15. Kecewa

465 86 17
                                    


"Jangan terlalu menggantungkan hidupmu pada orang lain. Kau hanya memiliki dirimu sendiri. Sekalipun itu orang yang paling kau percaya, dia tetap bisa mengecewakanmu. Bahkan kemungkinan itu sangat besar. Orang terdekatmu adalah yang paling mudah menyakitimu"

Taehyun ingat paman Jang pernah mengatakan hal itu padanya. Walaupun sejujurnya Taehyun agak kurang paham. Bagaimana mungkin orang kepercayaan mu mengecewakanmu? Bukankah itu hal yang jahat? Kalau begitu, mengapa memutuskan untuk mempercayainya?

Taehyun hanya tidak sadar, bahwa dirinya sendiri selama ini tengah berada dalam lingkaran setan tersebut. Ia sering merasa kecewa pada Soobin tanpa ia sadari. Menutupinya dengan alasan ia memaklumi keadaan Soobin yang memang selalu sibuk.

Tapi kali ini, untuk kali pertama ia sadar. Bahwa Taehyun benar-benar kecewa pada Soobin. Kali ini, Taehyun tidak bisa lagi menolak bahwa hatinya lagi-lagi terluka, robek dan berdarah hingga rasanya tak terkatakan.

Pagi ini, begitu Soobin menurunkannya didepan gerbang sekolah, Taehyun sudah dijegal oleh anak-anak yang kemarin mengganggunya. Seperti biasa, Taehyun memilih mengabaikannya. Tapi mereka tidak terima. Menurutnya, Taehyun itu terlalu sombong. Maka mereka menyeretnya ke halaman samping dekat kafetaria, memojokkannya.

"Dungu, masih tidak kapok juga berurusan dengan kami" kata salah satu dari mereka.

Taehyun berdecih, sama sekali tidak gentar. "Kalian yang mendatangiku duluan"

"Berani menjawab?!" Yang lainnya maju, mencengkeram kuat rahang bawah Taehyun.

Ah, sialan. Mereka adalah para seniornya. Tentu saja tenaganya jauh lebih besar karena perbedaan ukuran tubuhnya pun sudah jelas. Taehyun tidak tahu apa yang membuat mereka begitu membencinya. Taehyun tidak pernah mengusik siapapun. Juga soal masalah Taehyun yang memiliki kesulitan dalam belajar, entah bagaimana rasanya seantero sekolah mengetahuinya. Tidak heran Taehyun selalu mendapat tatapan mencemooh dari hampir setiap murid.

Mereka bahkan masih anak-anak dibawah umur. Entah mau jadi apa dewasa nanti jika masih kecil saja sikapnya sudah rendahan.

"Lepaskan" susah payah Taehyun bicara, balas mencengkeram tangan anak yang masih menodongnya. Mencoba melepaskan diri.

Anak itu nampak tidak terima. Dia mendorong kepala Taehyun hingga terbentur cukup keras pada tembok dibelakangnya.

"Tidak usah sok berani! Anak bodoh, banyak gaya"

"Kalau bodoh ya bodoh saja"

"Sadarlah kau itu lemah. Menyusahkan. Dasar bodoh, dungu"

Mereka mulai mengata-ngatai Taehyun dengan kalimat-kalimat kejam itu. Benar, Taehyun terbiasa dirundung. Baik itu fisik atau psikis. Tapi Taehyun tidak pernah suka dibilang bodoh. Dia tidak bodoh, hanya sedikit lambat saja. Ini pun bukan keinginannya. Mereka tidak pernah mengerti karena mereka tidak berada di posisinya.

Ia tidak pernah ingin dilahirkan dengan disleksia. Ah, Taehyun tidak pernah minta dilahirkan. Dan jika bisa, ia akan meminta untuk tidak dilahirkan jika hanya untuk dijadikan objek kemarahan pada hal yang tidak diperbuatnya.

"Anak bodoh sepertimu hanya mengotori bumi saja. Mati saja sana"

Oh, ini pertama kali Taehyun mendengar hal itu. Ternyata lebih menyakitkan dari yang biasanya. Taehyun sudah tidak bisa tahan lagi. Ia mengepalkan tangannya dan melayangkan tinjunya pada anak yang barusan memintanya mati.

Tidak terlalu kencang, karena Taehyun sendiri pun sudah lemas duluan saat mendengar kalimat itu terlontar. Tapi anak itu secara berlebihan menjerit, meminta atensi banyak orang hingga banyak yang berbondong-bondong menghampirinya. Menatap Taehyun tajam, seolah ia telah melakukan kejahatan paling berat di dunia.

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang