6. Pertengkaran Si Kembar

563 19 0
                                    

Setelah kepergian Alexa, Arka merutuki kebodohannya yang terlalu cuek pada wanita yang dikagumi dan diincarnya itu. Akan tetapi, ia tidak bisa bersikap hangat atau tidak cuek pada orang lain selain keluarga dan sahabatnya.

"Ck, bego banget lo Arka! Padahal, ini tuh kesempatan emas lo, tapi lo sia-siain kesempatan itu. Ck nanti gue harus berusaha lagi buat dapetin si Alexa itu apa pun caranya, ya! Apa pun rintangannya, gue harus menangin hati Alexa," tekadnya tersenyum misterius.

Setelah lama merutuki kebodohannya, Arka pergi dari taman dan tanpa ia sadari ada seseorang yang mendengar rutukan dan ucapannya tadi. Saat ini orang itu tengah menggeram menahan amarah karena curiga jika Arka akan mendekati Alexa hanya demi tantangannya itu. Ia bertekad dalam hati untuk menghalangi rencana Arka mendekati dan menjebak Alexa, orang yang ia sayangi.

***
Disisi lain, Alexa bingung dengan dirinya sendiri, kenapa ia mau-mau saja diajak jalan oleh Arka, padahal sebelumnya ia paling tidak mau jika diajak jalan oleh lelaki yang bukan mahramnya. Dan sekarang, ia malah mau diajak jalan oleh Arka, lihatlah hasilnya sekarang! Ia bingung sendiri memikirkan cara bagaimana ia membatalkan ajakan Arka tadi yang ia setujui begitu saja.

"Duh gimana, ya? Eca kan gak mau jalan sama Arka sebenarnya, tapi kenapa Eca terima tawaran Arka buat jalan bareng nanti sore. Ck berpikir Eca ... berpikir," gelisah Alexa mondar-mandir bagai setrika rusak. Untung saja kelas sedang free jadi semua murid berada di luar kelas dan kebanyakan di kantin dan tidak ada yang melihat kegelisahan Alexa yang mondar-mandir tidak jelas sedari tadi.

"Eca harus apa? Ya Allah ... bantu Eca buat memikirkan jalan keluarnya," monolognya.

Lama berpikir, hingga Alexa tidak sadar jika sedari tadi ada yang memperhatikan ia yang mondar-mandir tidak jelas. Orang itu adalah Alexander Nail Anderson, saudara kembar Alexa.

"Ck. Kamu itu ngapain sih Ca? Dari tadi kaya setrika rusak mondar-mandir mulu. Abang pusing tauk liatnya," sembur Alex membuat Alexa kaget dan menoleh padanya.

"Abang juga ngapain ke sini? Yang suruh Abang liat Eca mondar-mandir sapa, ha?" sarkas Alexa.

"Abang tuh kesini soalnya penasaran, siapa yang menggerutu di dalam kelas pas sepi kaya gini. Ya Abang kira ada makhluk halus lagi menggerutu, makanya Abang liat. Eh pas diliat ternyata kamu," jelas Alex membuat Alexa menganga dan naik pitam.

"ABANG KIRA ECA MAKHLUK HALUS? IYA!" marah Alexa.

"Bukan gitu, Eca ... ck susah emang ngomong sama cewek nyebelin kaya kamu. Bawaannya bikin emosi mulu sih," decak Alex.

"Yang suruh Abang bicara sama Eca sapa?" sarkas Alexa galak.

Beginilah mereka berdua jika bertemu, bawaannya selalu saja bertengkar dan berdebat tanpa ada yang mau mengalah. Ck emang dasar duo kembar emosional!

"Tuh kan, Abang salah lagi. Gak ada benernya kayanya Abang di mata kamu," kesal Alex.

"Abang emang selalu salah dan Eca selalu bener! Udah deh ya, sekarang Abang mau apa? Eca gak punya banyak waktu untuk ladenin Abang yang gesrek ini," tanya Alexa masih dengan suara ketusnya.

"Abang cuma mau kamu jauhi si Arka!" titah Alex yang dibalas kernyitan dahi oleh Alexa.

"Maksud Abang apaan, sih? Eca gak deket tauk sama si Arka itu."

"Ck Eca ini orangnya emang gak pernah peka yaa kalau gak dijelasin secara rinci. Kenapa Abang harus punya kembaran lola kaya kamu, sih Eca? Padahal kan nih yaa kita kembar, tanggal lahir kita sama cuma beda sepuluh menit doang. Akan tetapi, kenapa otak kamu gak pernah bekerja dengan cepat selama ini? Beda sama Abang yang otaknya encer banget kaya air mengalir," keluh Alex membuat nafas Alexa naik turun karena emosi.

"Kalau otak Abang encer, kenapa peringkat Abang selalu nomor satu dari bawah di kelas, ha? Beda sama Eca yang selalu jadi juara kelas sejak kecil! Itu artinya otak Abang cuma encer pas bolos dan nge-bully Eca aja!" teriak Alexa membuat Alex menutup telinganya rapat-rapat.

Mereka berdua memang tidak pernah akur setiap harinya, mereka akan akur jika ada maunya saja. Akan tetapi, mustahil bagi mereka untuk akur walau satu jam saja, waktu akur paling lama itu hanya tiga puluh detik dan setelah itu mereka akan kembali bertengkar seperti kucing dan tikus yang selalu bertengkar tanpa henti.

"Abang tau kamu janjian sama Arka buat jalan nanti sore, ya 'kan? Tapi Abang gak izinin kamu buat jalan sama dia," lanjut Alex setelah mendengar pembicaraan Arka dan Alexa di taman belakang sekolah tadi.

Ya, orang yang mendengar rutukan Arka tadi adalah Alexander Nail Anderson. Ia takut jika Alexa adalah perempuan yang akan dijadikan bahan tantangan dari Aldi oleh Arka, ia tidak mau masa depan sang adik hancur hanya karena obsesi Arka akan koleksi kendaraan sport incarannya.

"Eca juga gak mau Bang. Tapi Eca bingung cara membatalkan janjinya, Eca takut Arka tersinggung. Kita akan jadi jalan kalau Abang, mami, dan papi izinin. Lagi pula Fara ikut juga kok nanti pas jalan," ujar Alexa menunjukkan ekspresi bingung yang sangat lucu. Tak tahan dengan keimutan sang adik, ia langsung mencubit pipi Alexa dan membuat pemilik pipi tersebut meringis kesakitan hingga wajah putih saljunya memerah.

"Iih Abang sakit tauk! Pipi Eca jangan dicubit kaya gitu ... entar kalau pipi tembam Eca melebar gimana?" ringis Alexa mengembungkan pipinya setelah Alex melepaskan cubitan pipinya.

"Habisnya Abang gak tahan sama keimutan wajah kamu. Abang jadi ingin cubit pipi kamu Sayang," santai Alex menunjukkan wajah sok polosnya.

Plak!!
Aakkh ....

"Kok Abang ditampar, si Eca? Sakit tau."

"Habisnya Eca gemas pen nabok! Karena wajah sok polos Abang yang bikin Eca mau muntah," tukas Alexa membuat bibir Alex mencebik dan maju ke depan seperti bebek.

"Ngapain bibirnya kaya gitu? Mau Eca pukul!"

"Ck Eca gak seru ih ... dahlah Abang ngambek dan marah sama Eca bye!"

Setelah itu Alex pergi dari kelas Alexa dengan kesal, Alexa yang melihat kekesalan Alex hanya mengabaikan saja karena ia tau abangnya itu tidak akan pernah tahan jika marah dalam jangka waktu yang lama padanya.

'Lihat saja sebentar lagi ia pasti akan balik ke sini untuk bujuk Eca agar Eca kejar dia kaya di film-film,' batin Alexa.
Tebakan Alexa tepat sasaran! Beberapa saat kemudian, Alex kembali dengan wajah kesalnya menghampiri Alexa dam mengeluh.

"Ck. Eca kok cuek banget sama Abang, sih ... bujuk Abang kek, biar tetap di sini sama Eca atau apa kek. Ini malah dibiarkan! Dasar kembaran gak ada akhlak emang," decak Alex.

"Abang mau Eca bujuk?" tanya Alexa yang dibalas anggukan antusias oleh Alex.

"Utututu ... manjanya Abang Eca ini, sini-sini Eca bujuk."

Mendengar lampu hijau dari Alexa, Alex pun mendekat tanpa curiga sedikit pun padanya dan membuat Alexa tersenyum miring karena memiliki rencana jahil yang terselip di otak cantiknya untuk sang abang. Setelah Alex mendekat padanya, ia pun berteriak tepat di telinga sang abang.

"Bang Alex manja dan sok polos! Maka dari itu, Eca kesel sama Abang dan Abang harus traktir Eca makan selama seminggu biar Eca gak ngambek selama satu bulan sama Abang!" teriak Alexa dan ia pun lari keluar kelas menghindari kemarahan sang abang yang akan meledak beberapa saat lagi.

"Eca gak ada akhlaaakk! Awas kamu Ecaa entar Abang kasih pelajaran kalau kena!" marah Alex dan mengejar Alexa yang sudah jauh di depannya dengan cepat.










To be continue?

Alexa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang