"Ayo Dad! Lempar sekali lagi!" Sean melempar bola plastik ke arah Chase. Dengan sedikit lompatan, tangan kecil Chase berhasil menangkap bola itu.
"Woohoo seperti itu Dad."
"Ayo lemparkan padaku Chase." Pinta Caden tak mau ketinggalan. Meski ruang geraknya terbatas, Caden tak ingin berdiam di kursi roda. Tangan kecil Caden mampu menangkap lemparan Chase dengan sempurna.
Sean pun maju, menghampiri Caden sebelum melakukan tos kecil. Chase pun mengikuti gerak-gerik sang ayah. Ia berjalan maju, ikut melakukan tos kecil dengan Caden, sebelum memuji kembarannya itu.
"Tangkapan yang bagus Caden." Ujar Chase bersemangat.
Alexa yang melihat keceriaan itu dari balik kaca hanya bisa tersenyum. Diam-diam ia sedari tadi memerhatikan ketiga orang yang tengah sibuk bermain lempar bola itu.
Ini memang jadi rutinitas favoritnya akhir-akhir ini. Memandangi ayah dari anak-anaknya itu bermain bersama si kembar di waktu-waktu senggang mereka. Ia pernah berangan-angan soal hal ini lima tahun lalu, saat dimana ia memandangi Sean bermain bersama anak-anak mereka di rumah ini suatu hari nanti. Penantian lima tahun yang akhirnya terwujud secara nyata, tak hanya dalam bayangannya seperti dulu.
Sean, yang merasakan sepasang mata yang memandanginya dari balik kaca, pun menoleh. Ia lantas tersenyum, melihat wanita itu yang tampak gelagapan salah tingkah dan segera membalikkan punggung. Oh lihatlah siapa yang baru saja tertangkap basah dan salah tingkah pagi ini, batin Sean.
Sean akhirnya menyerahkan bola pada Chase. "Chase bermain dengan Caden okay. Jangan nakal ya. Dad perlu ke belakang sebentar." Pesan Sean pada Chase sebelum ia lantas mencium Caden.
Sean buru-buru berjalan ke dalam rumah. Ia bergegas mencari tuan putri yang kabur, tak ingin kehilangan jejak sang tuan putri yang baru saja pergi darinya.
Kini sang tuan putri tengah bersembunyi di dapur. Pura-pura menyibukkan diri memasak, seolah tampak berusaha mengabaikan dan tidak peduli dengan kehadirannya.
Sean tahu Alexa sedang berpura-pura. Wanita itu menyadari kehadirannya sejak dia berdiri di belakangnya. Punggung wanita itu menegak begitu mendengar langkah kakinya mendekat. Gerakan memotongnya bahkan tampak kaku sekarang. Oh, a sight to see.
"Good morning, gorgeous." Sapa Sean singkat dengan nada ramah. Namun Alexa tetap kukuh dengan perangai dinginnya. Ia hanya menjawab Sean singkat.
"Morning."
Sean berjalan selangkah maju hingga posisinya berada sejajar dengan wanita itu. Dia pun memiringkan wajah sedikit menunduk, memandangi tepat wajah Alexa hingga wanita mulai salah tingkah.
"Sungguh pemandangan pagi yang indah."
"Kau aneh, Sean." Ucap Alexa cepat. Nyaris tergagap jika ia tak segera mengendalikan diri.
"Anggap saja aku sedang mengagumi ciptaan Tuhan." Bualan manis itu lagi-lagi membuat Alexa memutar bola mata. Meski pipinya terasa memanas, namun Alexa masih enggan mengakui jika ia sudah salah tingkah dan susah payah menghadapi pria itu.
"Ngomong-ngomong dimana anak-anak?" Alexa mengalihkan topik pembicaraan.
"Mereka masih di halaman belakang."
"They're good?" Wanita itu mendongak, sedikit terkaget karena menyadari betapa sedikitnya jarak yang membatasi dirinya dengan pria yang setengah menyandar di dishwasher itu.
Oh terserah! Pria itu bebas menyandar dimanapun di rumah pria itu sendiri. Batin Alexa mengalihkan pikirannya yang mulai nervous.
Sean mengangguk singkat. Pria itu lantas bergeser mundur dan memilih duduk di belakang pantry sembari masih memandangi wanita itu. Sean sadar sepenuhnya jika dia telah membuat wanita itu salah tingkah. Dia sebenarnya ingin melanjutkan godaannya, namun dia tahu dirinya dan wanita itu perlu segera menyiapkan sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsavory Redemption
RomanceMereka pikir hubungan mereka berakhir setelah pengadilan mengabulkan perpisahan mereka. Tapi nyatanya, takdir hubungan mereka tidak berjalan sesederhana itu. **** Setelah berpisah dengan Sean Williams lima tahun lalu, Alexa Wilson memulai kembali ke...