Lahirnya kamu di dunia ini adalah bukti betapa berharganya dirimu.
~KangTaehyun***
Siwoo meletakkan ponselnya diatas meja dan menoleh kearah tangga dimana Taehyun tengah berjalan dengan bahu terkulai lemas. Dapat ia lihat bahwa wajah adik dari atasannya itu tampak sembab dengan kantung mata agak membengkak. Sekali lihat pun ia tahu bahwa anak itu habis menangis untuk waktu yang lama.
"Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?"
Taehyun mendongak sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Selamat pagi juga"
"Duduklah, aku sudah membuat roti bakar dan susu hangat" Siwoo menunjuk sajian yang telah ia buat.
Taehyun menurut tanpa banyak bicara. Memakan sarapan buatan Siwoo yang sudah sering kali ia cicipi.
"Soobin sudah berangkat sebelum matahari terbit. Hari ini dia ada pemotretan di agensi sampai siang" jelas Siwoo tanpa Taehyun minta.
Taehyun mengangguk pelan, sudah biasa. Jika Soobin harus bekerja saat hari masih gelap, ia akan mengutus Siwoo untuk mengurus Taehyun. Membuatkan sarapan, mengantar sekolah, sampai menjemputnya.
Siwoo itu asistennya Soobin. Usianya lima tahun diatas Soobin. Dia adalah satu diantara segelintir orang di lingkungan kerja Soobin yang mengenal Taehyun.
Taehyun meneguk susunya hingga setengah gelas, lalu agak mendorong piringnya pertanda ia sudah selesai. Siwoo menggeleng, mendorong kembali piring Taehyun kehadapan anak itu.
"Habiskan, Taehyun" titahnya.
"Aku sudah kenyang" jawab Taehyun.
Siwoo menghela nafas, menatap Taehyun tajam. "Kakakmu bilang sejak kemarin kau belum makan. Sepotong roti bakar tidak cukup untuk mengganjal perutmu"
"Tapi aku sudah merasa cukup" tukas Taehyun, agak merengek.
Akhirnya Siwoo pasrah. Membereskan bekas makan Taehyun dan meletakkannya di sink. Taehyun menghabiskan sisa susunya karena Siwoo mengancam tidak akan mengantarnya ke sekolah jika Taehyun tidak mau menghabiskannya.
"Sudah selesai?" tanya Siwoo.
Taehyun mengangguk, berjalan keluar lebih dulu diikuti Siwoo. Sebelum berangkat, ia menyempatkan untuk menghampiri pos paman Jang, menyapanya dan menitipkan Hobak.
Paman Jang, masih dengan raut jenakanya seperti biasa, memberi hormat pada Taehyun dengan badan ditegakkan bak tentara militer membuat Taehyun tertawa kecil. Ah, paman Jang selalu menyenangkan.
Di dalam mobil, lagi-lagi hanya ada sunyi. Siwoo biasanya akan membuka topik obrolan. Tapi melihat Taehyun yang terlihat tidak ingin diganggu, akhirnya ia memutuskan untuk ikut diam.
Taehyun menatap keluar, memiringkan tubuhnya menghadap jendela dan menggurat jari telunjuknya abstrak di pinggiran jendela. Kebiasaannya ketika gelisah.
Pertengkarannya dengan Soobin tadi malam membuat pikirannya tidak tenang. Taehyun merasa bersalah, apalagi saat Soobin memohon-mohon padanya, tapi ia malah meneriakinya. Soobin egois, membuat Taehyun dirundung rasa bersalah karena mengiba sebegitu nya.
Terlalu asik melamun, Taehyun baru sadar bahwa mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah. Siwoo hanya diam, membiarkan Taehyun untuk sesaat sampai anak itu selesai merenung. Taehyun melepas safety belt, menoleh kearah Siwoo dan berucap pelan.
"Terimakasih Hyung"
Siwoo mengangguk. "Telepon aku jika sudah pulang. Ingat, nomorku ada di panggilan cepat nomor 2" peringatnya sebelum Taehyun turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PIECE OF YOURS || TXT BROTHERSHIP
FanfictionBUKAN LAPAK BXB‼️😠 _________________________________________________________________________ Diusia 6 tahun, Soobin harus merasakan kehilangan untuk kali pertama. Ayahnya pergi, entah kemana. Tanpa pamitan, tanpa kata perpisahan. Hanya sebuah guci...