Tringgg!
Tringgg!
Tringgg!
Tepat pada dering ketiga alarm yang berbunyi nyaring, Seohyun terbangun dari tidurnya. Tidak seperti biasanya, hal pertama yang langsung dicarinya adalah ponselnya. "Ya Allah, hape aku di mana?" gumamnya, melirik ke arah nakas di mana biasanya ponselnya ia letakkan di sana jika ingin tidur. Tapi, sekarang tidak ada. Aneh, pikirnya. Ia pun mencoba mengingatnya kembali, lalu menyadari satu hal.
"Astagfirullah, kok, bisa lupa gini," gumamnya seraya menyingkirkan bantal. Ia lupa jika semalam dirinya sengaja meletakkan ponselnya di bawah bantal. Khawatir ada panggilan ataupun sekadar pesan masuk yang ia tunggu semalam suntuk.
Helaan napas panjang keluar dari bibirnya. Seohyun menatap lirih layar ponselnya yang tak menampilkan notifikasi apapun. Ya, termasuk sang kakak. "Ya Allah, semoga gak ada apa-apa. Aa sama dia belum ngabarin, harusnya, kan, udah. Mereka berangkat dari sore, berarti malem udah sampe," gumamnya khawatir.
Seohyun melirik jam yang tergantung di dinding. "Aku mandi aja dulu, terus salat. Habis itu coba nelepon Aa lagi. Siapa tau nanti nomornya udah aktif," ucapnya, lalu bangkit berdiri, hendak meletakkan ponselnya di atas ranjang. "Hapenya aku bawa ke kamar mandi aja apa? Takutnya ada telepon, kan?"
Setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya Seohyun membawa serta ponselnya ke kamar mandi. Lagi-lagi itu merupakan hal baru yang untuk pertama kalinya ia lakukan. Ya, Seohyun pun cukup sadar jika saat ini dirinya sangat mengkhawatirkan sang suami. Sosok yang diam-diam mulai ia rindukan setelah beberapa jam mereka berpisah. Namun, dirinya masih terlalu malu untuk mengakui itu. Bahkan pada hatinya sendiri, ia belum berani jujur.
Suara dering ponsel, membuat suara gemercik air turut terhenti juga. Seohyun langsung keluar setelah memakai bathrobe-nya. "Aa nelepon? Kirain dia," gumamnya kecewa. Tidak ingin membuat kakaknya menunggu, akhirnya ia pun langsung menerima panggilan tersebut seraya tersenyum senang. "Assalamu'alaikum, Aa."
"Wa'alaikumussalam, Neng."
"Eum... Aa udah sampe?"
"Alhamdulillah, udah. Kalo gak salah sampenya sekitar jam duaan. Berarti kalo di sana jam dua belasan."
Seohyun melangkah seraya melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 04.05 pagi. "Kok, baru ngabarin? Padahal aku nungguin sampe jam dua belas, lho!" ucapnya, mendesah kecewa karena pria itu pun tak mengabarinya.
"Lho, emang Kyuhyun belum ngabarin kamu? Kirain mah udah, makanya Aa baru nelepon kamu sekarang. Apalagi Aa mikirnya jam segitu kamu udah tidur," jelas Haikal panjang lebar.
"Oh!" gumam Seohyun singkat, lalu memanyunkan bibirnya sebal. Sepertinya pria itu tidak berpikir, jika kini ada dirinya yang menunggu-nunggu kabar dari pria itu sebagai istri. Ia merasa kecewa, tapi juga merasa lega di saat bersamaan. Setidaknya ia tahu jika pria itu tiba dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh (SELESAI)
FanfictionSatu cerita yang selalu ia dengar dari sahabatnya selama enam tahun ini, berhasil membuatnya tertarik dan penasaran pada tokoh utama dalam cerita tersebut. *** Persahabatannya dengan Haikal yang terjalin selama enam tahun ini, membuat Kyuhyun harus...