36. Shudder

1.6K 101 8
                                    

Sean mulai berangkat ke kantor hari ini. Setelah absen selama seminggu untuk menunggui Caden, dia kini harus kembali sibuk di kantor untuk menjalani beberapa meeting yang tertunda dan merampungkan agenda lainnya.

Kepala Sean terasa berdenyut. Dia belum menyelesaikan setengah dari berkasnya hari ini, tapi rasanya sudah benar-benar penat. Tingkat stressnya memang cukup tinggi hari ini, selain karena tagihan berkas yang menumpuk, ada juga beberapa kendala yang dia temui selama meeting. Beberapa manajer cabang melaporkan sedikit kesalahpahaman dari vendor yang menyuplai kebutuhan cabang hotelnya di US,  hingga menyebabkan stok bahan kebutuhan hampir habis dan juga ia masih harus membagi fokus pikirannya pada rencana yang dia buat untuk menghadapi Willow.

Charles mengetuk pintu pelan. Sean pun mendongak, mempersilakan asistennya itu masuk. Kali ini pria berkacamata itu menenteng sebuah kotak di tangan kirinya, sebelum dia meletakkan kotak itu di meja Sean.

Alis Sean berjengit, mata biru tajamnya mengamati sejenak kotak asing itu, sebelum beralih memerhatikan Charles. Dia belum berniat mengecek isi kotak itu detik itu juga.

"Apakah Willow sudah menjawab pesan kita?" Tanya Sean yang terdengar tidak ada korelasinya dengan barang yang baru saja dia dapat.

"Ya, dia setuju untuk meeting besok pagi."

"Bagus, sejauh ini semua berlangsung dengan baik." Sean mengangguk, wajah datarnya tak tampak menunjukkan ekspresi sedikitpun. Meski otaknya kini sedang riuh memikirkan berbagai kemungkinan.

"Kau bisa kembali. Terima kasih Charles."

Setelah kepergian Charles, Sean langsung menggapai kotak itu dan  membukanya perlahan. Dia mengamati benda logam yang terbungkus rapi satu persatu, mengecek kelengkapan yang ada di dalam sana. Oh Sean sudah tidak sabar memberikannya pada Alexa dan melihat reaksi wanita itu.

****

Alexa melepas hoodienya, membiarkan kaos hitam tipis yang melekat di badannya membuatnya bergerak lebih leluasa. Semilir angin terasa begitu lembut sore itu, menerbangkan helaian rambut yang ia biarkan tergerai. Suasana itu membuat hatinya terasa nyaman.

Moodnya mendadak baik setelah Sean mengajaknya pergi sore ini. Ia memang agak jenuh setelah selama beberapa hari tidak beranjak dari mansion. Ia belum bisa kembali ke tempat kerja, karena masih fokus mengurus Caden paling tidak sampai kondisi Caden optimal untuk kembali ke sekolah.

Alexa menghampiri Sean yang kini berdiri memunggunginya. "Ooh aku benar-benar tidak sabar, Sean."

Wanita itu memekik kecil bersemangat. Bagaimana tidak, ia baru saja mendapat sebuah kado misterius dari Sean. Lalu secara tiba-tiba pria itu mengajaknya ke outdoor shooting club. Pria itu bahkan telah menitipkan Chase dan Caden sebelum mengajaknya pergi. Ooh, Sean memang pandai dalam memberi kejutan. Ia sudah tidak sabar untuk mencoba isi hadiah kejutan itu.

"Ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan, Lexa. Dan selalu ingat untuk menggunakannya hanya dalam keadaan darurat dan perhatikan posisi tubuhmu saat menembak agar tidak cedera."

Alexa mengangguk mantap. Ia juga tidak ingin terluka atau cedera. Ia tidak ingin merepotkan lebih banyak orang lagi.

Sean meraih pelindung mata dan memakaikannya pada Alexa. Lalu dia mengambil earmuff dan dengan cekatan memasangnya di kedua daun telinga Alexa.

Sean lantas mengeluarkan senjata semi otomatis itu dan memberikannya ke tangan Alexa. Sejenak wanita itu memerhatikan benda berbahan logam berwarna hitam doff itu. Senjata itu bisa jadi pelindung untuknya, atau malah bumerang jika ia tidak menggunakannya dengan baik. Semua kendali ada di tangannya.

"Posisikan tubuhmu sejajar dengan target." Pinta Sean mulai memberi arahan.

Alexa pun bergeser. Memposisikan badan sejajar dengan target.

Unsavory RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang