Flashback
"Eungh.." lenguh Zio yang membuka matanya tepat di pagi hari.
Tenggorokannya terasa kering dan menoleh kearah samping. Ia terkejut saat melihat Axel yang berada disampingnya tengah tertidur dengan lelap. Zio berusaha mengingat kejadian yang baru saja ia alami.
Tes
Air mata Zio jatuh seketika kala ia mengingat kejadian semalam. Zio kotor.. itu yang ada dipikirannya.
"Hiks.. ssh" isak Zio yang diikuti ringis sakit kala ia bangun dari tidurnya ingin duduk. Zio merasakan sakit pada hole-nya yang seingatnya sudah dibobol oleh Axel.
Zio berusaha bangkit dan mengambil kaos milik Axel yang kemarin dipakai oleh Axel. Kemudian Zio berjalan keluar dengan terhuyung-huyung karena rasa pusing melandanya.
Sesampainya di rumah, Zio terus menutup diri didalam kamar. Duduk memeluk kakinya dan menangis sejadi-jadinya. Ia merasa kotor dan terendahkan. Bayang-bayang Axel menggerayangi tubuhnya terus berputar dalam pikirannya.
Hingga Sarah datang dengan perasaan marah dan mulai melampiaskan amarahnya pada Zio.
Off
Detik jam terus berbunyi dan sekarang jam menunjukkan pukul delapan malam.
Zio yang kini sudah berada di mansion Axel, lebih tepatnya terbaring di kasur kamar Axel ditemani oleh Axel yang setia berada disamping Zio.
Tadi Zio sudah diperiksa oleh dokter pribadi Axel dan sudah diberi obat penenang juga mengobati luka-luka di tubuh Zio. Saat dokter itu sudah pergi, mendadak suhu tubuh Zio naik drastis dan Axel seketika panik hingga ia dengan bodohnya tidak menelpon dokter tadi kembali, malah menelpon mamanya.
Untung saja mamanya Axel baik.
Mama Axel menyuruh Axel untuk mengompres dahi Zio dengan air hangat. Axel melakukan apa yang dikatakan oleh mamanya dan sekarang ia sedang menunggu Zio untuk bangun.
Axel terus memandangi wajah pucat Zio yang menurutnya sangat damai. Kulit putih bening, bulu mata lentik, hidung mancung, pipi tirus sedikit gembul dan bibir tipis merah merona. Cantik, satu kata yang cocok untuk Zio.
Rasa bersalah mulai dirasakan dalam benak Axel. Ia terus memandangi wajah Zio dengan perasaan bercampur aduk. Axel masih tidak bisa memahami apa yang tengah dirasakannya. Namun yang pasti bagi Axel perasaan itu hanyalah sebuah rasa bersalah biasa. Dan perasaan itu akan terus menghantuinya.
Tiba-tiba wajah Zio berubah seperti ketakutan. Zio tetap memejamkan matanya rapat dengan keringat yang keluar dari pori-porinya. Mulutnya terus meracau "Tolong.. hiks tolong" kepalanya bergerak kekanan kekiri dengan badan gemetar takut.
Axel bangkit dari duduknya dan berpindah duduk di samping Zio. Ia menggenggam tangan Zio lalu memeluk Zio berusaha menenangkan Zio.
"Hiks.. tolong hiks sa-kith hiks ampun" isak Zio dan tidurnya.
"Ssshh ada gue disini, gak bakal ada yang berani nyakitin lo.. sstthh tenang Zio tenang" ucap lembut Axel yang membuat Zio perlahan kembali tenang.
Axel menatap wajah Zio intens dan rasa bersalah kembali datang kala ia teringat dengan kejadian 5 hari yang lalu, disaat ia memperkosa Zio tanpa rasa iba. Sebenernya bukan karena pengaruh alkohol, melainkan Axel sendiri yang melakukan itu dalam keadaan sadar dan tak menyadari akibat atas apa yang telah dilakukannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi sama lo Zio.. kenapa saat melihat lo kesakitan gini, rasa bersalah gue jadi lebih besar?" gumam Axel yang terus menatap wajah takut Zio yang memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
XelZio|•|✓END
Romance[TERBIT] [BAB MASIH LENGKAP] Axel dan Zio. Zio yang menjadi bahan bully oleh semua murid di sekolahnya terutama remaja lelaki bernama Axel. Dan Zio tertarik pada seseorang yang seharusnya dia benci. Axel yang selalu membully Zio tanpa ampun setiap...