Drrttt!
Drrttt!
Drrttt!
Drrt—
Kyuhyun buru-buru menyambar ponselnya yang tergeletak di atas nakas, khawatir membangunkan istrinya yang sudah terlelap sejak dua jam yang lalu. Seulas senyum terpatri di wajah tampannya begitu melihat reminder yang terpampang di layar ponselnya, bertuliskan 'Di hari ini aku menikahimu'. Bukan kalimat 'Happy Wedding Anniversary' yang biasa orang lain gunakan. Ia ingin selalu mengingat hari di mana dirinya menikahi seorang gadis, putri dari kedua orang tuanya yang berharga, dan adik dari seorang kakak yang begitu menjaganya dengan baik.
Pergerakkan ranjang membuat perhatiannya teralihkan, Kyuhyun menoleh ke kiri, menatap wanita yang sudah satu tahun ini berstatus sebagai istrinya. Ia kembali meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu berbaring menyamping ke kiri agar bisa melihat dengan jelas paras cantik yang sedang tertidur lelap bak putri salju yang menunggu kehadiran sang pangeran.
"Selamat hari jadi pernikahan, Istriku. Aku mencitaimu," bisik Kyuhyun lembut, lalu memberi kecupan dalam di dahi indah itu.
Kedua matanya terpejam saat teringat sosok yang sangat dirindukannya. Air mata pun tak terasa jatuh membasahi pipinya. Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan isakan agar tidak keluar dari sana, khawatir akan membuat sang istri terbangun.
Eyang... terima kasih, karena sudah memberi aku restu untuk menikahi wanita yang aku cintai. Wanita yang kini sedang mengandung darah daging aku, cicit Eyang, penerus yang akan mengirimkan doa untuk Eyang. Aku janji akan selalu menjaga keluarga kecil aku dan Seohyun. Eyang, semoga Allah mempertemukan kita kembali di surga-Nya. Aamiin...
Kedua matanya kembali terbuka, dan meninggalkan bekas pada bantal yang sedikit basah. Dengan gerak hati-hati Kyuhyun menyibak selimutnya, lalu beringsut turun dari ranjang, lantas kembali merapikan selimut agar sang istri tidak kedinginan. Kecupan kecil kembali ia berikan, kali ini di bibir mungil wanitanya. Namun, tidak berharap istrinya terbangun setelah dikecup olehnya, seperti dongeng Snow White.
Kyuhyun melangkah menghampiri meja kerja di sudut kamar sambil menyalakan lampu baca, lalu duduk di kursi dan menyambar slingbag miliknya. Ia mengeluarkan letter set motif sakura yang tadi sempat dibeli sang istri di Daiso.
Kyuhyun sedikit menggeser kursinya ke samping kanan agar tetap bisa melihat wajah cantik itu dengan jelas. "Sayang, Akang minta letter set-nya, ya? Makasih," bisiknya meminta izin.
Perlahan tangannya pun bergerak menyapukan tinta pena pada selembar kertas, di mana isi hatinya sedang dicurahkan untuk wanita di hadapannya yang sesekali ia tatap.
Kyuhyun menyentuh dadanya yang mulai berdebar, lalu mengembuskan napas untuk menetralisasi kegugupan yang dirasakannya saat ini. Rasanya sangat aneh. Padahal ia menulis surat untuk wanita yang sudah menjadi istrinya. Tapi, kenapa rasanya seperti sedang menulis surat untuk seorang gadis yang ia sukai? Membuatnya teringat dengan perasaan berdebar yang sama saat dulu sempat menulis surat untuk wanita itu. Surat yang tidak pernah sampai ke tangan pemiliknya yang saat itu belum ia tahu nama dan wajahnya.
Terlarut dalam lamunannya, membuat Kyuhyun tak menyadari panggilan sang istri untuk ketiga kalinya.
"Akang?"
"Heum?" gumam Kyuhyun, menatap dengan wajah terkejut melihat sang istri yang entah sejak kapan sudah terduduk, hendak menyibak selimut. "Neng, haus, mau minum? Biar Akang ambilin, ya."
Seohyun mengernyit melihat gelagat suaminya yang terkejut saat tersadar, pria itu bahkan buru-buru merapikan letter set yang tadi siang mereka beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh (SELESAI)
FanfictionSatu cerita yang selalu ia dengar dari sahabatnya selama enam tahun ini, berhasil membuatnya tertarik dan penasaran pada tokoh utama dalam cerita tersebut. *** Persahabatannya dengan Haikal yang terjalin selama enam tahun ini, membuat Kyuhyun harus...