Terhitung sudah tiga hari Seohyun tidak masuk sekolah. Hari ini dirinya kembali tidak bisa masuk sekolah lagi dikarenakan tanggal merah yang jatuh pada hari Jum'at. Selama empat hari ini pula dirinya harus menginap di rumahnya sendiri bersama sang kakak. Membuatnya mau tak mau selalu bertemu dengan pria itu selama satu pekan sejak pertama kali pria itu datang ke sini.
"Bosen di kamar terus," gumam Seohyun, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya yang mulai terasa sumpek. Namun, tidak ada pilihan lain jika dirinya ingin menghindari pria itu. Satu-satunya cara dengan bersembunyi di kamar yang tidak bebas dikunjungi pria itu jika kakaknya tidak ada di sini. "Aa sama dia belum pulang dari rumah Abah, kan? Aku mau duduk di teras aja, udaranya pasti sejuk."
Seohyun menurunkan kedua kakinya dari ranjang, meraih tongkatnya yang disandarkan di samping ranjng. Ia duduk sebentar sebelum akhirnya bangkit berdiri, "Bismillah..."
Dengan penuh kehati-hatian Seohyun melangkah meninggalkan kamarnya, hingga akhirnya tiba di pintu depan dan langsung membukanya. Embusan angin yang terasa sangat menyejukan langsung menerpa kulit wajahnya. Ia pun langsung duduk di kursi teras, lalu menyandarkan tongkatnya pada tembok. "Alhamdulillah, sampe juga."
Pandangannya menatap ke samping, mendapati tas badminton dan satu kaleng berisi kok tergeletak di atas meja. "Ini punya siapa, ya?" tanyanya sambil meraih dan membukanya. Ia mengeluarkan salah satu dari kedua raket tersebut. Kedua matanya membulat begitu menyadari jika raket tersebut merupakan merek dengan harga yang tidak murah dan tentunya alsi. "Iya, ini pasti bukan punya Aa. Atau... punya dia?" tanyanya pada dirinya sendiri, lalu langsung mengembalikan raket tersebut ke tempat semula.
Tidak lama kemudian Haikal dan Kyuhyun pun tiba, berboncengan menaiki sepeda miliknya. Seohyun hendak bangkit berdiri, namun suara sang kakak langsung menahannya, membuatnya kembali terduduk.
"Neng, kok, malah duduk di luar?" tanya Haikal, menghampiri adiknya.
"Eum... bosen aja di kamar. Aa habis dari rumah Abah?" tanya Seohyun.
"Iya, disuruh ambil lauk nasi," jawab Haikal sambil menunjukkan rantang yang dibawanya. "Neng udah laper?"
Seohyun menggeleng kecil. "Emang Teteh ke mana? Lagi pergi? Biasanya Teteh yang ke sini nganterin lauk."
"Kata Ambu Fiya lagi kurang sehat."
"Ya Allah, aku gak tau. Teteh juga gak cerita. Padahal tadi malem teleponan."
"Ya udah, kamu doain aja biar Fiya cepet sembuh," sahut Haikal sambil mengusap kepala adiknya lembut, lantas beralih menatap sahabatnya yang kini masih duduk di sepeda milik adiknya. "Kyu, lo mau sarapan sekarang atau nanti aja, nih?"
"Olahraga dulu, lah! Bultang-bultang," jawab Kyuhyun, memarkirkan sepeda tersebut di bawah pohon mangga yang terdapat di pinggir halaman rumah ini.
Haikal meraih tas badminton yang dibawa langsung dari Jakarta oleh sahabatnya itu. Ia meletakkan sandal miliknya di tengah-tengah sebagai pengganti garis net.
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh (SELESAI)
FanfictionSatu cerita yang selalu ia dengar dari sahabatnya selama enam tahun ini, berhasil membuatnya tertarik dan penasaran pada tokoh utama dalam cerita tersebut. *** Persahabatannya dengan Haikal yang terjalin selama enam tahun ini, membuat Kyuhyun harus...