"Daddy!" Chase memanggil Sean dengan suara cemprengnya. Sang ayah yang berdiri tak jauh dari anak itu pun segera menengok dan menghampiri Chase.
Chase menunjukkan sepotong roti tawar yang telah dia bentuk dengan cetakan dinosaurus. Dia menunjukkan hasil karyanya dengan menampakkan senyuman bangga di bibir kecilnya.
"What do you think about it, Dad? Apa ini bagus?"
Sean mengangguk, dia pun tersenyum simpul. Tangan Sean lalu bergerak mengacak rambut Chase penuh kasih sayang. "Good job, Chase."
Berbeda dengan Chase yang tampak antusias dengan kegiatan memasak sore itu, Caden malah turun dari bangkunya dan berjalan menjauh.
Anak laki-laki itu berjalan menuju ruang keluarga dan mengambil bukunya. Dia lalu membuka bukunya asal saat Sean datang menghampiri.
"Caden, kenapa kau menyendiri?"
Caden bangkit, mengambil kembali bukunya, lalu berjalan menjauh seolah mengabaikan Sean. Sean pun tidak menyerah, dia ikut bangkit dan kembali menghampiri Caden. Sean heran kenapa sikap Caden yang biasanya manis tiba-tiba berubah setelah berkelahi dengan temannya tadi siang. Apa ada sesuatu yang temannya itu katakan hingga membuat Caden marah?
Sean duduk di samping Caden kali ini. Dia lantas merangkul Caden dan memerangkap anaknya itu dalam pelukan sebelum Caden punya kesempatan untuk menjauh lagi.
"Hey, Caden! Apa kau marah pada Dad? Katakan apa yang membuatmu marah hmm." Ucap Sean lembut.
Pertanyaan Sean kali ini yang sukses membuat Caden mendongak. Mata biru bulat itu memandang Sean sesaat sebelum dia itu bertanya sesuatu yang membuat hati Sean ngilu.
"Dad, do you love Mama?"
Sean mengerjap. Kaget dan tak siap mendengar pertanyaan itu. Namun ia pun segera sadar dan menjawab rasa penasaran Caden dengan senang hati. "Tentu saja, Dad loves Mama more than anything in the world."
"Tapi kenapa kau berpisah dengan Mama? Teman-teman Caden bilang Dad membenci Mama."
Pertanyaan Caden selanjutnya membuat Sean memejamkan mata kuat-kuat. Hatinya terasa seakan dicambuk. Kepalanya berat bagai baru saja ditimpa batu. Napasnya tercekat.
Bayangan malam itu seketika kembali. Satu malam dimana dia menghancurkan semuanya. Mulai dari hati Alexa, pernikahan mereka, masa prenatal si kembar, hingga hubungan keluarga Williams dan Wilson. Satu malam yang merubah segalanya yang pernah ada dan terjalin di sana.
Dan yang paling buruk adalah dia harus kehilangan Alexa. Mimpi paling buruk sekaligus hal yang paling dia sesali seumur hidupnya. Beribu-ribu kali minta maaf pun tak akan membuat semuanya membaik.
Andai saja dia tidak bodoh waktu itu. Andai saja dia memilih jalan lain untuk menyelesaikan masalah keluarga Williams tanpa harus memilih jalan yang mengorbankan Alexa. Dia begitu bodoh, dungu, tolol, bahkan semua kata-kata bodoh itu tidak akan cukup untuk menggambarkan kebodohannya.
Sean mengerjapkan mata, berusaha menghilangkan air mata yang hampir menutupi penglihatannya yang memburam. Ia menelan ludah susah payah sampai bisa kembali menjawab pertanyaan Caden.
Mata Sean menatap mata biru bulat yang masih menatapnya itu. Tatapan polos dan penasaran itu benar-benar mirip seperti milik ibu mereka dulu. Hati Sean makin di remas kuat namun dia harus menahan perasaannya.
Sean berdeham, berusaha menetralkan perasaannya sekaligus melebarkan jalur napasnya yang terasa tercekik. "Caden, Dad memang berpisah dengan Mama karena sebuah alasan yang Dad belum bisa ceritakan sekarang. Dad akan menjelaskannya suatu saat nanti jika kau sudah dewasa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsavory Redemption
RomanceMereka pikir hubungan mereka berakhir setelah pengadilan mengabulkan perpisahan mereka. Tapi nyatanya, takdir hubungan mereka tidak berjalan sesederhana itu. **** Setelah berpisah dengan Sean Williams lima tahun lalu, Alexa Wilson memulai kembali ke...