• USAHA KECIL •

61 0 0
                                    


"Bagas"

Panggilan itu membuat langkah seseorang terhenti. Cikka berjalan cepat, semakin mendekat pada tempat Bagas yang berdiri kini.

"Hmm?"

"Huh, astaga! Denger dehemannya aja bikin jantung gue meleyot" batin Cikka girang.

"Lo punya buku tentang semua rumus yang lengkap kan?" tanya Cikka setelah berhasil meyakinkan dirinya untuk mengambil langkah ini, ia sedang berusaha memberanikan diri.

"Kenapa?" Bagas bertanya balik, meminta Cikka mengatakan inti pembicaraannya saja.

"Gue boleh minjem gak? Sebentar aja, boleh, ya?" mohon Cikka dengan sedikit memelas agar cowok di depannya ini setidaknya luluh. Ya, karna itu bagian dari usahanya untuk mendekati sang crush.

Bagas malah menaikan sebelah alisnya, dahinya pun terlihat berkerut karna merasa aneh tapi tidak di pusingkan olehnya. Dengan wajah yang selalu tanpa ekspresi.

"Kemarin gue mau beli tapi katanya lagi gak ada," jelas Cikka menambahkan alasannya agar terlihat meyakinkan.

Penuturan yang terdengar lancar tapi tidak dengan kondisi jantung Cikka yang berdetak seperti berlomba. Satu tetesan terasa mengalir di belakang punggungnya, berhadapan dengan Bagas cukup membuatnya keringat dingin.

"Besok"

Meluncurkan satu kata singkat yang untungnya bisa Cikka mengerti dan maklumi, selain bermuka datar crush nya ini juga irit bicara.

"Abis pulang sekolah aja, ya? Lo lagi gak bawa kan? Yaudah gue ngambilnya di rumah lo aja deh" ujar Cikka beruntun. Sudahlah ia tidak peduli dengan harga dirinya yang sudah jatuh karna mengejar cowok tapi apa boleh buat, yang namanya cinta harus di perjuangkan bukan? Setidaknya Cikka mau berusaha, masalah mendapat feedback itu urusan di akhir.

"Gue lagi butuh banget ini." alibinya.

Bagas sendiri seolah acuh menanggapi dengan seadanya, ia mengangguk saja "Iyaa" jawab cowok itu sekenanya.

Persetujuan itu mampu membuat Cikka memekik senang karna dirinya akan berkunjung ke rumah Bagas, namun Cikka tidak sebodoh itu untuk menunjukkan kegirangannya di depan cowok itu. Ia tetap harus stay cool, seakan itu memang penting dan seolah Cikka sangat membutuhkan buku itu, tidak hanya iming-iming.

Tanpa berlama-lama Bagas melenggang pergi meninggalkan Cikka yang masih berdiri di koridor kelas seraya terus menguatkan dan meyakinkan dirinya untuk lanjut.

Menatap punggung lebar yang kian menjauh itu "Ayo, Cikka. Semangat girl!!" ujarnya seraya mengepal kedua tangannya sejajar dengan bahu. Semoga saja ini akan berhasil menjadi awal dari kedekatan mereka.

"Cik!"

Seruan dari seseorang membuat Cikka memusingkan tubuhnya, terlihat ada seorang cowok yang tengah berjalan ke arahnya.

"Ngapain? Kok gak masuk kelas?" tanya Zikry, selepas dari kejauhan ia melihat cewek itu berdiri di koridor.

"Ini juga mau masuk kok" Cikka cengengesan sendiri "Lo baru dateng juga?"alihnya

Cowok bergelar softboy itu memberi senyuman khasnya "Hmm, iyaa nih"

"Cik?" panggil Zikry yang tampak ragu dan gugup, sedangkan Cikka menunggu kalimat yang keluar selanjutnya dari Zikry.

Cowok itu berdehem singkat sebelum berucap "Pulang sekolah lo sibuk gak?" tanya Zikry

"Kenapa emangnya?" Tanpa menjawab, Cikka membalikkan pertanyaan.

"Mau ngajakin nonton, atau gak entar sore kita jalan?"tawar Zikry "Mau gak?"ajaknya

Cikka tampak merubah ekspresi bersalahnya "Sorry, Zik! Pulang sekolah nanti gue mau ke rumah Bagas"

We Are ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang