"Beomgyu, bagaimana rasanya jadi normal?"Yang disebut namanya membalas dengan dengusan malas. Langkah kakinya beriringan dengan si penanya menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan, berdesakan dengan anak lain yang juga memenuhi koridor.
"Pertanyaan aneh macam apa itu?" cibir Beomgyu.
Namun seolah tidak terusik dengan jawaban bernada sinis itu, Taehyun kembali melontarkan pertanyaan yang menurut Beomgyu lebih menyebalkan.
"Beomgyu, apa semuanya akan meninggalkan orang yang merepotkan? Apakah mereka membencinya?"
Kali ini Beomgyu menoleh, mendapati Taehyun yang berjalan sambil tertunduk. Tidak perduli bahunya beberapa kali bertabrakan dengan murid lain. Langkah kakinya terasa gamang, bahunya tampak lemas.
"Kau bicara apa sih?" kesal Beomgyu. Taehyun memang keterlaluan. Sejak tadi dia hanya diam seolah kehadiran Beomgyu hanya seonggok daging bernyawa yang diabaikan. Tidak bicara, dan tidak fokus saat diajak bicara. Dan tiba-tiba dia malah melontarkan pertanyaan menyebalkan begini? Hell, Beomgyu ingin menjambak rambut mangkuknya yang membuat kepalanya tampak bulat itu.
"Mereka mengatakannya, Beomgyu. Mereka bilang tidak ada yang mau bersama orang yang merepotkan, menyusahkan. Orang-orang akan meninggalkannya" langkah Taehyun berhenti, diikuti Beomgyu. Iris mata mereka bersinggungan dengan sorot yang berbeda.
Beomgyu mendengus, mengalah dan akhirnya memutuskan menjawab. "Dengar ya, orang yang merepotkan itu pasti sering membawa masalah, menyusahkan. Siapa juga yang mau bertahan untuk dibuat susah?"
Taehyun menatap nanar. "Seperti aku, yang selalu merepotkan banyak orang" gumamnya yang disambut kernyitan tidak suka dari Beomgyu.
"Lalu bagaimana denganmu Beomgyu? Aku selalu membuatmu repot. Apa kau juga akan meninggalkanku?"
"Omong kosong" tukas Beomgyu tak suka. "Kau bicara apa sih? Berhenti meracau menyedihkan seperti itu. Aku tidak tersentuh"
Kecurigaan Beomgyu jika ada yang salah dengan anak didepannya ini semakin meyakinkan. Taehyun tiba-tiba saja murung dan mulai bicara hal-hal yang merendahkan dirinya sendiri. Padahal sudah lama sejak Taehyun mulai percaya diri, tidak lagi mengeluhkan keadaannya.
Beomgyu menghela nafas berat melihat Taehyun kembali menunduk dalam. "Apa seseorang mengatakan sesuatu padamu?" suara Beomgyu terdengar kesal.
Taehyun menggeleng. "Mengatakan apa? Aku tidak bicara dengan orang lain"
Cih, Beomgyu bukan orang yang gampang dikelabui. Apalagi gelagat gelisah yang Taehyun tunjukkan. Harusnya anak itu sadar, dia tidak dilahirkan bersama bakat untuk pandai berbohong.
"Taehyun, bukankah sudah kubilang untuk berhenti merendahkan dirimu sendiri lagi? Katakan kenapa, tiba-tiba kau bicara seperti ini lagi? Jangan mencoba berbohong"
Taehyun tidak menjawab. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Mau tak mau Beomgyu mengikutinya.
"Dengar ini Taehyun, camkan dalam hatimu karena aku tidak akan mengulanginya lagi. Kau, sama sekali tidak merepotkan siapapun. Tidak juga dengan aku. Jangan dengarkan orang lain, mereka hanya menilai dari apa yang mereka lihat. Kau tidak menyusahkan, aku tidak pernah merasa disusahkan. Kita teman, sudah seharusnya saling membantu" Beomgyu bertepuk tangan dalam hati, merasa ia amat sangat bijak. "Berhenti bicara seperti itu lagi, jika kau tidak ingin aku benar-benar meninggalkanmu. Kau tahu, itu tadi menyebalkan. Berhenti dengarkan ucapan buruk orang lain tentangmu. Mereka tidak mengenalmu, maka tidak berhak menilai"
Beomgyu menyeringai geli setelah mengakhiri ucapannya. Astaga, ia merasa benar-benar bijak sekarang. Tapi sungguh, ia mengatakannya dengan tulus. Beomgyu tidak pernah suka orang lain mengusik orang terdekatnya termasuk Taehyun, temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIP
FanfictionBUKAN LAPAK BXB‼️😠 _________________________________________________________________________ Diusia 6 tahun, Soobin harus merasakan kehilangan untuk kali pertama. Ayahnya pergi, entah kemana. Tanpa pamitan, tanpa kata perpisahan. Hanya sebuah guci...