Suara ayam yang berkokok membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya. Kedua matanya perlahan terbuka, lalu mengerjap-ngerjap. Mulutnya menguap, membuat tangan kanannya refleks langsung menutupnya. Seohyun menoleh ke samping kanan, menatap ke bawah di mana seharusnya Hanin masih tertidur di sana. Ingatannya pun kembali pada kejadian tadi malam. Di mana dirinya harus berpisah dengan teman barunya, termasuk pria itu juga.
Tok tok tok!
"Neng udah bangun?"
Seohyun menatap pintu kamarnya, tersenyum lembut mendengar suara kakaknya. Membuatnya tersadar jika dirinya tak sendirian. "Udah, kok, A."
Krekkk!
Pintu kamarnya langsumg terbuka, menampilkan Haikal yang berdiri di ambang pintu, lantas membungkuk mengangkat panci yang tergeletak di lantai di mana uap keluar dari sana. "Nanti kalo mandi pake air hangat, ya. Jangan air dingin. Apalagi tadi malem kamu kecapean," ujarnya, lalu melangkah masuk menuju kamar mandi di dalam kamar. Menuangkan air panas ke dalam ember, setelahnya ia pun kembali keluar. "Airnya belum Aa campur sama air dingin. Aa pamit ke masjid dulu, sebentar lagi azan."
"Iya, A. Makasih, ya. Aa pulang ke Garut harusnya liburan. Tapi, ini malah sibuk ngurusin aku. Maaf, ya, A, aku selalu ngerepotin Aa."
"Ya Allah, Neng. Kamu, kan, adek Aa. Ya, wajar aja kalo Aa ngurusin kamu. Kalo bisa... Aa malah gak mau pergi ninggalin kamu lagi," timpal Haikal.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.
Belum sempat Seohyun membalas ucapan kakaknya, terdengar suara kumandang azan subuh. "A, udah azan, tuh. Aa berangkat sekarang."
"Ya udah, kalo gitu Aa pamit ke masjid dulu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Setelah kepergian kakaknya, Seohyun pun beringsut turun dari ranjang, lalu melangkah ke kamar mandi tanpa bantuan tongkat lagi seperti kemarin. "Masih lumayan sakit, tapi aku harus biasain jalan tanpa tongkat," gumamnya dengan sedikit meringis.
Dua puluh menit berlalu, Seohyun baru keluar dari dalam mandi. Tangannya sibuk mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk. Melirik sekilas jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul 04.40 pagi. Ia pun langsung bergegas melaksanakan salat subuh, dilanjut dengan bertadarus beberapa lembar.
Tok tok tok!
Ketukan di pintu kamarnya membuat Seohyun mengakhiri tadarusannya, lalu menandakan bacaannya dengan tali pembatas Al-Qur'an. "Sadaqallahul 'adziim." Ia langsung bangkit berdiri, meletakkan Al-Qur'an di rak buku, lantas membuka mukena yang ia kenakan dan melipatnya. "Aa, masuk aja. Pintunya gak dikunci, kok!"
Krekkk!
Pintu terbuka, Haikal pun tersenyum kecil melihat adiknya yang baru saja selesai melaksanakan salat. "Hari ini Neng beneran mau sekolah? Emang kakinya udah gak sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh (SELESAI)
FanfictionSatu cerita yang selalu ia dengar dari sahabatnya selama enam tahun ini, berhasil membuatnya tertarik dan penasaran pada tokoh utama dalam cerita tersebut. *** Persahabatannya dengan Haikal yang terjalin selama enam tahun ini, membuat Kyuhyun harus...