29. Sunyi Yang Menyiksa

433 85 5
                                    


Hari ini adalah hari yang spesial. Hari ini, episode pertama dari drama pertama yang Soobin bintangi akan mulai tayang untuk pertama kalinya! Hampir semua media massa dipenuhi oleh pemberitahuan mengenai hal ini. Bahkan nama Soobin sudah menduduki puncak trending salah satu SNS sejak semalam. Sepertinya semua orang antusias untuk itu.

Salah satunya adalah Taehyun, tentu. Ia bahkan sudah memasang pengingat di ponselnya agar tidak melewatkan menonton Soobin. Omong-omong, ia juga sudah membuat janji dengan Soobin untuk menontonnya bersama nanti sore. Kebetulan sekali Soobin tidak ada jadwal hari ini.

Sejak pagi bahkan senyum Taehyun nyaris tidak pernah luntur. Sebegitu antusiasnya dirinya, sampai Beomgyu yang melihatnya menjadi ngeri sendiri.

"Bisakah biasa saja? Kakakmu bahkan sudah sering muncul di televisi" tegur Beomgyu yang mulai jengah. Entahlah, padahal ia tidak dirugikan. Hanya saja, melihat Taehyun yang berbeda dari biasanya, ia masih butuh membiasakan diri.

Taehyun tidak menjawab apapun. Ia malah tertawa pada Beomgyu yang mau tak mau membuat Beomgyu ikut terbawa untuk tertawa juga. Konyol, mereka bahkan tertawa untuk hal yang tidak jelas. Apa boleh buat, Taehyun punya tawa yang menular.

"Jangan tertawa, dasar!" ujar Beomgyu disaat dirinya pun tengah menahan tawa. Masalahnya saat ini mereka sedang berjalan menuju gerbang, dimana mereka harus berpapasan dengan banyak murid yang mau pulang juga. Bisa hilang image cool nan misterius yang telah Beomgyu bangun.

"Biarkan, aku sedang dalam suasana hati yang baik" tukas Taehyun.

Beomgyu hanya mendelik, memilih memalingkan wajahnya daripada tawanya semakin berderai saat bertatapan dengan Taehyun.

"Terserahlah" gumamnya.

Setelah itu hanya ada hening. Beomgyu berhasil mengontrol ekspresinya, juga Taehyun yang sudah berhenti tertawa meski senyumnya masih terkembang jelas. Mereka sudah sampai di gerbang dan Beomgyu langsung berpamitan begitu melihat jemputan nya sudah menunggu.

Taehyun, seperti biasa akan menunggu jemputan nya di pos satpam. Tadi pagi Soobin sudah berjanji untuk menjemputnya tepat waktu. Dan benar saja, baru saja Taehyun hendak mendudukkan dirinya di tempat biasa ia menunggu, sebuah mobil sudah tiba didepan gerbang. Hanya saja, itu bukan mobil pribadi Soobin. Melainkan mobil perusahaan yang biasa Siwoo pakai untuk menjemputnya.

Oh, apakah—

"Hai" sebuah kepala menyembul dari jendela mobil yang terbuka. Menyapa dengan senyum yang selalu Taehyun kenali. Itu benar-benar Siwoo. Mengapa dia yang menjemputnya? Bukankah hari ini Soobin sedang luang?

"Hyung, kau..."

"Ayo masuk, kita tidak bisa berlama-lama bukan?"

Meskipun masih heran, Taehyun hanya bisa mengangguk. Masuk ke mobil seperti yang Siwoo perintahkan. Toh, ia bisa bertanya saat mereka sudah duduk berdampingan.

Mobil mulai berjalan dengan kecepatan standar. Siwoo tidak membuka mulutnya untuk bicara sementara Taehyun masih menunggu. Biasanya, Siwoo akan menjelaskan tanpa diminta. Tapi kali ini, bahkan hampir setengah perjalanan ia masih bungkam.

"Hyung, mengapa kau yang datang? Dimana Soobin Hyung?" tanya Taehyun akhirnya. Tidak bisa lagi menahan rasa penasaran yang mengganggunya.

Siwoo menoleh sekilas, sebelum kembali melihat kedepan. Berdeham singkat. "Soobin ada acara mendadak. Jadi ia memintaku untuk menjemputmu"

Taehyun mengernyit. "Acara mendadak? Apakah lama?"

"Ya. Sampai malam mungkin, atau bahkan sampai tengah malam. Tidak menentu"

Jawaban Siwoo membuat Taehyun melemaskan bahunya. "Tapi kami punya janji untuk menonton bersama. Lalu bagaimana dengan janjinya?"

"Um... Aku tidak tahu. Tapi acara ini memang mendadak. Para crew drama mengadakan pesta untuk merayakan tayangnya episode pertama dan meminta semua yang terlibat untuk hadir. Soobin tidak punya pilihan, aku yakin sebenarnya dia pun keberatan" jelas Siwoo panjang. Ia jelas masih ingat bagaimana raut bingung Soobin saat memintanya untuk menggantikan menjemput adiknya.

Ia paham betul mereka baru saja memulai kembali kedekatan mereka dan bagaimana Soobin mengusahakan untuk tidak lagi mengecewakan Taehyun. Tapi semesta seakan tak merestuinya. Selalu saja ada hambatan.

Taehyun merengut. Soobin mengingkari janjinya lagi. Ia menyandarkan tubuhnya ke pintu mobil, menatap nanar keluar. Harusnya tidak begini, harusnya ia tidak kecewa. Harusnya Taehyun tidak egois. Bagaimanapun, itu adalah bagian dari konsekuensi atas pekerjaan Soobin. Harusnya Taehyun mengerti. Harusnya ia belajar bersikap dewasa dan berhenti menuntut waktu Soobin.

Tapi bahkan mereka baru memulai. Apakah tidak wajar jika Taehyun merasa sedih?

Siwoo menyadari perubahan suasana hati Taehyun. Tadi ia terlihat begitu berbinar namun dalam sekejap sudah kembali mendung. "Bagaimana jika sebagai gantinya, kau menonton denganku?" tawarnya agak ragu.

Taehyun menoleh. Tersenyum kecil dan menggeleng pelan. "Tidak masalah Hyung, aku bisa menonton dengan Hobak dan paman Jang. Kau juga pasti sibuk"

"Taehyun, jangan kecewa pada Soobin. Dia benar-benar tidak punya pilihan" pinta Siwoo gusar.

Kekehan halus meluncur dari bibir Taehyun. Ia kembali menggeleng. "Aku baik-baik saja. Tolong katakan pada Soobin Hyung untuk jangan terbebani. Dia harus bersenang-senang dan menikmati waktunya"

Meskipun aku harus kesepian lagi.

***

01.15

Sudah tengah malam dan Taehyun belum tidur. Ia masih di ruang tengah dengan televisi yang menyala. Sungguh Taehyun tidak mengerti acara apa yang sedang ditayangkan. Sepertinya sebuah berita yang mengatakan tentang pembunuhan atau apapun itu.

Taehyun hanya butuh distraksi dari pikirannya yang menginginkan Soobin cepat pulang. Sebelumnya Soobin tidak pernah pulang lewat dari pukul 10 malam. Namun semenjak ia mulai syuting, kakaknya itu kerap pulang menjelang pagi atau bahkan tidak pulang sama sekali. Dan Taehyun tidak kunjung terbiasa.

Biasanya ia akan menunggu Soobin di kamar, baru beranjak tidur saat melihat mobil Soobin memasuki gerbang. Tapi untuk kali ia ingin menunggu Soobin disini, memastikan sampai Soobin tidur di kamarnya.

"Meong~"

Taehyun menoleh mendapati kucingnya sedang menuruni tangga, lalu berjalan kearahnya. Lantas merebahkan diri diatas pangkuannya. Taehyun mengelus kepala kucing gendut itu, membuat Hobak menggerung manja.

"Apa kau terbangun karena aku tidak ada di sana?" tanya Taehyun yang tak mendapat sahutan. Hobak sudah kembali tidur karena nyaman dalam pangkuan tuannya.

"Apakah aku salah karena aku kecewa?" tanya Taehyun lagi. "Apa jika aku kecewa, Soobin Hyung akan sakit hati?"

Taehyun tersenyum miris. Menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dengan tangan yang masih setia mengelus Hobak. Hening merayap, membuat sesak. Taehyun kesepian, dan itu rasanya menyakitkan. Ia banci sunyi yang mencekam, hingga hampa yang terasa menyiksa.

Taehyun tidak pernah suka kesepian. Tidak ada siapapun yang suka kesepian.

Setetes air matanya meluncur, Taehyun memejamkan matanya berharap saat bangun nanti Soobin sudah ada dihadapannya.

Tapi nyatanya, harapan tinggallah harapan. Saat ia membuka mata, yang pertama ia lihat adalah Siwoo yang menatapnya kawatir. Soobin belum pulang, bahkan hingga esoknya pun Taehyun belum dapat menemuinya. Soobin begitu sibuk, mengabari Taehyun pun hanya sempat satu kali. Yah, setidaknya Taehyun harus cukup puas dengan melihat wajah kakaknya di layar televisi.

Jadwalnya semakin padat bahkan ia harus pergi keluar kota. Meninggalkan Taehyun yang lagi-lagi hampir sinting ditekan kesunyian.

***

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang