16. Sebuah Permintaan

417 86 12
                                    


Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Soobin, dengan tubuh yang rasanya hampir remuk itu duduk bersandar pada kursi, lunglai dengan menumpukan seluruh beban tubuhnya. Sebelah lengannya terangkat, menutupi wajahnya.

Ia baru saja menyelesaikan syuting drama yang dijalaninya. Selain itu sedari pagi ia sudah disibukkan dengan rapat untuk membahas projek baru, setelahnya pemotretan sebuah majalah fashion dan dilanjutkan dengan syuting. Rasanya hari ini lebih melelahkan dari hari-hari sebelumnya. Soobin bahkan belum sempat menghubungi Taehyun lagi setelah tadi pagi ia tinggalkan begitu saja.

Soobin punya alasan. Ia sedang dalam mood yang tidak baik, juga masih sedikit kesal karena kejadian tadi pagi. Soobin hanya takut, jika ia berhadapan dengan Taehyun, emosinya tidak dapat terkontrol. Yang ada ia akan melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Yang mungkin akan melukai Taehyun lagi.

Soobin sadar, perkataannya tadi pagi pasti menyakiti hati adiknya sendiri. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa bisa ia cegah. Dan jujur Soobin menyesal. Salah satu alasannya belum menghubungi Taehyun juga karena perasaan bersalahnya. Mungkin sedikit tidak tahu diri, tapi Soobin berharap Taehyun mengerti bahwa dia sedang dalam kondisi kurang baik. Semoga anak itu tidak marah.

Soobin hampir terlelap ditempatnya ketika sebuah suara yang dengan antusias menyerukan namanya terdengar. Soobin mengenal suara melengking itu. Ia menurunkan lengannya dan membuka matanya, menoleh kearah dimana seseorang sedang berjalan menuju kearahnya dengan senyum cerah.

"Aku kira Hyung sudah pulang" katanya sambil menyodorkan segelas kopi dingin yang mau tidak mau Soobin terima. Jujur saja ia tidak terlalu menyukai kopi, tapi Soobin tidak kuasa untuk menolak.

"Terimakasih" Soobin menyeruput sedikit kopinya. "Sebentar lagi aku pulang. Masih harus menunggu beberapa staff dan asistenku berbenah"

Orang itu mengangguk. Duduk di kursi disebelah Soobin. Sebenarnya Soobin terbiasa menunggu para staffnya di mobil dimana ia akan merasa lebih nyaman. Namun rasanya untuk berjalan ke mobil pun Soobin memerlukan effort lebih. Ia benar-benar tidak ingin bergerak sama sekali.

Soobin menoleh pada seseorang itu. Seorang anak seusia Taehyun-lebih muda beberapa bulan sebenarnya-yang sejak beberapa bulan lalu mulai terbiasa berkeliaran disekitarnya. Namanya Jung Kai, partner mainnya dalam drama, sekaligus tokoh utamanya. Drama pertamanya ini bertemakan tentang keluarga, dan perannya adalah menjadi kakak dari Kai ini. Soobin salut sebenarnya, melihat bagaimana bocah sekecil ini sudah mahir berakting.

Tapi mengingat bahwa Jung Kai sudah terjun dalam dunia akting sejak masih anak-anak, juga orangtuanya yang merupakan seorang selebriti, sedikit banyak Soobin mengerti bahwa anak itu sudah terbiasa. Juga memiliki bakat.

Awalnya Soobin canggung, karena bagaimanapun anak ini adalah seniornya. Tapi semakin hari sikap Kai semakin manja dan lengket padanya, membuat Soobin lama-lama menjadi lebih nyaman. Soobin seperti melihat Taehyun kecil dulu. Sekarang Taehyun sudah lebih mandiri, Soobin merasa jauh. Ia sadar, sebagian besar dari penyebab terciptanya jarak diantara mereka adalah karena ia yang terlalu sibuk. Soobin rindu Taehyun yang manja.

Dan ia menemukan itu semua di diri Kai. Andai Taehyun tidak berubah. Andai ia bersikap seperti Kai.

Soobin menggeleng saat sadar bahwa ia telah membandingkan Taehyun dan Kai dengan spontan. Tidak seharusnya ia seperti itu. Mereka adalah dua orang yang berbeda, dan bagaimanapun Taehyun adalah adiknya.

"Kau sendiri, kenapa belum pulang?" Soobin bertanya pada Kai. Berusaha mendistraksi pikirannya yang mulai ngaco. Mungkin ia terlalu lelah. "Menunggu staff juga?"

"Tidak" Kai menggeleng. "Malam ini aku masih ada satu lagi jadwal. Harusnya itu besok pagi, tapi karena besok aku harus sekolah, maka jadwalnya dimajukan malam ini. Huh, padahal ayah harusnya meminta ijin pada pihak sekolah agar aku libur dulu. Aku benci sekolah"

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang