• EZRA? •

24 0 0
                                    

"Gila, gak nyangka banget gue"kata Dion mendengar cerita dari Bara tentang kejadian semalam.

Sekarang ini mereka ber9 duduk di kantin dengan 2 meja yang di gabungkan.

Ya, Bara menceritakan pada teman-temannya. Awalnya ia tidak berniat bercerita tapi mereka semua memaksa. Salah Bara sendiri, tidak mau bercerita lengkap tapi malah langsung meminta bantuan mereka untuk mencari keberadaan Reza, alhasil mereka penasaran awal mulanya.

Caesa memekik kesal "Tuh kan! Kita udah curiga, Adek kelas itu sebenernya gak secupu itu. Waktu marah-marah di belakang sekolah keliatan banget sangar gitu. Iya kan, Ngel?" Angel mengangguk menyetujui pendapat Caesa

"Tapi lo gak papa kan Ra?"tanya Cikka khawatir "Lo gak sampe trauma kan?"

Liara menggeleng seraya tersenyum tipis seolah memperlihatkan dirinya baik-baik saja "Gue udah gak papa kok" Ia menyender di bahu Bara karna paksaan Bara sendiri.

"Kenapa gak nelpon?"pertanyaan bernada datar itu merujuk pada Bara yang sedang mengelus rambut Liara.

Pertanyaan yang dapat di mengerti Bara, meski tidak langsung terucap. Maksud yang sebenarnya adalah seolah mengatakan 'kenapa gak minta bantuan?'.

"Gue bisa nanganin sendiri"balas Bara pada Bagas.

"Emang Reza kayak gimana sih mukanya, Biar sekalian kita bantu cari"ujar Dion.

Bagas merogoh ponselnya di saku celana. Membuka galeri lamanya yang mungkin foto itu masih tersimpan di sana. Semua diam, menunggu Bagas.

Dion yang pada dasarnya duduk bersebelahan ikut mengintip sedikit, Bagas yang tengah mencari foto Reza di ponselnya.

"Kayak fot-"

"Apaan lo"sentak Bagas terkejut, berusaha menjauhkan ponselnya.

Dion mengernyit melihat respon yang menurutnya berlebihan, padahal ia hanya ingin melihatnya sendikit tapi Bagas berlagak seakan orang yang terciduk.

"Ya elah Gas!. Slow anjirrr!!"

"Iya, takut banget Dion liat galeri lo"sahut Iqbal "Emang ada apaan sih?"

"Privasi!" Dion dan Iqbal bungkam, tidak lagi membahas karna Bagas sudah mengeluarkan aura tiger nya.

"Nih!" Bagas menunjukkan foto Reza, foto yang ia dapat dulu saat mengikuti club basket waktu SMP. Ia dan Reza sempat foto bersama waktu pergantian ketua club basket senior ke junior.

Cikka menelisik "Ohh, ini kakak kelas yang waktu itu lo bilang kan, Ra? Waktu kita di mall?" Liara manggut-manggut tanda mengiyakan.

Memori cewek-cewek itu masih tajam rupanya. Angel dan Caesa juga ingat cowok itu.

Beralih ke Dion, cowok itu memperhatikan foto Reza yang sengaja di zoom nya dengan seksama. Seakan berusaha mengingat orng itu, karna ia merasa tidak asing dengan wajah itu.

"Kayak gak asing?!"gumam Dion

"Lo kenal Yon?"tanya Zikry

"Bentar-bentar, gue inget-inget dulu" Dion berpikir keras untuk mengingat. Mereka menunggu, ekspresi itu kentara serius.

Di detik-detik kemudian. "Lah!!"Pekik cowok berkalung salib itu tiba-tiba. "Gue baru inget! Ini Kakaknya Ezra, woiii"celetuk Dion akhirnya ingat juga. Ya, ia sangat yakin, ingatannya tidak mungkin salah.

"Ezra?"ulang Zikry

Dion menganguk yakin "Temen sekelas kita!"

"Yang ketua PMR?"tanya Cikka memastikan.

Dion membenarkan "Yoi"

"Kok lo bisa tau?"kepo Iqbal penasaran

"Gue dulu satu SMP sama Ezra bahkan sekelas."jeda Dion "Nah, waktu itu ada tugas kelompok, jadi Ezra ngusul ngerjain tugasnya di rumah dia. Terus pas kita sampe di rumah Ezra, gue liat ada cowok yang ngelengus aja di depan kita keluar rumah. Gue kepo, jadi gue tanya Ezra, dia bilang itu Kakaknya."

We Are ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang