausah bikin, kita beli aja. Nanti suruh maid yang beli" ucap Axel pada Zio.

Zio mengangguk pelan dan kembali fokus dengan pemandangan sekitar jalanan yang luas.

Sesampainya di rumah Axel, Zio turun dari motor Axel dan teman-teman Axel juga ikut turun dari motornya. Mereka berjalan masuk kedalam rumh Axel dengan senyum yang mengembang.

"Dek Zio, buatin gue jus apel aja oke" ucap Kevin dengan senyum lebarnya.

"Gue buatin jus alpukat aja kalo ada" ucap Edgar.

"Em b-baiklah" jawab Zio yang segera berjalan menuju dapur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

Seperginya Zio, Axel menatap kedua teman laknatnya dengan tajam. "Lo pada gak punya tangan kaki?" tanya Axel.

Kevin terkekeh "Kan lo bilang sendiri kalo dek Zio jadi babu dirumah lo, jadi gak salah kan kalo kita nyuruh-nyuruh dia buat bikinin kita minuman?" ucap Kevin dengan senyum smirknya.

Tangan Axel mengepal erat dan sesaat ia mengalihkan pandangannya dengan kesal. Ia marah pada temannya itu namun dia juga masih belum bisa dan mungkin gak akan bisa buat jujur tentang segala hal tentangnya dan Zio.

Disisi lain, tepatnya di dapur, Zio sedang berkutat dengan perabotan dapur. Tangannya dengan lihai mengupas dan memotong buah-buahan yang diminta oleh Kevin dan Edgar.

Selesai membuat minuman, Zio mengantarkan dua gelas jus dan dua gelas sirup serta sepiring cookies yang sudah dibeli oleh salah satu maid suruhan Axel ke ruang tamu.

"Lo belum suka sama Zio xel? lo yakin gak suka sama si cantik itu? kalo lo gak mau mending buat gue deh" ucap Kevin pada Axel.

"Kalo gak ya buat gue juga deh, kan mayan dapat yang cantik+tampan jadi satu" ucap Edgar dengan tawa keras diakhir kalimatnya.

"Ambil aja kalo kalian mau, gue juga gak minat sama si homo itu" jawab Axel dengan wajah cueknya.

Deg

Langkah kaki Zio terhenti dibalik pilar tinggi yang membatasi ruang tamu dengan dapur. Hati Zio teremat sakit mendengar jawaban Axel atas pertanyaan yang diucap oleh Kevin dan Edgar.

Zio menunduk dan hampir menangis. Dia terdiam kaku dengan pikiran yang terus berputar dalam kepalanya.

"Aku.. bukan siapa-siapa nya Axel, jadi aku gak berhak buat dia" batin Zio yang berusaha menguatkan hatinya.

Zio menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia tegapkan kembali badannya dan berusaha menahan air matanya agar tak jatuh kemudian berjalan menuju ruang tamu, memasang wajah seakan-akan tak mendengar pembicaraan Axel dan teman-temannya.

XelZio|•|✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang