16. Obrolan Singkat

110 21 4
                                    

Kemarin malam setibanya di Jakarta Kyuhyun langsung menjaga neneknya di rumah sakit tanpa beristirahat, tentu saja terasa melelahkan untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemarin malam setibanya di Jakarta Kyuhyun langsung menjaga neneknya di rumah sakit tanpa beristirahat, tentu saja terasa melelahkan untuknya. Bayangkan saja, melakukan perjalanan pulang pergi dari Garut ke Pangandaran, lalu langsung dilanjut ke Jakarta, dan menginap semalam di rumah sakit. Syukurnya malam ini sang nenek sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah.

Awalnya Kyuhyun berpikir jika dirinya bisa beristirahat untuk melepas semua rasa lelahnya. Namun, semua itu hanya menjadi bayangannya saja. Kehadiran sosok yang tidak diharapakannya menjadi penyebab semua itu.

Sudah satu jam Kyuhyun mendengar celotehan seorang gadis dengan suara cemprengnya. Kupingnya pun mulai terasa panas, membuatnya tak tahan ingin melengos pergi sekarang juga. Namun, tatapan yang diberikan sang nenek membuatnya hanya diam.

"Abang, dari tadi, kok, diem aja? Eum... cerita aku gak seru, ya?" tanya Karin, melirik pria yang sudah dua tahun ini tak bertemu dengannya. "Abang, ihh!" panggilnya lagi sambil menyenggol lengan Kyuhyun yang duduk di sampingnya.

"Yeh, apaan, sih? Bisa gak, gak usah nyenggol-nyenggol gitu? Kita bukan mahram. Paham lo?" tanya Kyuhyun, menggeser tubuhnya ke ujung sofa.

"Ya, makanya... cepet halalin aku dong, Bang. Biar kita jadi mahram. Iya, kan, Eyang?" tanya Karin, lalu melirik nenek dari pria itu yang duduk bersandar di ranjang. Sebuah anggukan setuju pun didapatkannya dari sosok tersebut. Ia tersenyum senang, menatap Kyuhyun yang kini justru terlihat sangat kesal.

"Jadi, kapan, nih, kalian mau lanjut ke jenjang serius?" tanya Ningsih seraya melirik cucunya dan sosok gadis yang diinginkannya menjadi cucu menantu pertama di keluarganya. "Kyu, jawab."

Kyuhyun memejamkan matanya, lalu mengembuskan napas panjang, lantas kembali membuka matanya menatap sang nenek. "Eyang, aku sama Karin, kita berdua gak punya hubungan apa-apa. Dia udah aku anggap kayak adek aku sendiri. Lagi pula Karin juga pasti udah punya calon sendiri. Dan... aku... juga," jelasnya dengan penuh keberanian, menatap sang nenek gugup.

"Siapa?" tanya Ningsih langsung.

Tak ada jawaban.

Kyuhyun mengalihkan pandangannya pada adik perempuannya yang duduk di sisi ranjang, turut menatapnya.

"Kyuhyun, jawab. Siapa perempuan itu?" tanya Ningsih sekali lagi. Tapi, sang cucu enggan untuk menjawab. "Inget, Eyang gak akan mau nerima siapapun perempuan itu. Terkecuali pilihan Eyang sendiri, yaitu Karin."

Seketika ruangan tersebut menjadi hening. Tak ada yang berani untuk membuka suara. Terlebih Kyuhyun yang jelas-jelas baru saja mendapat penolakan secara tak langsung atas pilihannya. Begitupun dengan gadis itu yang menjadi tersangka utama. Memilih diam, tidak berani untuk menanggapi ucapan dari neneknya.

Hanin yang sejak tadi diam, akhirnya mulai memberanikan diri membuka suara. "Eum... Eyang. Abang itu, kan... cowok, ya. Jadi... wajar kalo misalnya Abang milih calon pilihannya sendiri. Menikah, kan, sekali seumur hidup. Jadi, kita harus menikah sama orang yang memang kita cintai. Iya, kan?" jelasnya dengan penuh keberanian.

Payung Teduh (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang