26. Berharga

450 87 8
                                    


Apa yang Soobin ucapkan saat malam itu ternyata benar. Pagi ini Taehyun tidak bertemu para senior yang kerap mengganggunya itu. Entah mereka kemana, entah apa yang Soobin lakukan, intinya Taehyun bersyukur karena tidak harus was-was. Setidaknya untuk pagi ini, walaupun ia berharap seterusnya pun ia dapat menjalani hari-hari sekolahnya dengan tenang.

Mobil hitam Soobin sudah pergi begitu Taehyun menapakkan kakinya didepan gerbang. Ini hari Senin, dan kebetulan jadwal Soobin padat hari ini. Mungkin ia akan kembali terlambat menjemput, atau justru Siwoo yang akan menggantikan. Hubungan mereka pun perlahan mulai membaik meskipun sempat ada sedikit selisih malam itu saat Taehyun mendapati Soobin mengganti foto wallpaper ponselnya.

Besoknya Soobin langsung berusaha menjelaskan. Ia bahkan sampai memohon agar Taehyun tidak marah. Tidak, Taehyun tidak marah. Ia hanya sedikit kecewa. Ya, sedikit. Bagaimanapun ia juga hanya manusia biasa yang memiliki ego. Tapi Taehyun berusaha mengerti. Setidaknya Soobin tidak mengganti lock screen nya juga.

Ia sudah cukup bersyukur untuk itu.

Taehyun kembali meneguhkan hatinya, menempa agar kembali tangguh. Ia harus mengerti keadaan kakaknya. Bagaimanapun Soobin bekerja untuknya juga. Jadi Taehyun berusaha tidak kecewa saat Soobin bahkan harus bekerja saat weekend hingga mereka tidak bisa menghabiskan akhir pekan bersama.

Taehyun harus puas berdiam di rumah bersama Hobak, menghabiskan waktu dengan belajar bermain piano seperti biasanya.

Tepat saat Taehyun sampai didepan kelas, bel masuk berbunyi. Iya, lagi-lagi ia dan Soobin hampir kesiangan. Tapi kali ini Soobin masih sempat menyajikan beberapa lembar roti panggang untuk sarapan.

Taehyun bergegas menghampiri tempat duduknya dimana Beomgyu sedang merapikan peralatan menggambarnya. Taehyun melirik sekilas sketsa yang Beomgyu gambar. Selalu bagus, seperti biasa. Taehyun tersenyum tipis, menyapa. Beomgyu hanya membalasnya dengan bergumam pelan.

Bahkan wajahnya pun datar. Beda saat diluar sekolah. Sepertinya memang Beomgyu men-setting dirinya sebagai cowok cool di lingkungan sekolah.

"Bagaimana akhir pekan mu?" tanyanya hampir seperti gumaman. Taehyun bahkan harus mendekat agar mendengarnya dengan jelas.

"Baik" jawab Taehyun. "Kau sendiri?"

"Biasa saja" Beomgyu mulai menyiapkan alat tulisnya diikuti oleh Taehyun. Ia menoleh singkat, lalu kembali sibuk pada kegiatannya. "Hari ini aku ada perlu. Jadi lanjutkan membuat tugasnya besok saja"

"Oh" jujur saja Taehyun agak kecewa sebab itu artinya ia sendirian lagi di rumah. "Baiklah"

Namun apa boleh buat, lagipula sepertinya ini pertanda bahwa Taehyun harus mengunjungi paman Jang. Sudah beberapa hari sejak terakhir ia menemani pria baya itu menonton film lawas kesukaannya sambil makan siang bersama.

Suara ketukan sepatu membuat atensi kelas teralih ke depan. Wali kelas muncul dengan raut wajah yang masam.

"Daehan, silahkan"

Sontak atensi berpindah pada tempat duduk dibarisan belakang, dimana anak bernama Daehan itu berada. Anak itu sedari tadi terlihat murung dengan kepala tertunduk sejak masuk kelas, lalu dengan ragu-ragu maju kedepan, berjalan keluar setelah membungkuk pada wali kelas. Semua mengikuti pergerakannya dengan tatapan bertanya, namun wali kelas hanya acuh dan mulai membuka pelajaran.

"Ch"

Taehyun menoleh pada Beomgyu yang berdecih geli. "Ada apa?"

Beomgyu menggeleng, memilih memperhatikan kedepan. Tentu saja ia tahu tentang apa yang terjadi pada Daehan. Itu adalah anak yang tempo hari mengerjai Taehyun hingga terjatuh didepan kelas dan berakhir menjadi tertawaan.

THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang