Dengan kesal, Sean berjalan menuju kedai kelapa segar dengan wajah yang merah padam menahan kesal.
"Mbak, pesen air kelapanya yah tiga buah. Antarkan ke bangku tempat wanita hamil itu ya Mbak," kata Sean menunjuk ke arah di mana Alexa sedang bersantai ria menikmati sejuknya angin pantai.
"Waah ... itu istrinya sedang hamil, ya Mas? Mas nya teh, perhatian pisan euy sama istrinya yang lagi hamil. Semoga anak kalian sehat-sehat aja sampai lahiran ya Mas," celetuk pelayan kedai itu membuat Sean melongo.
"Eh? Duh Mbak sebenarnya dia bu ..., " ucapan Sean dipotong begitu saja oleh pelayan tersebut.
"Waduh Masnya malu-malu ya. Udah gak usah malu Mas, masa mau jadi Ayah masih malu-malu kucing."
'Ni Mbak-Mbak pelayan mulutnya minta dikasih lem deh, kayanya. Mulutnya lemes banget kaya oli,' geram Sean dalam batin.
"Yaudah kalau gitu, Mbak. Saya bawa satu kelapa ini dulu ya, nanti sisanya antarkan ke bangku yang saya tunjukkan tadi. Jangan lama-lama ya Mbak," pungkas Sean kemudian pergi dari sana dengan raut wajah kesal.
Sesampainya di hadapan Alexa, Sean langsung memberikan kelapa itu dan duduk di samping Alexa dengan jarak yang lumayan jauh. Sean masih ingat bahwa mereka bukanlah mahram, jadi ia tidak boleh berdekatan dengan Alexa.
"Nih, air kelapanya udah gue bawain!" tukas Sean membuat Alexa mengalihkan perhatiannya.
"Owh, oke terima kasih. Oh iya, gue kan mintanya tiga, kok lo kasih satu doang sih?" dengkus Alexa sedikit merengek.
"Yang lainnya masih dibuat sama pelayannya, udah deh minum dulu yang itu kenapa sih! Lo juga gak akan kuat minum tiga-tiganya, 'kan?" sahut Sean yang masih mencoba meredakan kekesalannya.
"Ck. Kenapa nggak sekalian sih, gue kan lagi kepengen minum tiga air kelapa segar nan murni ..., " Alexa berdecak sebal dan mengerucutkan bibirnya hingga Sean gemas dibuatnya.
"Yaudah sih, entar juga dianterin sama pelayannya. Lebih baik yang itu diminum dulu biar enak dan lo bisa lebih tenang," tutur Sean tanpa sadar melembutkan suaranya.
"Iya deh, iya."
Dari kejauhan, mereka terlihat seperti sepasang suami-istri yang sedang menikmati waktu liburnya bersama-sama. Itulah isi pikiran pelayan yang tadi berbicara dengan Sean, pelayan itu melangkahkan kaki jenjangnya menuju Alexa dan Sean yang saat ini sedang menikmati angin pantai bersama.
"Ekhem!" dehem Sean membuat Alexa menoleh ke arahnya.
"Apaan?"
"Nama lo?" tanya Sean mengangkat sebelah alisnya.
"Ngapain lo nanya nama gue? Suka lo sama gue!" ketus Alexa. Entah mengapa setiap berhadapan dengan Sean, ia selalu emosi dan ingin melampiaskan kekesalan juga kemarahannya pada pria di hadapannya itu.
"Ck. Gue kan cuma nanya, emang salah kalau gue nanya?" ucap Sean sedikit kesal. Ia bingung, mengapa wanita hamil di hadapannya ini selalu sensitif saat berbicara dengannya sejak awal bertemu.
Adakah yang salah dengan perlakuannya? Jika ada maka di mana letak kesalahannya? Apa mungkin hormon wanita hamil itu selalu berubah-ubah seperti itu? Ia pun tidak mengerti.
"Gue ada salah apa sih, sama lo? Kayanya sejak awal kita ketemu tadi lo selalu ketus gitu ngomongnya, heran deh gue!" dengus Sean.
"Ya mungkin karena anak gue gak terima bunda cantiknya ditabrak sama cowok tengil kaya lo, jadi bawaannya selalu emosi gitu deh kalau ngomong sama lo. Kesel mulu bawaannya," jawab Alexa asal.
"Ck. Masih di dalam kandungan aja ngeselinnya minta ampun, apalagi dah lahir nanti. Ampun deh," cibir Sean.
"Heh! Maksud lo apa ha?" sarkas Alexa yang sudah berkacak pinggang di hadapan Sean dengan wajah marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexa (END)
RomanceAlexandra Naira Anderson, seorang gadis lugu yang harus kehilangan harapan untuk mencapai cita-cita dan impiannya hanya karena sebuah tantangan yang dilaksanakan oleh Arkanata Mahendra Pratama sahabat dekat saudara kembarnya. "Arka, Eca cuma mau bi...