40. Gunshot

537 47 5
                                    

Pikiran Sean berkecamuk kalut. Melihat pekerjanya, yang sibuk mondar-mandir di kantor untuk mencari informasi terkait keberadaan Chase, membuat kerunyaman pikirannya semakin buyar. Sean ingin marah pada bawahannya soal keteledoran mereka hingga membuatnya kehilangan Chase, namun dia tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk memarahi mereka semua. Setiap detiknya berharga untuk keselamatan Chase. Karena itu, dia harus mengesampingkan amarahnya demi Chase.

"Apa kau menemukan mobil yang membawa Chase?" Tanya Sean dengan suara dingin. Dibanding bertanya, nada yang dia gunakan justru terdengar sedikit memerintah dan memaksa.

Mata biru Sean lantas menyipit, melihat cermat layar monitor besar  yang memperlihatkan rekaman CCTV sekolah, jalan di sekitar area sekolah, hingga setiap jalan yang ada di kota.

"CCTV seluruh kota mati selama lima menit, Tuan. Sepertinya penculikan ini sudah mereka rencanakan sejak lama."

Jelas sang private investigator setelah berulang kali menilik berbagai CCTV di kota yang bahkan tidak sedikitpun menunjukkan pergerakan mobil bawahan Willow. Seluruh CCTV juga serempak mati di jam 3.05 P.M, waktu terakhir Chase diperkirakan masih berada di sekolah.

Willow dan bawahannya merupakan komplotan profesional. Dia terlalu gegabahn dan menyepelekan kekuatan mereka.

Sean mengerang frustasi. Tangannya mengepal erat sebelum meninju meja kayu di sampingnya. Bunyi debaman keras membuat beberapa orang di sekitar terhenyak. Namun tidak ada yang mampu berkomentar dan beranjak dari pekerjaan masing-masing karena mereka semua ikut andil di dalam kesalahan yang membuat sang tuan muda hilang.

"Cari seluruh data mobil yang masuk ke sekolah hari itu. Lacak semuanya satu persatu." Perintah Sean tegas.

Inilah dampak yang Sean takutkan dari serangkaian aksi melawan Willow. Dia takut sang penjahat justru menarget orang-orang di sampingnya. Termasuk tiga orang terkasihnya.

Belum puas Willow membuat Caden celaka. Kini dia kembali menculik anak sulungnya. Sean bersumpah akan menjatuhkan Willow setelah ini. Dengan atau tanpa tangannya. Hidup atau mati, Sean tak peduli lagi.

Layar ponsel Sean tiba-tiba hidup. Notifikasi pesan masuk dari nomer yang tidak dikenal muncul di layar.

Sean segera meraih ponselnya. Dengan sigap ibu jarinya menggulir layar. Mata tajamnya membaca rangkaian pesan singkat sesaat. Wajahnya makin menegang setelah membaca isi pesan itu.

Rahang Sean mengeras. Gigi-giginya bergemeletuk. Tangan Sean mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Sean Williams, jika kau masih menginginkan anak sulungmu. Datang ke gudang di samping taman kota tanpa membawa pengawal dan senjata." Bunyi pesan itu.

Sean mematikan ponselnya sebelum mendongak. Mata tajamnya yang penuh amarah dan ambisi memandang lurus ke depan.

"Fck! I'll fcking kill you, Willow." Tangan kekar Sean lantas menyahut kembali kuncinya sebelum dia membalikkan tubuh cepat.

"Mau kemana anda?" Cegah Charles. Pria itu tahu jika Sean mungkin saja gegabah. Dia punya firasat buruk soal pesan yang Tuannya terima.

"Aku harus pergi," pamit Sean kaku.

Detik itu juga, Charles mengetahui jika dugaannya benar. Dia pun melirik sang private investigator dan kepala bodguard sejenak.

"Ini bisa jadi jebakan, Tuan. " Charles masih berusaha menyadarkan sang Tuan dengan memberi rambu-rambu kemungkinan pada Tuannya.

Namun pikiran Sean yang berkecamuk seolah menolak mentah-mentah opsi itu. Baginya hanya satu prioritasnya sekarang, menemukan Chase dalam keadaan baik-baik saja. Dia tidak akan membiarkan mereka menyentuh Chase setitik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unsavory RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang