Sudah seminggu berlalu sejak Sean menghubungi Willow. Rencana yang telah dia buat masih berjalan sejak saat itu. Diam-diam beberapa anak buahnya berhasil menyusup ke dalam kru pekerja Willow.
Sejauh ini semua rencananya berjalan lancar, belum ada kendala berarti yang Sean temui selama seminggu terakhir. Para pengintai yang dia sebar juga masih memberikan laporan dan bukti-bukti setiap harinya.
Sean mengamati sosok yang tampak menatap datar bilik kaca. Meski wajahnya tampak datar dan dingin, namun mata biru pria itu menatap tajam penuh amarah dan ambisi.
Ada harga yang harus dibayar untuk setiap nyawa dan rasa sakit. Dan dia akan memastikan orang-orang itu membayar dengan harga yang pantas atas rasa sakit yang anaknya rasakan, atas teror yang mereka berikan, dan atas kematian orang-orang terkasihnya.
Sean membenarkan letak dasinya sekali lagi, memastikan penampilannya tampak presentable di hadapan semua orang. Sean lantas merapikan rambutnya yang telah diberi gel. Tinggal satu sentuhan lagi, beberapa semprot parfum seharga ribuan dolar akan menyempurnakan penampilannya.
Sean lantas berjalan keluar dari kamar begitu selesai berpakaian. Kali ini dia langsung menuju dapur dan menghampiri wanita yang sedang berdiri di samping meja makan. Wanita itu tengah sibuk menyiapkan dua piring sarapan untuk kedua anaknya.
Wangi pancake menguar dari sosok cantik yang rambutnya masih tergelung berantakan itu. Meski penampilannya masih tampak kacau dan penuh aroma masakan, tapi Sean tak peduli. Baginya Alexa tetap cantik meski ia tampak begitu acak-acakan sekalipun.
Pria itu menghampiri wanitanya dan mengecup bibir Alexa singkat. "Aku berangkat, sayang. Mike yang akan mengantarkan Chase hari ini."
"Kau tidak sarapan dulu?" Tanya Alexa bingung. Sean tidak pernah sekalipun melewatkan sarapan yang ia buat selama tinggal di sana.
"Tidak, aku sudah terlambat untuk menghadapi hari besar ini." Jawab Sean buru-buru.
Pria itu lanjut berjalan cepat keluar. Namun sebelum punggungnya benar-benar hilang dari pandangan, Alexa lebih dulu memanggil Sean.
"Sean." Panggil Alexa cepat.
Pria itu pun berhenti dan berbalik. Meski tengah terburu-buru namun dia tak mampu mengabaikan panggilan wanita itu.
Tak mau menyia-nyiakan waktu, Alexa segera menghampiri Sean. Ia langsung mengalungkan lengannya di punggung Sean dan memeluk pria itu erat. Entah kenapa ia hanya ingin Sean tetap di sini, ia ingin egois dan tak membiarkan Sean pergi.
Tangan Alexa lantas membelai pipi Sean. Matanya mengamati setiap detail wajah itu baik-baik, tidak rela melihat Sean menghilang dari pandangannya. Ia takut jika sesuatu terjadi pada Sean, apalagi pria itu berencana menemui Willow. Ia tahu semua rencana yang dibuat Sean, karena itulah ia merasa was-was.
"Hati-hati." Pesan Alexa dengan suara kecil.
"I will. Wish me luck." Sean mengecup dahi Alexa sekali lagi sebelum berbalik dan benar-benar pergi.
****
Suasana ruang meeting Howlship Company benar-benar beku. Perempuan dan laki-laki itu tampak sesekali melemparkan pandangan tajam, seolah tengah bertarung dalam perang dingin.
Meski terus berada dalam posisi awas, namun Sean tetap menjaga agar terlihat tenang dan tak menimbulkan kecurigaan. Matanya tetap tenang memandang berkas, meski sesekali melirik wanita dihadapannya. Postur tubuhnya pun tetap dijaga agar tegak, menunjukkan percaya diri dan kewibawaan yang menguar hingga terasa di ruangan itu.
Yang jelas Sean tahu, dirinya tidak akan mati hari ini. Dia sudah membuat puluhan rencana untuk kabur jika situasi tidak terkondisi. Dia telah memikirkannya jauh-jauh hari sebelum datang ke kandang musuh. Lagi pula, letak gedung ini terlalu strategis dan terbuka jika digunakan sebagai tempat untuk mengekseskusinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsavory Redemption
RomansaMereka pikir hubungan mereka berakhir setelah pengadilan mengabulkan perpisahan mereka. Tapi nyatanya, takdir hubungan mereka tidak berjalan sesederhana itu. **** Setelah berpisah dengan Sean Williams lima tahun lalu, Alexa Wilson memulai kembali ke...