Sudah seminggu sejak ia mengetahui bahwa salah satu kantong janinnya hancur, Alexa terus saja mengurung diri di kamar dan terkadang menangis saat malam ketika mengingat perbuatan Safara Anda yang membuat ia kehilangan satu bayinya.
"Alexa Sayang ... turun yuk! Seluruh Keluarga Anderson berkumpul di ruang tengah menunggu kamu," ajak Sera dari luar kamar.
"Nanti aku ke bawah Mami, Mami duluan aja. Alexa masih capek," celetuk Alexa dari dalam kamar.
"Sampai kapan kamu mau kaya gini Sayang? Apa kamu nggak kasihan sama tiga anak kamu yang masih berada dalam kandunganmu? Kamu harus bangkit Sayang, jangan kaya gini terus Nak. Turunkan egomu demi ketiga bayi kembarmu Nak," tutur Sera sedih.
"Alexa capek dan Alexa mau istirahat Mami," balas Alexa.
"Ok kalau gitu, jangan lupa nanti turun ke bawah untuk makan siang ya Nak."
Setelah itu Sera pergi dari sana, wanita itu kembali dengan wajah sendunya, ibu mana yang tidak sedih melihat putri semata wayangnya di tengah-tengah seperti ini.
Jujur, Sera sedih melihat keadaan Alexa yang semakin hari semakin mendukung. Hampir setiap saat Sera berusaha membujuk Alexa untuk keluar dari kamar dan bangkit dari keterpurukannya, tetapi Alexa tetap diam di dalam kamar dan tidak pernah keluar dari kamar, kecuali waktu makan saja.
Seluruh keluarga besar Anderson sering mengunjungi kediaman keluarga Alexa untuk sekadar menghibur Alexa yang baru saja kehilangan janinnya, tetapi semua usaha mereka sia-sia.
Sampai beberapa saat kemudian Alexa turun ke bawah, hal itu membuat senyum lebar muncul di wajah seluruh orang yang berada di sana. Namun senyum lebar nan cerah itu seketika saat mereka menatap pada koper besar yang diseret oleh Alexa.
Lantas, Rio bertanya dengan wajah datar, suaranya yang tegas nan mengintimidasi juga tatapan tajam nan menusuk miliknya yang pasti membuat ketakutan muncul begitu saja dalam diri Alexa setelah melihat tatapan itu. Tetapi kali ini, Alexa sudah berusaha untuk tidak takut pada tajamnya papinya, keputusannya bulat kali ini dan tidak akan bisa diganggu gugat.
"Kau akan pergi ke mana Alexa? Mengapa kau membawa koper besar itu lagi?" tanya Rio dengan nada dingin beserta tatapan mengintimidasi andalannya.
"Aku akan pergi, Papi!" jawab Alexa cepat.
"Ap... apa?" Sera dan semua orang yang ada di sana terkejut mendengar perkataan Alexa.
"Mengapa kau ingin pergi dari rumah ini, Alexa? Apakah kau ingin pergi lagi peduli pada kami? Mengapa kau membuat keputusan secara sepihak seperti ini?" sembur Alex dengan berkaca-kaca.
"Maafin Alexa semuanya ... keputusan Alexa sudah bulat dan Alexa sudah memikirkannya matang-matang sejak seminggu yang lalu," cetus Alexa mencoba menahan cairan kristal bening itu keluar.
"Papi tidak akan pernah mengizinkan kamu pergi dari rumah ini, tidak akan pernah!" pungkas Rio tak terbantahkan.
Tetapi Alexa yang sekarang tetaplah Alexa gadis pembangkang dan keras, apa pun yang putuskan dapat dibantah dan oleh semua orang. Ia tetap ingin pergi dari rumah itu, Alexa tidak bermaksud untuk menyakiti hati ataupun meninggalkan semua keluarganya, tidak!
Memang berat berpisah dengan keluarganya, tetapi ini semua dilakukan untuk memperbaiki dan keselamatan janin yang berada dalam kandungannya. Ia tidak akan pernah membiarkan bayinya kembali menjadi korban atas kekecewaan dan kebencian Safara padanya, ia tahu bahwa saat ini kebencian wanita itu padanya semakin besar dan wanita itu berniat untuk membunuh juga menghancurkan seluruh kebahagiaannya.
Kenapa Alexa bisa mengetahui rencana Safara? Karena ia sering mengintai segala hal yang Safara lakukan juga untuk saat ini, ia memantau Safara dengan menggunakan kamera pengintaian yang pernah ia gunakan saat dirinya aktif dalam dunia permafiaan beberapa tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexa (END)
RomanceAlexandra Naira Anderson, seorang gadis lugu yang harus kehilangan harapan untuk mencapai cita-cita dan impiannya hanya karena sebuah tantangan yang dilaksanakan oleh Arkanata Mahendra Pratama sahabat dekat saudara kembarnya. "Arka, Eca cuma mau bi...