Sepasang mata tajam itu masih memperhatikan pria dihadapannya yang dari tadi terlihat uring-uringan, membuat pekerjaannya yang seharusnya sudah rampung sedari tadi harus tertunda. Padahal tubuhnya sudah amat lelah setelah kemarin sore baru saja mendarat kembali ke kota kelahirannya ini.Han Yeonjun, mendengus melihat Soobin yang tengah bersandar malas pada sofa yang mereka duduki. Matanya terpejam dengan sebelah lengan terangkat menutupi wajahnya. Yeonjun tahu pria itu tidak sedang tertidur. Terdengar dari hela nafasnya yang tak beraturan, juga dahinya yang mengernyit.
"Serius, Soobin. Kau bahkan tidak mengatakan apa yang sedang terjadi" Yeonjun angkat suara setelah lama terdiam. "Jika suasana hatimu sedang tidak bagus, lebih baik jangan bekerja dulu. Aku bukan orang yang memiliki kesabaran tinggi. Kau membuat semuanya terhambat sementara sore nanti aku harus kembali memotret model lain!"
Soobin tak bergeming mendengar omelan fotografer muda itu. Mereka cukup dekat setelah setahun lalu bekerja sama untuk kali pertama.
Saat itu Soobin sedang melakukan pemotretan sebuah produk kecantikan dan Yeonjun adalah fotografer nya. Mereka mulai saling bicara dan kelamaan menjadi akrab seiring seringnya mereka bekerja sama. Apalagi usia mereka yang hanya terpaut satu tahun membuatnya semakin mudah akrab. Yeonjun sendiri sebenarnya adalah anak dari pemilik agensi tempat Soobin bekerja. Tapi walaupun hidupnya sudah terlahir enak, Yeonjun bukan orang yang suka berpangku tangan dan memanfaatkan kekuasaan ayahnya.
Ia bahkan menolak untuk bekerja dengan agensi milik ayahnya itu dan memilih menjadi independen sebelum ayahnya memaksa dengan sedikit ancaman. Akhirnya Yeonjun hanya bisa pasrah. Ayahnya memang menyebalkan.
Kembali ke Soobin yang masih menyelam dalam lamunan. Jujur saja hal yang membuatnya gelisah tanpa ujung adalah pertengkarannya kemarin dengan Taehyun. Seumur hidup, itu adalah pertengkaran pertama mereka dan separah itu. Tentu sebelumnya Soobin pernah marah, namun hanya sebatas itu. Tidak pernah sampai melontarkan kalimat menyakitkan yang berujung adu mulut.
Rasa bersalah yang bercokol dalam, mengganggu hatinya. Rasanya Soobin ingin berlari sekarang juga menghampiri Taehyun, memeluknya dan meminta maaf bahkan kalau perlu ia rela berlutut. Niatnya pagi tadi ia akan kembali mencoba bicara pelan-pelan dengan Taehyun, tapi menajer nya menelpon dan mengingatkan jadwal pemotretan pagi-pagi buta.
Beruntung, hari ini tidak ada jadwal syuting jadi Soobin bisa pulang lebih cepat. Ini hari Jum'at, tentu Taehyun pun pulang lebih cepat dari sekolah. Diam-diam Soobin sudah merancang banyak kalimat dalam otaknya untuk bicara pada Taehyun nanti.
Buk!
"Akh!" Soobin meringis saat tulang keringnya ditendang dengan teganya.
Ia menurunkan lengannya dan langsung disuguhi wajah menyebalkan Han Yeonjun. "Apa yang kau lakukan sih Hyung?" kesal Soobin.
Yeonjun melotot. Meletakkan kamera kesayangannya diatas meja sebelum tangannya ia gunakan untuk menoyor kepala Soobin.
"Apa yang kulakukan? Bukankah aku yang seharusnya bertanya seperti itu?Apa yang kau lakukan? Sudah 15 menit kau meminta break, kau membuang banyak waktuku!"
Soobin menegakkan duduknya, mengerang samar. "Aku sedang pusing"
Yeonjun mengernyit. Paham bahwa yang dimaksud Soobin bukan pusing secara harfiah. "Apa ada masalah? Syuting mu lancar?"
Meskipun terlihat apatis, namun nyatanya Yeonjun adalah orang yang perduli. Melihat wajah garangnya, orang lain mungkin akan mengira Yeonjun adalah orang yang dingin. Tapi tidak, Yeonjun itu hangat dan baik. Rasa simpatinya juga besar. Nyatanya, ia lumayan akrab dengan banyak staf disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIP
FanfictionBUKAN LAPAK BXB‼️😠 _________________________________________________________________________ Diusia 6 tahun, Soobin harus merasakan kehilangan untuk kali pertama. Ayahnya pergi, entah kemana. Tanpa pamitan, tanpa kata perpisahan. Hanya sebuah guci...