• CIKKA VS DINI •

29 0 0
                                    


"Awss!"

Cikka mengusap jidatnya sakit karna tidak sengaja terbentur dengan sesuatu yang lumayan keras pikirnya.

"Sorry"

Cikka mengadahkan kepalanya ke atas karna tau yang di tubruk oleh jidatnya adalah dada bidang seseorang dan yang lebih membuatnya tercengang setelah melihat wajah orang itu, ternyata cowok yang selama ini hanya mampu di kaguminya dari jauh.

"Eng-enggak papa kok Gas. Gue juga salah"ucapnya rada grogi.

Bagas berdehem singkat "Duluan"ucapnya datar.

"Bagas!"

Langkah Bagas terhenti. Tanpa menoleh pada sang pelaku yang memanggil namanya. Biar orang itu sendiri yang menghampirinya.

"Boleh bareng gak?"gumam Cikka pelan.

Beruntung pendengaran Bagas tajam jadi gumaman itu masih bisa di dengarnya.

Bagas menganggukkan kepala tanda mengiyakan lantas melangkahkan kakinya kembali.

Sedangkan Cikka? Gadis itu senang bukan main. Setelah berabad-abad ia ingin sekali dekat dengan cowok itu tanpa menyiakan kesempatan Cikka menyusul Bagas dengan melangkah cepat, menyeimbangkan dengan langkah kaki besar Bagas.

Keduanya berdampingan menelusuri koridor kelas yang sudah banyak masyarakat sekolah yang berdatangan karna sekitar 7 menitan lagi bel masuk akan berdering.

Ini bukan jam biasanya Cikka datang ke sekolah. Ia agak bangun kesiangan pagi tadi tapi Cikka sangat bersyukur karena itu takdir yang tidak di sangka-sangka olehnya, kedatangannya yang terlambat membuatnya bisa berdekatan dengan sang crush.

Meski hanya jalan bersampingan tanpa melakukan interaksi. Itu saja membuat jantung Cikka berkali-lipatan debarannya.

Bagas sendiri mengiyakan karna memang kelas mereka di lantai yang sama jadi bareng atau gak nya tetap saja mereka akan berjalan bersama karna tujuan yang sama.

Cikka yang berusaha mencari topik agar tidak tegang "Tumben jam segini baru dateng Gas?"tanyanya

"Telat bangun!"jawab Bagas singkat

'Gila! Gila telat bangun nya aja bisa samaan. Udah Fix jodoh gue emang!' Cikka membatin pede.

Mereka memasuki lift sekolah. Dengan Bagas yang memencet tombol angka 3 tepat di lantai kelas mereka. Cikka ketar-ketir di tempat karna mereka berada di dalam lift (:catet berdua!. Sesekali ia melirik-lirik crush di samping meski tidak di lirik balik tapi jangan kira my crush tidak tau, Bagas sadar hanya saja bersikap acuh.

Keluar dari lift. Cikka menghelas napas ketika mereka harus terpisah karna kelas Cikka belok kanan sedangkan Bagas belok kiri.

"Gue duluan"ucap Bagas tanpa menunggu jawaban Bagas sudah melenggang pergi.

Cikka menatap miris punggung belakang Bagas yang mulai menjauh "Anterin ke kelas kek gitu"gumamnya

"Mau gue anterin?!"monolog Cikka berharap Bagas akan mengatakan itu. "Ini malah langsung pergi! Emang ya si Bagas pengen banget di santet kek nya"gerutunya.

Cikka membuang napas tenang. "Oke Cikka. Gak papa nanti lain kali lo berusaha lagi"semangatinya pada diri sendiri "Ayok! Cairkan es batu nya. Cantik!"gumamnya menyibak rambut panjangnya.

Belum sampai di kelas, Cikka di hadang oleh TriCab siapa lagi kalo bukan Karin, Dini dan Sesil.

"Apaan sih lo minggir!"sentak Cikka

Yang berkepentingan urusan maju selangkah. Dini menghadap tepat di depan Cikka dengan sorot penuh kemurkaan.

Plak!

We Are ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang