03. Sehari penuh

35.2K 2.8K 82
                                    

Zio berdiam diri didalam toilet menumpahkan semua air matanya hingga membasahi seragam yang dipakainya.

"Hiks lo jahat xel!" isak pelan Zio

Zio menghapus air matanya lalu bangkit dan keluar dari bilik toilet. Ia berhenti di wastafel dan melihat wajahnya yang berantakan didepan cermin besar. Zio menyalakan kran air dan membasuh wajahnya agar terlihat segar kembali dan berusaha melupakan kejadian tadi.

Setelah selesai, Zio keluar dari dalam toilet dan berpapasan dengan para murid. Para murid itu terus menatap Zio dengan pandangan mengejek dan tawa kecil. Zio setia menunduk tanpa tau apa yang sedang terjadi.

"Lo Zio kan?! hih jijik banget jadi cowo!" ejek salah satu siswi yang berpapasan dengan Zio.

Zio menatap siswi itu dengan tatapan bingung.

"M-maksudnya?" tanya Zio dengan gugup dan sedikit takut.

Siswi itu menoleh kebelakang dan menunjuk pada sebuah papan pengumuman dimana disana tertempel sebuah foto Zio yang dilecehkan oleh Axel tadi pagi.

Deg

Zio menghampiri papan pengumuman tersebut dan melepas foto dirinya lalu merobeknya dengan kasar.

Tanpa Zio sadari banyak murid yang sudah mengerubungi dirinya. Zio berbalik dan terkejut dengan air mata yang sudah mengalir deras dari matanya.

"Habis disentuh siapa lo homo?! enak gak?" tanya salah seorang siswa yang mengejek dan merendahkannya.

"B-bukan.. n-nggak ini b-bukan" tenggorokan Zio terasa tercekat sangat sakit, itu yang dirasakannya. Tubuh Zio gemetar takut dengan bibir yang kelu bahkan tak bisa berucap dengan benar.

Zio dengan linglung dan takut berlari pergi dari kerumunan para murid yang meledeknya. Saat berlari, langkahnya terhenti kala melihat Axel berdiri tepat didepannya.

Zio memundurkan langkahnya perlahan menghindari Axel yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kumohon berhenti" gumam pelan Zio yang ketakutan.

Axel maju dan langsung menarik tangan Zio ke tengah lapangan sekolah.

"HARI INI GUE MAU BILANG KE KALIAN SEMUA KALAU SI HOMO INI MILIK GUE! DAN HANYA GUE YANG BOLEH NGEBULLY DIA!!" teriak lantang Axel pada seluruh murid sekolah yang menatap kearahnya.

"KALO GUE TAU ADA YANG BULLY DIA SELAIN GUE! SIAP-SIAP LO BAKAL HANCUR!!" lanjut Axel yang menekankan bahwa Zio hanya miliknya. Miliknya untuk bahan mainan.

"Hiks.. gue salah apa sama lo xel hiks" isak Zio yang berusaha melepaskan cengkraman tangan Axel pada pergelangannya.

Axel menoleh pada Zio dan tersenyum tanpa melepas genggamannya. Axel mendekatkan wajahnya dan melakukan hal yang sama saat berada di kelas tadi. Ya, Axel membuat satu tanda kissmark di leher Zio didepan seluruh murid.

"Egh.." lenguh Zio yang merasa sedikit sakit saat Axel berusaha membuat tanda.

Axel terkekeh lalu berbisik di telinga Zio.

"Jalang" ucap pelan Axel yang kemudian menatap Zio dengan pandangan mengejek.

Zio mematung mendengar ucapan Axel, air matanya terus turun membasahi pipi halusnya. Bibirnya mengatup rapat menahan isak tangisnya agar tak keluar.

Zio mendongak menatap Axel dan setelahnya ia pergi dari hadapan Axel.

Sorakan keras terdengar menggema di penjuru sekolah. Para murid sangat terpukau dengan apa yang dilakukan oleh Axel, seakan-akan sebuah bully dan pelecehan itu pantas untuk disoraki.







XelZio|•|✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang