34. Teamed

2.3K 126 9
                                    

Alexa sedang asik membalas pesan Eleanora ketika suara kecil Caden terdengar memanggilnya.

"Mama..."

Alexa bangkit, lalu menghampiri Caden yang duduk di kursi rodanya. Ia lantas bersimpuh, memposisikan diri sejajar dengan Caden.

"Iya, ada apa sayang?" Tanya Alexa sembari membelai pipi tembam bersemu merah itu.

"Aku ingin duduk di samping Mama." Caden mengulurkan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menggenggam buku.

Alexa pun segera menggendong Caden dari kursi rodanya. Lalu ia meletakkan tubuh kecil Caden di sofa ruang keluarga.

"Terima kasih."  Ucap Caden begitu dia duduk nyaman di samping Alexa.

Alexa lantas mengecup pipi Caden sebelum bocah itu membuka buku cerita dengan jemari mungilnya. "Sama-sama, sweet boy."

Alexa memeluk Caden sekali lagi. Lalu ia mulai membacakan halaman pertama buku cerita berjudul "The Lion Inside" itu. Caden pun terpana, mendengarkan cerita tikus kecil yang ingin menjadi seekor singa. Sang singa harus selalu mengaum untuk menunjukkan kekuatannya, karena itu sang tikus ingin belajar auman singa. Meski ketakutan, si tikus memberanikan diri untuk belajar mengaum pada singa. Mereka pun bersahabat, sampai si tikus menemukan singa dalam dirinya.

Caden masih berkonsentrasi mendengar Mamanya bercerita, sampai kedatangan Sean yang duduk di samping Caden, mengalihkan perhatian bocah itu. Suasana pun mendadak berubah kaku.

Alexa terdiam seribu bahasa. Wanita itu spontan menunduk, menghindari kontak pandang dengan Sean. Interaksi mereka memang masih sama semenjak hari lalu. Dingin, dan tidak ada yang berusaha mencairkan kebekuan.

Sementara Sean yang merasa dihindari pun memilih diam. Sean tidak ingin memancing amarah Alexa. Terlibat pertengkaran di hadapan anak-anak adalah hal pertama yang ingin dia hindari. Sean beringsut mendekati Caden, meraih tubuh kecil Caden dari pangkuan Mamanya, lalu mendudukan bocah itu di sampingnya.

Sean lantas mengecup sebelah pipi Caden sebelum menyandarkan tubuh kecil itu di dada bidangnya. Caden yang polos pun mengambil begitu saja buku cerita dari tangan Mamanya. Dia lantas memberikannya pada Sean. "Dad, bisakah Dad membacakan dongeng untuk Caden?"

Sean berhenti sebentar, melirik Alexa sekilas untuk melihat mimik wajah tanpa ekspresinya, sebelum akhirnya mengiakan. "Iya."

Sean mulai membacakan bait demi bait cerita untuk Caden. Dia baru membacakan dua halaman saat Caden tiba-tiba menyuruhnya berhenti. Tampaknya Caden menyadari keanehan interaksi dua orang tuanya yang terasa sedikit tidak lazim itu. Caden menyadari Alexa tak kunjung mendekat ke arahnya dan Daddynya ketika Daddy mulai bercerita. Mamanya itu tidak pernah jauh seperti ini semenjak di rumah sakit.

Mata bulat Caden mendongak. Mata polos itu menatap Alexa bingung sekaligus bersalah.

"Mama kenapa? Mama marah pada Dad? Atau Mama marah pada Caden?" Caden menyalah artikan sikapnya yang mengambil buku cerita dari sang mama. Dia kini merasa bersalah. Berharap tidak mengambil bukunya secara paksa tadi dan membuat Mama marah.

Alexa menghela napas. Tidak tega karena pertanyaan polos dan wajah bersalah itu. Ia sebenarnya juga membenci situasi tidak nyaman ini. Namun rasa kesal dan kecewanya pada Sean belum juga reda sejak hari lalu. Ia mengerti bahwa Caden belum paham soal pertengkaran orang tuanya, anak seumurannya belum seharusnya mengerti. Alexa menghela napas sekali lagi sebelum menyunggingkan senyum kecil palsu.

"Tidak, Mama tidak marah pada Caden dan Dad. Mama hanya sedang tidak enak badan." Alexa berpura-pura batuk demi memuluskan alasannya.

"Oh Mqama harus beristirahat kalau begitu. Caden tidak ingin Mama sakit." Tangan kecil Caden membelai pipi sang Mama. Tangan Alexa pun meraih tangan kecil itu sebelum menciumnya sesaat.

Unsavory RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang