11. Hamil

698 23 0
                                    

Melihat adiknya yang melamun, Alex langsung menyentuh bahu sang adik dan menyadarkan Alexa dari lamunannya.

Puk!

"Dek, kamu baik-baik aja?" tanya Alex mengejutkan Alexa.

"Ah, Eca gak papa kok Bang. Abang lebih baik sekarang pergi ke rumah oma Sarah dan mintain Eca buahnya, cepetan Abang!" seru Alexa mendorong tubuh abangnya keluar.

"Ck iya-iya. Tapi Abang naik apa, Eca?" kesal Alex.

"Iih ya naik motorlah. Mau naik apalagi kalau bukan motor? Abang mau naik mobil? Entar kalau macet gimana? Eca gak mau nunggu pokoknya!" geram Alexa.

"Tapi kan Abang masih dalam masa hukuman dari mami Ecaa."

"Iih sekarang tuh udah lewat satu bulan. Jadi Abang boleh naik si blacky motor kesayangan Abang," ucap Alexa.

"Iya juga ya. Yaudah deh Abang ke Bogor sekarang juga," sahut Alex dan berlalu dari hadapan Alexa begitu saja.

"Abang nanti kalau udah sampai telepon Eca, ya? Karena Eca mau liat Abang manjat pohonnya secara langsung buat ambil buah itu tanpa bantuan mang Asep!" teriak Alexa saat Alex sudah sampai di luar. Teriakan Alexa membuat Alex menghentikan langkahnya dan meresponnya dengan balas berteriak.

"Iya, pasti Sayang!"

Setelah kepergian sang abang yang saat ini sudah tak terlihat batang hidungnya, Alexa kembali masuk ke kamarnya dan melanjutkan kegiatan membaca novel yang belum sempat ia tuntaskan tadi.

Mengapa ia kembali ke kamar? Karena Alexa sangat yakin jika ia ke dapur, maka sang mami akan menyuruhnya beristirahat di kamar dan ia pasti tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apa pun setelah melihat wajahnya yang pucat pasi, karena lelah mengerjakan pekerjaan rumah tadi.

Jika ada Sera di rumah, mengapa ia tidak marah setelah mendengar anaknya berteriak, tadi? Karena saat ini ia sedang memasak sambil mendengarkan musik favoritnya dengan headshet yang selalu setia berada di telinganya. Ck dasar ibu-ibu milenial!

Lama membaca membuat dirinya lelah dan mengantuk hingga ia tertidur pulas di kamarnya sampai malam hingga ia tidak mengetahui bahwa Alex sudah datang dari Bogor dengan membawa buah yang ia minta tadi.

***
Pagi ini Alexa berencana untuk pergi ke rumah sakit guna menemukan jawaban akan kegelisahannya sejak kemarin, ia pergi ke rumah sakit untuk menemui tantenya yang bernama Ria. Ria merupakan seorang dokter kandungan juga dokter bedah sekaligus adik kembar Rio—papi Alexa—.

Sesampainya di rumah sakit, Alexa langsung masuk ke ruangan tantenya setelah mengetuk pintu dan mendapatkan jawaban dari orang di dalam. Saat masuk, Alexa dapat melihat Ria sedang berkutat dengan data pasien yang Alexa yakini adalah data kemarin.

Menyadari ada seseorang di hadapannya, Ria mengalihkan pandangannya ke depan dan tersenyum setelah mengetahui siapa yang berada di hadapannya.

"Alexa Sayang, kamu kok gak bilang sama Tante kalau mau ke sini? Ayo duduk dulu Sayang," sambutnya memeluk Alexa dan menyuruh sang keponakan duduk.

"Ada apa kamu ke sini Sayang? Tumben banget ke sini gak bilang dulu, apakah ada hal penting?" tanya Ria membuat Alexa menundukkan kepalanya lesu.

"Sebelumnya Alexa mau nanya. Alexa boleh cerita sebentar sama Tante, gak? Tante ada waktu?" balas Alexa bertanya.

"Boleh kok Sayang, kebetulan hari ini Tante lagi free. Memangnya ada apa, hm?" ujar Ria mengelus rambut Alexa lembut.

Sesaat Alexa terdiam sembari menundukkan kepala guna menahan cairan bening yang hendak keluar dari pelupuk matanya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan untuk menenangkan hati dan pikirannya.

"Ada apa, Alexa?" tanya Ria sekali lagi.

"Tan ... Tante ... Alexa mau cerita sama Tante tentang hal yang mami, papi, dan bang Alex gak tau sampai saat ini. Al ... Alexa mau cerita hal menyedihkan yang Alexa alami satu bulan lalu," ucap Alexa memulai ceritanya.

"Cerita apa, Sayang? Cerita sama Tante sekarang, kejadian menyedihkan apa yang terjadi sama kamu satu bulan lalu?"

"Satu hari sebelum pesta yang diadakan sekolah di apartemen Keluarga Pratama, ada seorang laki-laki yang ngajak Alexa jalan. Dia ngajak Alexa jalan berdua sepulang sekolah, Tante tau sendiri 'kan kalau udah berurusan sama boneka teddy bear Alexa gak akan nolak dari dulu.”

“Dan cowok itu janjiin Alexa mau belikan boneka teddy bear kalau Alexa mau jalan sama dia dan Alexa terima aja ajakan dia buat jalan, tapi Alexa ingat kalau kita bukan mahram dan gak boleh jalan berdua tanpa adanya seorang wanita atau pria lain yang menemaninya.”

“Yaudah Alexa minta dia buat ngajak Fara sahabat baik Alexa untuk ikut kita, awalnya dia nolak tapi setelah Alexa bilang tentang bagaimana possessive-nya papi dan bang Alex akhirnya dengan terpaksa dia mau terima tawaran Alexa.”

“Beberapa jam setelah ajakan dia itu, bang Alex samperin Alexa dan nyuruh Alexa buat ngejauhin cowok itu, karena Alexa gak mau bantah perintah abang yaudah Alexa nurut aja. Tetapi disisi lain Alexa bingung harus cari alasan apa buat batalin ajakan dia, akhirnya Allah berpihak sama Alexa saat itu.”

“Mami dan papi nyuruh kita ke rumah oma Sarah atas perintah opa Fred dan waktu ke Bogor itu bertepatan dengan janji yang Alexa buat sama cowok itu untuk jalan bareng. Akhirnya, Alexa berhasil menemukan alasan yang pas buat batalin ajakannya.”

“Tetapi ... tetapi pas acara sekolah malam itu ... cowok itu berhasil jebak Alexa Tante ... di ... dia .... " Kemudian Alexa menceritakan kejadian kelamnya pada sang tante dengan menangis tersedu-sedu. Alexa tidak kuat menahan tangisnya saat itu, sedangkan Ria? Dia terkejut dengan kejadian yang menimpa keponakan perempuan satu-satunya itu.

Ia tidak menyangka bahwa keponakan kesayangannya mengalami hal yang buruk di hari yang baik itu, ia memeluk erat tubuh keponakannya dari samping dan menyuruh Alexa mengeluarkan seluruh isi hati yang Alexa simpan selama satu bulan terakhir ini.

"Alexa takut Tante ... Alexa gelisah. Maka dari itu Alexa ke sini untuk memeriksa keadaan Alexa, karena selama beberapa minggu terakhir ini Alexa merasakan bahwa tubuh Alexa semakin berisi, tubuh Alexa sering lelah jika melakukan kegiatan rumah, mood Alexa sering berubah-ubah dan Alexa juga kadang pengen sesuatu yang aneh dan tidak Alexa sukai sebelumnya. Alexa mau periksa sama Tante, apakah benar kecurigaan Alexa kalau saat ini Alexa ... Alexa hamil," lirih Alexa di akhir kalimatnya.

"Yaudah kalau gitu, kamu berbaring di atas brankar dulu. Tante mau mengambil alat yang dibutuhkan," sahut Ria dan mengambil alatnya.

Setelah mendapatkan alatnya, Ria memeriksa keadaan Alexa dengan teliti dan fokus. Saat memeriksa bagian perut Alexa, Ria terkejut karena kecurigaan keponakannya itu ternyata benar dan menjadi kenyataan. Ria menghela nafas panjang, Alexa yang melihat respon Ria setelah memeriksanya menjadi kalut dan semakin gelisah.

"Ba ... bagaimana Tante?" gugupnya.

"Kamu hamil, Alexa!"

Deg!

"Dan usia kandungan kamu saat ini menginjak usia lima minggu, tetapi Tante sedikit ragu dengan usia kandungan kamu saat ini karena perut kamu yang sedikit membuncit seperti halnya ibu yang sedang hamil lima bulan Sayang. Setelah Tante periksa lagi, bener kok kalau usia kandungan kamu itu menginjak lima minggu. Apa kamu mau di USG Sayang?" tanya Ria mengakhiri penjelasannya.

"Alexa takut Tante ... gimana cara Alexa ngomong sama mami dan papi, terutama bang Alex. Alexa takut mereka kecewa, Tante ... Alexa takut ..., " panik Alexa kembali menangis tersedu-sedu.

Ria yang melihat respon Alexa langsung memeluknya dengan erat guna menenangkan Alexa, Ria ikut merasa sedih saat melihat keadaan keponakannya yang saat ini bisa dikatakan sangat kacau dengan mata yang bengkak karena terlalu lama menangis.
 
 
 
 
 
 
To be continue?

Alexa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang