17. Menyampaikan Niat

107 26 5
                                    

Suara mesin mobil berhenti tepat di sebuah rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara mesin mobil berhenti tepat di sebuah rumah. Tak lama kemudian sepasang kaki keluar dari dalam sana. Kyuhyun menutup pintu mobil, berbalik menatap heran ke arah sebuah mobil yang terparkir tepat di depan mobilnya. "Lagi ada tamu, ya?" tanyanya, lalu memutuskan masuk ke dalam rumah. Begitu membuka pintu, langkahnya pun langsung terhenti saat mendapati ketiga orang sebagai tamu di rumahnya. Ia menyesal karena pulang lebih cepat dari acara reuni dadakan teman SMA-nya, yang membuatnya kini harus terjebak di tengah-tengah orang tersebut.

"Ehh... yang ditungguin pulang juga," ucap Tari, tersenyum menatap sosok yang sudah dua tahun tak dilihatnya.

Kyuhyun hanya tersenyum canggung menanggapi ucapan tersebut tanpa berniat membalasnya. Tidak sengaja pandangannya pun bertemu dengan tatapan sang nenek yang terlihat kesal padanya.

"Kyuhyun. Duduk sini," ucap Ningsih sambil menepuk-nepuk tempat kosong di samping kanannya, dan di samping kirinya ada Karin yang duduk di sana.

Kyuhyun beralih melirik ibunya yang justru malah memberi anggukan kecil. Memintanya untuk menuruti perintah sang nenek tanpa adanya bantahan. Ia pun mengalah, dan berakhir duduk di sana bergabung dengan nenek, ibunya, ayahnya, Karin dan orang tua gadis itu. Ah, kenapa tiba-tiba perasaannya jadi berubah tidak enak begini? Ada apa ini?

Ningsih langsung menepuk punggung tangan sang cucu yang berada di atas paha pria itu. "Kemarin malam Eyang minta kamu anterin Karin pulang ke rumahnya. Kenapa gak dianterin?"

"A—aku udah anterin dia, kok, Yang. Cuma... dia malah minta diturunin di halte bus. Bilangnya gak enak karena temennya udah terlanjur mau jemput dia. Tapi, Eyang malah kekeh mau aku yang nganterin Karin. Iya, kan, Rin?" tanya Kyuhyun, sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan agar dapat menatap gadis itu.

"I—iya, Eyang. Apa yang Abang bilang itu emang bener. Lagi pula temen aku itu juga emang deket sama Mama dan Papa. Iya, kan, Ma, Pa?" tanya Karin, menatap ibunya yang kini tersenyum.

"Iya. Eyang gak perlu khawatir kayak gitu. Vino itu temen kuliahnya Karin juga. Mereka berdua emang terbilang cukup deket," jelas Tari langsung.

Oh... jadi namanya Vino? Kalo temen kuliahnya Karin, berarti dia di bawah gue? Gak ada sopan-sopannya. Heran gue sama anak zaman sekarang, ck! batin Kyuhyun kesal. Kembali teringat akan pertemuannya kemarin malam dengan sosok temannya Karin yang cukup menyebalkan.

"Ya udah," ucap Ningsih, lalu kembali menatap cucunya. "Tapi, lain kali kalo kamu nganterin Karin pulang, harus sampe rumah. Sekalipun Karin nolak. Kamu, tuh, bisa-bisanya, ngebiarin calon istri pulang sama laki-laki lain."

"Ca—calon istri?" tanya Kyuhyun, memasang tampang terkejut. Ia pun menatap ayah dan ibunya penuh tanya. Namun, tidak menangkap raut terkejut di wajah kedua orang tuanya. Apa mereka telah membahas sesuatu sebelum kedatangannya? Luar biasa.

Ningsih pun tersenyum menatap yang lainnya. Ia menggenggam tangan sang cucu dengan tangan kanannya, dan tangan Karin dengan tangan kirinya. Senyum hangat kini menghiasi wajahnya yang sudah mengeriput, namun tetap cantik.

Payung Teduh (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang