Shannon dan beberapa pelayan wanita mendengarkan cerita Chase dengan sabar. Anak sulungnya itu memang begitu ekspresif ketika berbicara di depan umum. Wajahnya yang menggemaskan di tambah mimik dan gerak tangan yang ekspresif saat berbicara benar-benar berhasil menghipnotis semua orang, terutama para pelayan-pelayan muda untuk mendengarkan.
"Oh really, Chase?" Tanya Shannon ketika Chase baru saja menjelaskan tentang toko es krim baru di kota yang baru saja dia lewati saat menuju kemari. Musim panas memang belum berakhir, jadi wajar saja jajaran toko es krim begitu laris.
"Kau ingin mengajakku ke sana atau tidak, Aunty Shane?"
Alexa memutar bola matanya, mendengar permintaan itu. Dasar Chase, ia heran darimana sifat meminta dengan setengah memerintah itu anaknya dapat. Seingatnya, ia tidak pernah bertingkah seperti itu sejak kecil, ia juga tidak pernah mengajari Chase untuk bersikap demikian.
"Chase, hentikan mengganggu Aunty Shannon dan bermainlah dengan Caden."
"Caden sedang makan, Mama. Aku tidak ingin menemaninya karena aku tidak lapar." Anak berumur empat tahun itu berjalan menjauh dari Alexa. Sebelum dia menggandeng tangan Shannon dan mengajak manager wanita itu menjauh.
Selain tingkah semaunya Chase yang terkadang menguras kesabaran, tingkah Caden yang kerap memanfaatkan tampang menggemaskannya untuk meminta makanan pada para pegawainya juga membuat ia harus mengingatkan diri untuk lebih sabar.
Caden memang meminta sepotong kue cokelat sepulang sekolah. Awalnya Alexa memang berencana membeli kue untuk penutup makan malam, namun begitu Caden sampai di depan para chef, anak laki-laki itu merengek ingin kue. Tentu saja permintaan Caden dengan wajah menggemaskannya tidak bisa ditolak oleh para chef. Mereka langsung luluh dan membuatkan permintaan Caden tanpa menunggu perintah darinya.
Alasan itulah yang membuat ia jarang membawa mereka ikut ke restauran setiap harinya. Bukannya melarang hal itu namun jadwal makan mereka bisa berantakan, dan yang lebih buruknya lagi ketika mereka mendapat energi berlebih dari gula. Mereka akan aktif bergerak hingga larut malam. Oh ia perlu lebih me-manage hal itu dan lebih tegas pada Caden.
Alexa menarik napas dalam sebelum membuangnya kasar. Ia harus bisa fokus bekerja sekarang. Ia masih harus mengevaluasi penjualan menu barunya hari ini. Sebelum menentukan langkah selanjutnya untuk beberapa restaurantnya.
Alexa mulai berusaha fokus namun lagi-lagi kehebohan para pegawainya mengganggu konsetrasinya. Kali ini penyebab keriuhan itu bukanlah Chase dan Caden, melainkan seorang wanita berambut cokelat semampai yang kini kesusahan menenteng belasan gelas kopi. Wangi kopi yang semerbak di ruang staff pun langsung membuat para pekerja berbondong-bondong berkumpul untuk ikut mengambil segelas kopi.
"Coffee for everyone!" Teriak Eleanora.
Beruntung pelanggan terakhir restoran telah pergi beberapa menit lalu, hingga keriuhan tak sampai terdengar dari ruang untuk para tamu.
Chase dan Caden langsung berjingkrak-jingkrak melihat kedatangan Eleanora. Chase seketika melepaskan genggaman tangan Shannon dan Caden melupakan desert cokelat manisnya, dua anak kembar itu lantas berlari dan memeluk Aunty mereka.
"Aunty Nora!" Teriak dua anak itu serentak.
Eleonora bertekuk lutut, membawa mereka dalam rengkuhan, membalas pelukan erat dua anak laki-laki itu.
"My babies!!" ucap Eleanora yang langsung mendapat reaksi dari Chase.
Chase spontan melepaskan paksa pelukan. Sebelum dia menekuk tangan di depan dada, memasang tampang garang, berlagak seperti orang dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsavory Redemption
RomanceMereka pikir hubungan mereka berakhir setelah pengadilan mengabulkan perpisahan mereka. Tapi nyatanya, takdir hubungan mereka tidak berjalan sesederhana itu. **** Setelah berpisah dengan Sean Williams lima tahun lalu, Alexa Wilson memulai kembali ke...