43. Ketakutan Yang Menyiksa

460 60 17
                                    


"Sepertinya Hyung melihat banyak cokelat dan es krim baru di kulkas"

Soobin melirik Taehyun sekilas. Saat ini mereka tengah menikmati makan malam bersama. Sebenarnya Soobin dan Siwoo sudah selesai. Saat ini ia tengah mengupas buah apel untuk Taehyun sementara Siwoo sibuk dengan ponselnya. Celetukan Soobin yang ditujukan untuk Taehyun rupanya membuat yang lain ikut menolehkan wajahnya. "Kau membelinya lagi?"

Taehyun menggeleng cepat. "Itu Yeonjun Hyung yang membelikan"

Saat pulang sekolah, biasanya Yeonjun yang selalu menjemputnya jika Soobin atau Siwoo sedang sibuk. Tadi pun begitu. Tak jarang Yeonjun akan mengajaknya ke suatu tempat atau sekedar membelikannya camilan sebelum mengantarnya pulang. Dan tadi saat Taehyun mengatakan bahwa minggu depan ia akan mulai menghadapi ujian semester ganjil dan mengungkapkan bahwa ia gelisah, Yeonjun lantas mengajaknya ke toserba dan membelikan banyak es krim dan cokelat.

"Padahal di kulkas masih banyak" Soobin mengeluh pelan. Tidak, ia bukannya marah. Hanya saja ia rasa Yeonjun terlalu berlebihan. Beberapa hari yang lalu pun Yeonjun melakukan hal yang sama dan sampai saat ini camilan yang dibelinya masih tersisa banyak sekali "Dia sepertinya mau membuatmu sakit gigi dengan membelikan banyak cokelat dan es krim"

Taehyun meringis. "Yeonjun Hyung bilang itu sebagai penyemangat"

"Penyemangat?" beo Soobin. "Dalam rangka?"

"Um, minggu depan aku mulai ujian" jawab Taehyun pelan.

"Wah, benarkah?" Kai ikut bersuara. "Aku juga akan melaksanakan ujian mulai minggu depan. Dan aku mulai menyiapkannya dari sekarang. Ya, walaupun tidak belajar pun aku sudah pintar tapi tetap saja" ia mengedikkan bahunya. Ia sudah hampir bicara lagi saat dilihatnya Jule menggeleng sambil menatapnya dalam. Ck, baiklah ia akan diam.

Sementara Soobin merengut kesal. Raut wajahnya mendadak keruh. Ia meletakkan apel yang sudah di potong kecil ke piring kecil dan disodorkan ke hadapan Taehyun sambil berucap "Kau minggu depan ujian? Mengapa Hyung tidak tahu, dan kau memilih memberitahu Yeonjun Hyung duluan?" protesnya.

"Oh," Taehyun bingung. Soobin selalu agak sensitif jika ia sudah membahas tentang Yeonjun. Seolah kakaknya itu sangat tidak menyukai Yeonjun. Padahal setahunya, mereka dulu akrab. "Karena tadi Yeonjun Hyung diberitahu oleh Beomgyu. Aku sebenarnya hampir lupa"

Soobin mengalah. Ia menghembuskan nafasnya berat dan mengangguk. "Nanti Hyung juga akan memberikan sesuatu untuk menyemangati mu. Dan jika luang, Hyung akan menemanimu belajar"

"Baiklah. Terimakasih" Taehyun tersenyum tanggung. Soobin memperhatikan ekspresi janggal Taehyun. Sepertinya ada yang ingin adiknya itu sampaikan. Ia menyenggol lengan Siwoo yang masih sibuk dengan gawainya dan mengisyaratkan sesuatu. Siwoo yang mengerti pun bangkit dari duduknya.

"Kalian sudah selesai kan? Bagaimana jika kita menonton film?" ajak Siwoo pada Jule dan Kai, bermaksud memberi ruang untuk dua kakak beradik berbicara personal. Jule bangkit dari duduknya seraya mengangguk, ia paham.

Tapi tidak dengan Kai. Anak itu nampak asik mengupas buah pisang sambil menatap penasaran pada Soobin dan Taehyun. Ia mengabaikan ajakan Siwoo sampai Jule perlu mencolek bahunya. "Kai, ayo"

Anak itu menggeleng kukuh. "Aku masih disini. Memangnya, nuna tidak lihat aku masih makan buah? Kalian duluan saja"

Jule melipat bibirnya, sementara Siwoo menggeleng pasrah. Seumur hidupnya, tidak pernah ia berurusan dengan anak-anak yang keras kepala seperti Kai. Mengurus Taehyun bukanlah perkara yang sulit mengingat anak itu sangat penurut.

Soobin di seberang sana yang tadinya memperhatikan Taehyun yang tengah memakan buah hasil kupasannya, akhirnya memancangkan atensinya pada si anak keras kepala. Nampaknya anak itu harus dibuat mengerti. "Kai, pergilah ke depan bersama Siwoo dan Jule. Aku butuh bicara berdua dengan adikku"

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang