39. Domino Effect

3.2K 101 7
                                    

Alexa mengecup pipi memerah tembam itu. Sebelum jemarinya mengusap rambut tipis kecokelatan pelan. Ia berhenti dari aksinya, mengamati si bungsu sejenak.

Matanya bergerak mengamati dada yang naik turun mengikuti kembang kempisnya paru-paru. Pandangannya pun beralih, kini ia mengecek setiap detail wajah dan beberapa bagian tubuh Caden. Terutama kakinya yang kian membaik.

Dokter bilang perkembangan kaki Caden termasuk cepat dibandingkan dengan anak-anak lain yang mengalami kasus serupa. Karena itulah jika kondisinya terus membaik, Caden akan bisa melepas gipsnya dalam waktu dua minggu.

Oh ia harap hal itu benar-benar terjadi, dan bukanlah hanya berita semata. Mengingat dua minggu lagi si kembar akan berusia genap lima tahun. Ia dan Sean biasanya mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun si kembar. Cukup dengan acara perayaan yang mengundang keluarga terdekat dan juga teman-teman Chase dan Caden.

Alexa harap kesembuhan Caden adalah kado terbaik di ulang tahun ke lima ini. Ia tidak bisa membayangkan jika Caden masih harus berada dalam kursi roda dan hanya diam melihat Chase bermain bersama teman-teman mereka di hari ulang tahunnya. Ia tak mau melihat wajah murung Caden.

Alexa kembali mengusik tidur anaknya itu, kali ini ia mencubit gemas pipi Caden. Hal yang selalu dilakukan setiap pagi untuk membangunkan Caden. Si bungsu memang lebih sulit bangun daripada Chase. Anaknya itu akan terlambat jika ia tak segera berhasil membangunkannya.

Tak lama setelah gangguan kecilnya, mata biru Caden perlahan terbuka. Anak itu lantas tersenyum, mendapati wajah ibunya lah yang pertama kali tampak dalam pandangannya.

"Good morning, Sunshine," ucap Alexa lembut sebelum ia mengecup wajah sang anak.

Caden terkekeh kecil sembari tersenyum. "Good morning, Mama," balasnya.

Alexa pun membantu menyangga punggung Caden ke posisi duduk. "How are you feeling?"

"Aku merasa baik, Mama."

Alexa mengangguk. Tangannya lantas mengusap dahi Caden, sebelum jemari lentiknya kembali menyisir rambut Caden lembut.

"Caden hari ini berangkat sekolah, kan?" tanya Alexa. Sudah dua hari Caden kembali ke sekolah dan ini adalah hari ketiganya berangkat. Alexa selalu mengecek dari waktu ke waktu soal perkembangan Caden, terutama soal kondisinya saat di sekolah. Apakah anaknya itu mendapat perlakuan berbeda di sekolah atau semua berjalan normal. Tapi ia tak mendengar keluhan apapun selama dua hari terakhir, ia rasa hari-hari Caden di sekolah berjalan baik.

"Tentu saja, Mama. Aku pasti berangkat!" ucap Caden bersemangat.

Alexa pun mengangguk lega.

"Baiklah. Mama akan membangunkan Chase dulu sebelum kalian mulai bersiap."

Alexa pun segera mengusik tidur Chase. Hanya beberapa kecupan di pipi untuk membangunkan Chase. Anak itu pun segera bangkit dan menghampiri Caden begitu mendapat kesadaran sempurna.

Alexa lantas membantu mereka mandi sebelum mempersiapkan tas yang akan mereka bawa. Alexa lantas membiarkan mereka memilih pakaian yang akan mereka pakai, yang selalu berakhir dengan pakaian yang sama. Kedua anaknya itu memang kompak dan punya selera yang sama.

Kali ini mereka memilih celana pendek berwarna abu-abu tua dan kaos polo hijau tosca. Tanpa membuang banyak waktu ia pun membantu kedua anaknya mengenakan baju. Sentuhan terakhir, ia menyisir rambut mereka dan menyemprotkan sedikit parfum anak-anak.

Selesai, semuanya tampak sempurna! Batin Alexa.

Ia hanya perlu meminta Sean untuk membawa mereka turun. Mengingat menggandeng dua anak, yang salah satunya menggunakan kursi roda, menuruni tangga belum mampu ia lakukan sendiri.

Unsavory RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang