18. Satu Kesempatan

141 20 10
                                    

Kyuhyun tahu jika kalimat yang keluar dari bibir neneknya memang bukan sekadar ucapan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kyuhyun tahu jika kalimat yang keluar dari bibir neneknya memang bukan sekadar ucapan saja. Tapi, menyimpan kesungguhan di dalamnya. Kemarin malam neneknya bilang ingin bertemu dengan gadis pilihannya. Dan siang ini, mereka baru saja tiba di kediaman sahabatnya yang baru dua hari ini ia tinggal.

Jujur, awalnya Kyuhyun pikir sang nenek hanya sekadar menantangnya. Namun, tidak, setelah pagi tadi sang nenek tiba-tiba saja meminta untuk dipertemukan dengan gadis pilihannya. Satu kesempatan berhaga yang tentu tidak akan ia sia-siakan.

Suara mesin mobil berhenti tepat di halaman sebuah rumah. Si pemilik rumah beserta dua orang lainnya kini sudah berdiri di teras. Bersiap untuk menyambut kedatangan tamu mereka yang sudah datang jauh-jauh dari ibu kota, Jakarta. Dengan persiapan serba mendadak, Haikal sedikit menyiapkan hidangan dengan bantuan kedua orang tua Shafiyah untuk sang sahabat yang datang bersama keluarganya. Seperti mau besanan, pikirnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Haikal bergegas menghampiri keluarga sahabatnya. "Eum... Eyang apa kabar? Sekarang udah baikan?"

"Alhamdulillah, udah," jawab Ningsih.

"Om... Tante...," sapa Haikal pada ayah dan ibu sahabatnya yang ternyata ikut.

"Kita datengnya dadakan banget, ya?" tanya Gina seraya tertawa kecil, lantas beralih menatap sepasang wanita dan pria paruh baya yang masih berdiri di teras rumah. Ia tahu jika orang tua dari sahabat putranya itu telah meninggal dunia. Lantas, siapa kedua orang itu?

"Eum... gak apa-apa, kok, Tante. Justru saya ngerasa senang atas kedatangan Tante, Om, dan Eyang," jawab Haikal.

Entin menyenggol lengan suaminya. "Abah, hayu atuh samperin ke sana."

Acep pun menangguk, lalu melangkah menghampiri keluarga dari pria yang sudah dikenalnya. "Assalmu'alaikum," ucapnya, bersamaan dengan istrinya.

"Wa'alaikumussalam."

"Eum... Ibu sama Bapak orang tuanya Nak Kyuhyun, ya?" Kini giliran Entin yang mulai membuka suara. Menatap sepasang suami istri yang sama sekali tak melepaskan rangkulan tangannya. Romantis. Berbeda dengan suaminya.

"Iya, kami orang tuanya Kyuhyun. Ini Ibu mertua saya, Eyangnya Kyuhyun," jawab Gina, melirik sang ibu mertua.

Ningsih tersenyum, menepuk-nepuk bahu cucunya. "Selama tinggal di sini, cucu Eyang pasti ngerepotin kalian."

"Enggak. Kyuhyun ini justru sering bantuin ke kebon gitu," jawab Acep.

"Mau belajar jadi petani kamu, Kyu?" tanya Rian, melirik putra sulungnya.

"Hitung-hitung menambah ilmu, Pa," jawab Kyuhyun seraya terkekeh kecil.

"Hayu, atuh, silakan masuk. Biar enak ngobrolnya di dalem aja," ucap Entin, mempersilakan yang lainnya masuk.

Payung Teduh (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang