14. Terlalu Baik

406 82 13
                                    


Suasana di dalam mobil amat sunyi. Tidak ada yang membuka suara, baik Soobin atau Taehyun sama-sama diam. Taehyun lebih memilih menoleh keluar jendela, menatap langit yang sudah mulai menggelap sementara Soobin fokus pada jalanan didepannya. Matanya melirik Taehyun sekilas, merasa ragu.

"Apa kau menunggu lama? Maaf, Hyung baru selesai sore"

Taehyun sedikit tersentak saat suara Soobin memecah hening diantara mereka. Lamunannya buyar.

"Ya, tidak terlalu lama" ia mengangguk pelan.

Hanya dua jam lebih.

"Juga, maaf karena tidak sempat menghadiri pertemuan tadi. Jadwal hari ini benar-benar padat, tidak ada yang bisa diperbuat" kata Soobin lagi. Wajahnya sendu, penuh penyesalan karena lagi-lagi ia tidak menepati janjinya.

"Tidak masalah, aku paham" balas Taehyun.

Sudah terlalu biasa.

Benar, sudah terlalu biasa terjadi. Ini bukan kali pertama Soobin mengingkari janjinya sendiri. Tiga bulan lalu, saat hari pertama Taehyun masuk sekolah menengah pertamanya Soobin berjanji akan hadir di upacara penerimaan. Tapi nihil. Ia hanya mengutus asistennya untuk menemani Taehyun. Katanya, waktu itu jadwal pemotretan dimajukan.

Lalu saat Soobin berjanji akan menyekolahkan Taehyun di sekolah khusus agar ia merasa nyaman, itu juga hanya isapan jempol semata. Katanya, Taehyun perlu berbaur dengan dunia luar, menyesuaikan diri agar dapat terbiasa.

Oh, juga tentang janji Soobin yang akan meneruskan terapi Taehyun, sampai saat ini belum terwujud. Katanya, ia belum memiliki waktu untuk mencari terapis yang terbaik untuk Taehyun.

Juga beberapa hari yang lalu Soobin berjanji untuk menemaninya makan malam dirumah, tapi Soobin baru pulang menjelang pagi. Bahkan yang mengantarnya sekolah lagi-lagi asisten utusannya.

Tidak masalah. Sekali lagi, Taehyun mencoba untuk mengerti. Soobin kerja untuknya, untuk mencukupi segala kebutuhannya. Taehyun tidak boleh mengeluh atau dia hanya akan semakin menyusahkan Soobin.

"Apa kau sudah makan? Bekalnya habis kan?" Soobin bertanya lagi.

"Sudah. Ya, bekalnya habis"

Belum. Mereka merampas semua uangku dan membuang bekalku.

Yang ini juga sudah biasa. Sejak masih sekolah dasar, Taehyun sudah sering dirundung. Jadi mau tidak mau dia mulai terbiasa. Mau melawan pun percuma, mereka malah semakin menjadi. Apalagi mengadukan pada Soobin. Yang ada kakaknya dibuat kerepotan olehnya. Biarlah, selagi ia bisa menanggungnya sendiri maka ia akan berdiri diatas kakinya sendiri.

"Mau langsung pulang, atau ingin ke suatu tempat dulu?" Soobin menawarkan saat mereka menunggu lampu merah berubah.

Taehyun diam sejenak. Sebenarnya ia ingin makan dulu. Perutnya kosong sejak siang. Dirumah juga tidak ada makanan karena Soobin hanya memasak saat pagi. Itupun sekedar sandwich atau terkadang omelette.

"Aku..."

"Oh astaga rasanya tubuhku akan hancur sekarang juga. Hari ini benar-benar gila" keluh Soobin, menggeliat kecil.

Taehyun menutup kembali mulutnya, membatalkan keinginannya. Soobin pasti sangat butuh istirahat. Masih menyempatkan untuk menjemputnya pun Taehyun bersyukur.

"Bagaimana?" Soobin menoleh, menunggu jawaban Taehyun.

Taehyun menggeleng dan kembali menatap keluar. "Langsung pulang saja"

"Benar?" tanya Soobin tidak yakin.

"Iya" jawab Taehyun pendek.

"Baiklah"

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang