21. Pelajaran untuk Arka

653 18 0
                                    

Seluruh orang yang berada di luar ruang IGD tempat Alexa ditangani kini menatap Alex dengan tatapan tajam, penasaran, dan mengintimidasi. Alex pun sangat gugup dibuatnya, lidahnya terasa kelu seketika setelah melihat tatapan keluarga besarnya.

Karena geram dengan kelemotan cucu laki-lakinya satu ini, Fred sang opa langsung menggertak Alex dengan sebuah kata-kata ancaman yang membuat Alex langsung melanjutkan ceritanya dengan cepat kilat.

"Xander katakan apa yang sebenarnya terjadi pada Naira! Jika tidak, maka kau dan juga Arlan akan Opa berikan pelajaran yang setimpal karena kelalaian kalian dalam menjaga Naira!" ancam Fred dengan tersenyum sinis.

Mendengar ancaman sang opa, Alex langsung menceritakan segalanya dimulai dari pertemuan mereka dengan Alexa di lorong tangga rooftop hingga kejadian di mana Safara menusuk perut Alexa dengan pisau lipat.

Alex menceritakan segalanya tanpa ada yang dikurangi ataupun ditambahkan sedikit pun, ia menceritakan semuanya dengan tatapan penyesalan yang sangat kentara dari raut wajahnya.

Semua keluarga besar Anderson terkejut atas hal yang baru saja diceritakan oleh Alex, mereka tidak menyangka bahwa Safara akan tega melakukan hal bejat itu pada Alexa yang saat ini sedang hamil muda.

Yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah berdoa untuk keselamatan Alexa juga janin yang berada di dalam rahim Alexa. Tak lama kemudian Ria keluar dari ruang IGD, lantas seluruh Keluarga Anderson yang berada di sana berjalan mendekatinya dan menanyakan keadaan Alexa juga janinnya.

"Ria, bagaimana keadaan putri dan cucuku? Mereka baik-baik saja, 'kan?" tanya Rio dengan raut wajah yang sangat  khawatir.

Ria menggeleng dan menghela napas panjang, dan berkata. "Huft ... sebelumnya Ria cuma mau bilang, jika kemarin saat Ria memeriksa kandungan Alexa kembali ... baru Ria ketahui bahwa Alexa mengandung bayi kembar 4."

Semua orang yang berada di sana tersenyum cerah karena bahagia, tetapi senyum itu luntur seketika saat Ria melanjutkan perkataannya yang sempat terhenti beberapa saat.

"Tetapi saat Ria memeriksa kandungan Alexa kembali beberapa menit yang lalu, tusukan itu mengenai salah satu kantung janinnya hingga membuat kantung janin tersebut hancur. Dan hanya tersisa tiga kantung janin yang masih utuh," lanjut Ria dengan nada sendu.

"Ja ... jadi, maksud kamu Al ... Alexa keguguran Ria?" respon Sera kemudian ia menangis tersedu-sedu.

"Em ... bisa dibilang seperti itu, Kak."

"Jika salah satu kantung janin hancur seperti yang Tante katakan tadi apakah perlu diadakan operasi kuret atau pengangkatan janin?" celetuk Alex.

"Tidak perlu! Dengan hancurnya salah satu kantung janin itu, kita tidak perlu melakukan apa pun. Karena kantung janin yang hancur itu tidak akan keluar dan nantinya kantung janin tersebut akan terserap oleh tubuh, jadi kalian tidak perlu khawatir."

"Alexa cukup meminum obat keguguran dan kapsul penguat kandungan saja, dan jangan biarkan dia melakukan hal berat saat pulang dari rumah sakit ini. Karena itu akan membahayakan Alexa dan juga janinnya," sambung Ria dengan wajah sendu.

Sera yang mendengar keadaan putrinya saat ini lantas ia jatuh terduduk karena tak kuasa menahan bobot tubuhnya, ia sedih mendengarnya. Setelah mendengar hal ini ia saja sangat sedih, bagaimana dengan respon putrinya Alexa setelah mendengar hal ini?

Yang pasti Alexa akan merasa sangat terpukul, ibu mana yang sedih dan terpukul setelah mendapat kabar bahwa salah satu janin dalam kandungannya tak selamat.

Beberapa saat kemudian, Arka datang dengan wajah yang sedikit panik menghampiri mereka. Melihat kedatangan Arka yang tak diundang, membuat emosi Alex, Arlan, dan seluruh Keluarga Anderson memuncak begitu saja tanpa bisa dikendalikan.

Mereka marah dan kecewa pada Arka, mereka tak menyangka bahwa Arka akan setega dan sebejat itu pada satu-satunya putri kesayangan keluarga besar Anderson.
Mau marah, tetapi nasi sudah menjadi bubur! Mereka akan memberikan pelajaran pada Arka pun akan sia-sia, karena hal itu tidak akan pernah bisa mengulang waktu dan mengubah keadaan.

"Ada apa kau kemari, Arka?" sambut Rio dengan tatapan tajam, dingin, nan mengintimidasi andalannya.

Rio maju mendekati Arka yang berada setengah meter di hadapannya dengan wajah yang merah padam menahan emosi, ia tidak akan pernah membiarkan pria yang sudah menghancurkan masa depan dan impian juga cita-cita putrinya hidup dengan tenang dan damai. Ia akan membuat pria bejat itu sangat menyesal hingga tak sanggup lagi untuk hidup lama sebelum mendapatkan maaf darinya.

Diam!

Itulah respon Arka saat ini, dan keterdiaman Arka membuat emosi Rio semakin meledak.

Bugh!
Bugh!
Dugh!

Tanpa menunggu dan berkata-kata lagi, Rio langsung memberikan beberapa pukulan di tubuh Arka dengan membabi buta. Sedangkan Arka? Ia hanya diam menerima pukulan dari Rio, karena ia tidak ingin melawan pada yang lebih tua.

"Papi udah!" teriak Alex mencoba menghentikan Rio yang masih menyerang Arka.

"Papi Alex mohon udah, Alexa gak akan suka jika Papi bersikap kekanakan seperti ini! Alex tau bagaimana marahnya Papi pada Arka, tetapi gak gini caranya, Pi! Alexa gak akan suka jika orang yang pernah menjadi ayah dari bayinya terluka, jadi Alex mohon stop Papi ... stop!" ujar Alex membuat Rio menghentikan serangannya itu.

"Jika bukan karena Alexa, saya tidak akan membiarkan pria brengsek sepertimu hidup lebih lama lagi!" ketus Rio.

"Apa maksud lo Alex?"

"Lo tanya apa maksud gue, hm?"

"Maksud gue, lo itu .... "

"Biar Opa yang jelaskan padanya Alex!" potong Fred membuat Alex dan seluruh anggota Keluarga Anderson yang ada di sana terkejut.

"O ... Opa?" kejut Alex.

"Biar saya yang menjelaskan pada anda mengenai maksud dari perkataan cucu saya Alex barusan!" ucap Fred dengan suara beratnya.

"Anda tau hal apa yang sudah anda lakukan pada cucu saya Alexa?" tanya Fred yang dibalas anggukan tegas oleh Arka.

"Lalu ... apa hubungannya dengan perkataan Alex tadi? Apakah ada kaitannya?" santai Arka membuat Fred baik pitam.

Brukk!
Brak!
Krak!

Fred langsung memukul dan membanting tubuh Arka hingga tubuh Arka terbentur pada dinding yang membuat dinding itu sedikit retak. Hal itu menimbulkan kegelisahan dalam diri Sera, lantas ia menghentikan aksi gila ayahnya itu.

"Ayah Sera mohon hentikan ini! Sera mohon berhenti Ayah, ampunilah Arka!" teriak Sera dengan berurai air mata
.
"Tidak akan pernah! Ayah tidak akan membiarkan pria bodoh ini hidup dengan aman dan damai. Pria ini harus diberikan pelajaran yang setimpal atas perbuatannya!" sahut Fred dan mulai mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam sakunya.

"Ayah Sera mohon jangan lakukan hal ini! Ini adalah tempat umum Ayah, Alexa tidak akan suka jika Ayah berbuat seenaknya seperti itu! Sera mohon hentika Ayah, Sera mohon ... i ... Ibu ... tolong hentikan Ayah ..., " raung Sera yang matanya sudah sembab karena lama menangis.

Fred hanya mengabaikan ucapan Sera, ia terus mendekati Arka yang berusaha mati-matian menjauh darinya.

"Hei! Ada apa Arka? Kenapa kau bergerak mundur? Takut, heum? Jangan takut ... kau tidak akan terluka banyak, mungkin hanya terluka sedikit sajaa!" ujar Fred santai bagai di pinggir pantai.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
To be continue?

Alexa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang