06. Mulai peduli

37.3K 2.5K 81
                                    

"Tuan muda.. buburnya mau dikasih bawang goreng atau tidak?" ucap salah satu maid yang disuruh membuat bubur oleh Axel.

"Gak perlu" jawab Axel yang dibalas anggukan oleh maid itu.

Sedari tadi Axel menunggu bubur yang dibikin oleh maid itu selesai. Ia meninggalkan Zio sendiri di kamar agar anak itu sedikit tenang. Axel duduk di meja makan sambil memikirkan kejadian pagi tadi, astaga memikirkan semua itu membuat wajah Axel yang tegas dan tampan mendadak merona merah menahan malu.

"Astaga lo tadi ngapain xel! lo itu normal bukan gay!" batin kesal Axel.

"Tuan muda.. ini buburnya sudah siap, mau diantar kemana tuan?" tanya maid itu yang membawa semangkuk bubur ayam diatas nampan.

"Biar aku saja yang membawanya. Terima kasih" ucap Axel yang langsung membawa buburnya ke kamar.

Cklek

Axel membuka pintu kamarnya dan terlihat seorang pemuda cantik tengah duduk di pinggiran kasur menghadap ke jendela dengan tatapan kosong.

Hati Axel mendadak nyeri saat melihat raut kosong milik Zio.

Axel meletakkan nampan buburnya di atas nakas lalu menghampiri Zio. Axel menepuk pundak Zio guna membuyarkan lamunannya.

"Zio"

Kepala Zio dengan cepat menoleh ke arah Axel dan menjauhkan diri dari Axel. "Maaf g-gue tadi ngelamun" ucap gugup Zio yang masih takut pada Axel.

Lagi dan lagi, Axel merasa sakit yang menusuk saat Zio menghindar darinya.

"Gausah takut, gue gabakal ngapa-ngapain lo kok" ucap Axel yang berusaha melembutkan nadanya agar tak membuat Zio takut.

Zio menundukkan kepalanya dan meremat jemari tangannya.

Axel menghela nafas pelan lalu mengambil bubur yang diletakkan diatas nakas tadi dan mmebawanya pada Zio. "Sarapan dulu ya" ucap Axel lembut dan dibalas anggukan pelan dari Zio.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Zio memakan makanan yang berbeda dengan biasanya. Zio yang biasanya makan dengan lauk tahu, tempe dan sayur kangkung atau bayam. Kini ia makan dengan bubur yang ditaruh didalam mangkuk mahal berwarna putih dengan hiasan berwarna emas menambah kesan mewah.

Axel tersenyum dan mulai menyuapi Zio seperti seorang ibu menyuapi anaknya yang sedang sakit.

Saat buburnya hampir habis, Zio menyuruh Axel berhenti menyuapinya karena ia sudah merasa kenyang.

"Dikit lagi Zio.. hampir habis ini"

Zio menggeleng tanda tak mau. Axel menyerah lalu menghabiskan sisa buburnya menggunakan sendok yng dipakai untuk menyuapi Zio.

Zio sedikit terkejut saat Axel makan dengan sendok bekas mulutnya. Bukankah Axel membenci Zio hingga ke akar-akarnya? lalu apa ini?.

Bubur tersebut ludes habis oleh Axel. Axel berdiri kemudian menaruh mangkuk buburnya diatas nakas dan kembali duduk disamping Zio.

Hening melanda mereka beberapa saat. Axel menoleh ke Zio yang terus diam sambil menundukkan kepalanya.

"Gue minta maaf zi" ucap Axel dengan datar.

Axel sangat bodoh jika bersangkutan dengan rasa bersalah atau minta maaf. Bahkan dia meminta maaf dengan wajah datarnya yang membuat siapa saja pasti gak ingin memaafkan kesalahannya.

Tapi tidak dengan Zio, ia bisa memaafkan semua kesalahan yang sudah diperbuat oleh Axel. Entahlah, mungkin semua karena cinta? Zio pun tidak tahu.

Zio terus menunduk diam meremat jemarinya menahan sesak yang ada didalam dadanya hingga setetes air mata menetes di tangannya.

XelZio|•|✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang