14. Berpisah Sementara

120 26 3
                                    

Ketiga pria yang kini berdiri di depan pintu kamar bernomorkan sebelas itu terlihat beberapa kali melirik ke arah jam yang tergantung di tembok antara kamar tersebut dengan kamar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga pria yang kini berdiri di depan pintu kamar bernomorkan sebelas itu terlihat beberapa kali melirik ke arah jam yang tergantung di tembok antara kamar tersebut dengan kamar mereka.

"Gini, nih, ribetnya pergi sama para cewek. Apalagi ke acara-acara penting kayak gini, karena udah dipastikan dandannya pasti lama!" ujar Hanif yang berdiri di antara sang kakak dan sahabat kakaknya. "Huh! Sabar, Nif."

"Namanya juga cewek. Maklumin aja, Nif," ujar Kyuhyun, melirik sang adik.

Haikal pun turut mengangguk setuju, namun sedetik kemudian ia langsung meralatnya dengan menggeleng kecil. "Tapi... Seohyun itu bukan tipe cewek yang suka dandan. Sekalipun mau ke acara-acara kayak gini," jelasnya.

"Justru itu, Bang. Tangan ajaib Hanin pasti gak akan tinggal diam. Dia pasti gatel banget liat adek Abang yang gak dandan. Akhirnya dia akan dandanin Seohyun. Percaya, deh!" timpal Hanif.

Kyuhyun yang mendengarnya hanya tersenyum seraya mengangguk setuju.

Seketika pandangannya ketiga pria itu pun langsung tertuju pada gagang pintu yang bergerak turun, sebelum akhirnya terbuka lebar. Terlihat Hanin yang kini memapah tubuh Seohyun dengan hati-hati, lalu menutup pintu kamar dengan tangan kirinya, sekaligus menguncinya.

"Lho, kursi rodanya, kok, gak dipake?" tanya Haikal, bergegas menghampiri sang adik, lantas turut membantunya.

"Seohyun bilang dia udah bisa jalan. Terus kalo pake kursi roda takutnya malah jadi perhatian orang-orang di acaranya Bang Gilang," jelas Hanin.

"Emang bener udah kuat jalan? Nanti kaki kamu malah tambah sakit," ujar Haikal, menatap sang adik khawatir.

"InsyaAllah, kuat, kok, A. Eum... asal berdirinya jangan terlalu lama aja," jawab Seohyun, lalu tersenyum kecil.

"Padahal gak apa-apa pake kursi roda biar kaki kamu gak sakit," ujar Hanif, mulai sok akrab, hingga tatapan tajam pun didapatkannya dari Hanin.

Di saat yang lainnya mengkhawatirkan keadaan Seohyun. Satu orang ini justru sibuk mengamati penampilan gadis itu yang terlihat seperti seorang putri dari sebuah kerajaan. Dengan kesederhaan yang justru membuat gadis itu terlihat anggun sekaligus cantik. Balutan dress putih, ditambah aksen outer berwarna pink sebatas sikunya. Tak lupa dengan pasmina putih yang melilit di kepalanya hingga menutupi sebatas bagian dada. Ditambah juga dengan flat shoes putih bercorak bunga yang dikombinasikan sulam dan bead, menyatu menawarkan kesan mewah sekaligus feminim. Serta make up tipis yang membuatnya tetap terlihat cantik natural.

"Eheumm..." Sebuah deheman keluar dari bibir Haikal begitu menyadari pandangan sahabatnya yang hanya tertuju pada adiknya saja. "Iya, iya. Adek gue emang cantik. Tapi... gak usah diliatin sampe segitunya juga bisa, kan?" tanyanya tanpa basa-basi. Sengaja ingin membuat Kyuhyun malu karena sudah tertangkap basah olehnya.

Kyuhyun menoleh menatap Haikal, lalu tersenyum canggung. "Maaf...," gumamnya pelan, melirik gadis itu sekilas, lantas kembali mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Payung Teduh (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang