22. Kesedihan Alexa

745 19 0
                                    

Suasana semakin memanas tatkala Arka sudah terkapar tak berdaya di hadapan Fred karena serangannya tadi, Sera terus memohon kepada Fred untuk menghentikan aksi pria itu yang bisa saja membunuh Arka dalam sekali jentikan jari.

"Ayah, Sera mohon hentikan Ayah ... Sera mohon ... jangan sakiti Arka, dia adalah pria yang pernah menjadi ayah dari cicitmu ... Sera mohon jangan ... jangan lakukan hal itu Ayah!" lirih Sera sesenggukan. Lalu ia menangkupkan di depan wajah dan memasang raut wajah memohon di hadapan Fred, Sera tau bahwa memasang raut wajah seperti ini, ayah mertuanya akan luluh.

Tetapi nihil, Fred sama tidak melirik ke arahnya dan malah semakin mendekati Arka dengan tatapan membunuh. Fred terus mendekati Arka dan hendak menusukkan belati tersebut ke tubuh Arka, tetapi perbuatannya dapat dilakukan oleh Ria.

Ria mengeluarkan kata-kata yang relevan dengan Alexa hingga Fred mengurungkan niatnya untuk memberikan pelajaran pada pria brengsek di hadapannya itu.

"Sudah hentikan Ayah! Jangan pernah lukai Arka karena Alexa berpesan bahwa ia tidak ingin Anda menyalahkan atau melukai Arka. Ia ingin Ayah menghadapinya dengan dewasa tanpa mengandalkan otot atau kekuasaan, karena mau bagaimana pun Arka adalah ayah dari bayi yang Alexa kandung saat ini. Jadi kumohon hentikan dan tenangkan dirimu Ayah, jangan gegabah!" tutur Ria berhasil menyurutkan sedikit emosi yang ada dalam diri Fred.

Fred menyimpan kembali belati perak kesayangannya dan mengungkapkan Arka dengan nan sinis. Kemudian, ia berkata, "Kali ini kau selamat dariku pria bodoh! Tetapi lain kali, jangan harap kau bisa terbebas dariku, camkan itu baik-baik!" ancam Fred kemudian pergi dari hadapan Arka.

"Kalian bisa menjenguk Alexa saat ini, karena mungkin saat ini Alexa telah sadar dari pingsannya. Tetapi ingat! Jangan sampai kalian mengganggu waktu istirahatnya," tukas Ria yang disambut senyum lega oleh Sera dan lainnya.

"Benarkah? Terima kasih Ria," sahut Sera dengan mata berbinar dan memeluk Ria dengan erat.

Tak ingin berlama-lama di luar, Sera kemudian melepaskannya dan masuk ke dalam ruang rawat Alexa dengan mata yang memancarkan kebahagiaan, meskipun di dalamnya bintang rasa khawatir.

Ceklek.

Sera membuka pintu dengan perlahan agar tidak mengganggu istirahat putri kesayangannya. Sera masuk ke dalam ruangan tersebut diikuti oleh Alex, Arlan, dan Rio di belakang.

Hal pertama yang mereka lihat setelah masuk adalah wajah tenang lagi damai milik Alexa yang masih terlelap dalam mimpinya. Mereka berempat saat ini dilanda kegelisahan, bagaimana tidak gelisah?

Melihat wajah tenang dan damai Alexa membuat mereka semua tak tega untuk memberitahukan kabar duka mengenai salah satu janin Alexa saat ini sudah tiada lagi akibat tusukan yang diberikan oleh Safara pagi tadi.

Tetapi bagaimana keadaannya, mereka harus dan wajib menjadi masalah salah satu janin Alexa yang menjadi korban tusukan tersebut. Karena Alexa adalah ibu dari janin itu, dan Alexa harus mengetahui hal ini bagaimana pun caranya. Saat mendekati brankar Alexa, perlahan tapi pasti kelopak mata itu terbuka untuk bola mata indah berwarna coklat kehitaman.

"Eh, Mami, Papi, Abang. Sejak kapan kalian ada di sini?" tanya Alexa terkejut saat melihat keluarganya berada di hadapannya.

"Baru saja, Sayang. Bagaimana keadaan kamu, hm? Apakah ada yang sakit? Kalau ada yang sakit bilang sama Mami Sayang," balas Sera dengan pertanyaan yang beruntun.

"Alexa udah gak papa kok Mami, cuma Alexa merasa sakit aja di bagian perut."

"Oh iya, anak Alexa gimana? Dia baik-baik aja, ‘kan? Gak ada yang terluka, ‘kan? Dia sehat dan baik-baik aja, ‘kan?" sambung Alexa sangat panik setelah mengingat kejadian saat di rooftop tadi pagi.

Alexa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang