20. Reminder

3.4K 270 14
                                    

Sean berbisik-bisik pada sang sopir, yang entah berkata apa, sebelum lelaki tua itu segera melajukan mobil pesat menuju ke alamat tujuan. Mereka kini tengah dalam perjalanan melalui jalanan yang tampaknya menuju ke pinggiran kota.

Sean tidak pernah melepaskan genggaman tangannya sepanjang perjalanan. Meski hanya mampu memegang dengan tangan kirinya dan mengusap punggung tangannya pelan, namun tampaknya pria itu enggan membiarkan tangannya berada terlalu jauh.

Kehangatan itu benar -benar nyata ia rasakan. Hampir-hampir membuat ia salah tingkah jika ia tidak mampu mengendalikan diri. Sungguh tingkah Sean yang tiba-tiba semanis ini sangat berbahaya bagi hatinya yang berdetak kegilaan.

Mobil itu akhirnya berhenti di sebuah kafe di pinggiran kota. Sean pun langsung sigap turun sebelum membuka pintu dan mengulurkan tangan. Sean akhirnya menggandengnya ke dalam sebuah kafe bergaya Meksiko. Kafe itu tampak begitu nyaman, penuh dengan interior berwarna hangat seperti merah bata, cokelat kayu, dan oranye, serta setiap sudut dihiasi dengan berbagai poster di dinding bata.

"Makanan di sini enak. Kau harus mencobanya. Mungkin satu atau dua makanannya bisa menginspirasimu untuk mengkreasikan resep baru." Ucap pria itu kala mereka berjalan masuk ke dalam kafe kecil itu.

Sean membawanya langsung menuju sebuah bangku di pojok ruangan. Tampaknya pria itu begitu familiar dengan kafe ini jika dilihat dari sikapnya. Dia seolah tengah merasa di rumah dan begitu percaya diri di sini.

"Sejak kapan kau tahu kafe ini?" Tanya Alexa setelah ia menarik bangkunya. Merek mengambil kursi dan posisi duduk berhadapan.

"Tempat ini adalah salah satu langgananku sejak zaman sekolah menengah." Jelas Sean.

Tak lama seorang pria berbadan gempal baru saja keluar dari pintu ruang pegawai. Dia pun berjalan ke arah Sean. Senyuman lebar terpampang di wajahnya. Dia bahkan melambaikan tangan semangat saat pengelihatannya menangkap keberadaan Sean di sana.

"Hey, Sean!" Sapa pria itu dari jauh.

"Hai Frank." Balas Sean ramah seolah mereka baru saja melakukan reuni kecil setelah sekian lama.

"Sudah lama sekali kau tidak mengunjungi tempat kecil ini." Keluh Frank berbasa-basi, sampai pria gempal itu menyadari kehadiran sosok wanita cantik yang duduk di samping Sean.

"Oh hai. "Pria itu tersenyum ramah dan mengangguk kecil pada Alexa.

"Menu biasa Frank." Pesan Sean. Tanpa membuka buku menu, ia sudah tahu makanan terbaik yang akan dihidangkan di mejanya.

Frank pun mengangguk dan sibuk menulis pesanan di kertas kecil. Sebelum dia mendongak dan kembali menilik Alexa.

"And you, what do you want sweet lady?"

"Aku akan memesan sama seperti Sean." Alexa melirik Sean sebentar. Seolah mencari kepastian di sana, tapi ia percaya bahwa Sean selalu memilih menu terbaik di tempat makan manapun.

"Oke dua Birria Tacos dan Cola." Frank membaca kembali pesanan Sean dan Alexa untuk memastikan.

"Oh dan tolong tambah Ceviche, Grilled Quesadilla dan Nachos. Aku rasa Alexa harus mencobanya." Imbuh Sean.

"Sure." Pria bertubuh bulat gempal itu menaikkan alisnya saat melirik Sean. Seolah dia tengah mengonfirmasikan perempuan spesial yang dibawa Sean.

Sean pun tersenyum sembari mengangguk kecil. Dia bangga dan bahagia bisa kembali berada di samping wanita itu dan memperlihatkannya pada semua orang. Alexa adalah wanita yang berharga, wanita itu begitu sempurna di matanya.

"Kau yakin kita tak memesan terlalu banyak?" Tanya Alexa memastikan. Menu yang mereka pesan itu cukup untuk tiga orang, bahkan mungkin empat orang jika mereka membawa dua anak. Sungguh ia rasa Sean benar-benar impulsif ketika memilih itu.

Unsavory RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang