5. Tak Bisa Lepas

539 93 11
                                    


Pagi-pagi Soobin sudah siap dengan baju seadanya. Dia akan kembali bersekolah hari ini. Wali kelasnya sudah menghubunginya dan mengatakan akan mengurus kebutuhan sekolah Soobin. Yang terpenting, Soobin masuk sekolah secepatnya agar tidak tertinggal.

Selesai memandikan adiknya, menyuapinya sarapan, dan saling menyapa dengan anak-anak lain, Soobin mengantarkan Taehyun kembali ke kamar. Menghela nafas saat melihat wajah mangkel Taehyun. Tidak ingin ditinggal.

"Hyung harus sekolah, sayangku. Tidak akan lama. Kau tunggu disini sambil bermain lego yang Dokter Sua berikan"

Taehyun menggeleng. Memegang erat lengan baju Soobin. Ia tidak ingin sendirian. Anak-anak yang lain semua pergi ke sekolah. Dan Soobin juga akan pergi. Saat Taehyun bertanya kenapa ia tidak boleh pergi sekolah juga, Soobin menjawab bahwa ia baru bisa sekolah besok. Di sekolah baru. Bersama anak-anak yang tadi.

Soobin melihat jam di ponselnya. Waktunya tidak banyak. Maka Soobin memutuskan menggendong Taehyun dan membawanya ke ruang tengah dimana ada bibi Saemi yang sedang menonton televisi.

"Bibi, aku sungguh minta maaf jika merepotkan. Tapi bisakah aku titip adikku hari ini? Aku harus pergi sekolah"

Bibi Saemi menoleh, melihat Taehyun yang menggeleng kuat dan memeluk leher Soobin erat. Ia lalu bangkit dari duduknya dan mencoba mengambil alih Taehyun. Tentu saja anak itu meraung, tidak ingin melepaskan kakaknya.

"Kemari lah Taehyun, kakakmu harus pergi sekolah" bibi Saemi menarik Taehyun paksa.

Taehyun semakin menangis begitu Soobin lepas dari pelukannya. Menadahkan tangannya keatas, meminta Soobin kembali menggendongnya. Tapi bibi Saemi menarik bahunya keras, hingga membuat tubuh kecil Taehyun sedikit limbung.

"Jangan manja, jangan menyusahkan kakakmu. Kau sudah besar"

Soobin menggeleng, menggigit bibirnya. Lantas berjongkok dan mensejajarkan tingginya dengan Taehyun yang langsung saja kembali memeluknya erat.

"Bibi, tolong jangan kasar" kata Soobin mencoba bicara pelan-pelan meskipun dalam hatinya sudah terbakar melihat Taehyun diperlukan seperti itu. Dengan kedua tangannya, Soobin menghapus air mata Taehyun dan menepuk-nepuk kepalanya lembut.

"Hyung harus sekolah. Janji, tidak akan lama. Nanti pulangnya Hyung belikan es krim. Bagaimana?"

Taehyun menggeleng, sesenggukan. "Hyung jangan pergi. Aku takut"

"Takut kenapa, hmm?"

Taehyun tidak menjawab. Tangan kecilnya memegang tangan Soobin yang bertengger di bahunya. Digenggam erat.

"Hyung jangan pergi"

Soobin bingung. Jujur, ia pun tidak ingin meninggalkan Taehyun sendiri. Apalagi setelah melihat perlakuan bibi Saemi barusan, Soobin khawatir jika harus membiarkan Taehyun tanpa dirinya. Tapi Soobin benar-benar harus pergi sekarang. Selain untuk sekolah, Soobin juga memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan paruh waktu.

"Sudahlah Soobin, pergi saja sebelum terlambat. Aku akan menjaga Taehyun disini"

Soobin menoleh, menengok kebelakang dimana terdapat bibi Hari yang sedang berjalan kearah mereka. Soobin mengangguk. Setidaknya bibi Hari terlihat lebih bisa dipercaya.

Akhirnya dengan berat hati, Soobin tetap pergi walaupun setiap langkahnya terasa berat mendengar tangisan Taehyun yang semakin kencang kala Soobin mulai mengayuh sepedanya.

"Sabar sebentar, Taehyun. Hyung berjanji akan membuat semuanya kembali membaik"

***

Beruntung ketika tiba di sekolah, Soobin belum terlambat. Ia masih punya waktu sekitar sepuluh menit. Maka begitu sampai di prakiraan, dengan segera ia memarkirkan sepedanya dan sedikit berlari melintasi koridor. Ia diminta oleh wali kelasnya untuk ke koperasi guna mengambil seragam dan keperluan sekolah lainnya yang baru.

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang