34. Kesempatan yang Baik

286 11 0
                                    

Melihat kilatan emosi dalam mata Sean, Reza buru-buru menghentikan ucapannya dan mengiyakan ajakan Sean dengan kata yang tergagap-gagap.

"Ba ... baik Pak E ... Erick," gugupnya.

"Hm ..., " jawab Sean dengan tatapan dingin.

Alexa tak menyangka bahwa Sean akan emosi dengan perkataan Reza yang menghina dirinya, tetapi ia sedikit lega karena dengan Sean seperti itu bisa membungkam Reza.

Mereka memulai meeting kali ini dengan sangat lancar, Alexa pun mempresentasikan proyek yang dikelola pada meeting pertamanya dengan baik hingga Sean kagum dibuatnya. Bagaimana tidak, Alexa menjelaskan dengan sangat baik di hari pertamanya bekerja menjadi sekretaris.

Padahal, Alexa tidak pernah berpengalaman menjadi karyawan di perusahaan mana pun sebelumnya, karena Alexa belum sempat menyelesaikan sekolahnya. Setelah mempresentasikan proyek tersebut, Alexa menatap Sean dan dapat ia lihat kilatan kagum serta bangga dari tatapan yang Sean berikan padanya. Ia hanya tersenyum manis menanggapi dan kembali duduk tepat di seberang Sean.

"Bagaimana Tuan Reza yang terhormat, apakah proyek yang dipresentasikan sekretaris saya sangat menarik?" tanya Sean tersenyum miring.

"Yaa bisa saya katakan bahwa presentasinya sangatlah bagus dan memuaskan, saya setuju untuk bekerja sama dengan anda Tuan Erick!" balasnya kemudian menjabat tangannya dengan Sean.

"Maaf, tetapi sebelum kita mengesahkan kerja sama kita ini, alangkah baiknya Anda meminta maaf terlebih dahulu kepada sekretaris saya atas kesalahan Anda yang menghinanya, tadi. Bagaimana, Tuan Reza?"

Alexa membulatkan matanya sempurna kala mendengar ucapan Sean, meminta maaf padanya? Apakah Sean bercanda? Berbeda dengan Reza yang mendengar ucapan Sean, pria itu langsung mengangguk setuju atas permintaan Sean.

"Maafkan saya atas hinaan, cacian, serta kata menyakitkan yang saya lontarkan untuk Anda, Nyonya Alexa. Maafkan saya," tutur Reza.

"Eum ... tidak apa-apa, Pak Reza. Saya mengerti atas tindakan Anda tadi, saya memaafkan."

"Te ... terima kasih, Nyonya!"

Setelah mengatakan hal itu, Reza berpamitan pada Sean kemudian pergi dari sana bersama dengan sekretarisnya. Lantas Sean mendekati Alexa dengan senyum manis yang tercetak sangatlah jelas di wajahnya hingga matanya terlihat menyipit karena senyuman itu.

"Hebat Sandra! Kamu membungkam mulut pria tak waras itu dengan presentasi terbaikmu, saya nggak nyangka kamu bisa sehebat itu dalam presentasi. Saya gak salah memilih sekretaris ternyata," puji Sean membuat hati Alexa menghangat dan tenang melihat senyum Sean yang kian melebar.

"Terima kasih juga atas perlakuan Anda yang meminta kliyen Anda meminta maaf kepada saya, meskipun itu tidaklah diperlukan. Terima kasih Pak, tanpa Bap .... "

"Ssshuut! Ucapan maaf itu pantas kau dapatkan, Sandra! Jangan panggil saya Bapak jika kita sedang berada di luar berdua seperti ini Sandra, saya masih berusia di bawah dua puluh lima asal kau tau!" Potong Sean dengan jari telunjuk yang hampir saja menyentuh bibir manis Alexa jika saja Alexa tidak mundur terlebih dulu.

"Ya ... ya ... ya ... baiklah, terima kasih Sean! Tanpa kau aku pun tak akan bisa sehebat itu," sahut Alexa ikut tersenyum.

"Mengapa setiap melihat senyum indahmu yang disebabkan olehku hatiku menghangat Sandra, bisa kamu jelaskan?" ujar Sean tanpa sadar membuat Alexa terkejut.

"Eh ... kok?"

"Sandra! Saya tahu kamu lelah karena bekerja hari ini, jadi mari saya antar kamu pulang."

"Gak usah Sean, aku bisa pulang sendiri."

"Tidak ada bantahan Sandra, ini perintah!" tegas Sean.

"Baiklah, Sean," pasrah Alexa melangkahkan kakinya keluar cafe.

Alexa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang