Tercium aroma masakan yang berasal dari dapur yang masih menggunakan tungku (kompor tradisional). Seohyun langsung melangkah masuk dengan senyum di wajah cantiknya. "Ambu!"
Entin menoleh, menatap gadis yang kini menghampirinya ke dapur kotor di mana dirinya lebih suka memasak di sana. "Apa? Ke sini mau bantuin?"
Seohyun mengangguk antusias, lalu hendak mengambil alih teropong dari bambu untuk meniup api. "Eum... aku yang tiupin apinya. Ambu masak aja."
Entin menggeleng menolak. "Jangan atuh, Neng. Masa kamu udah cantik kayak gini terus mau kotor-kotoran? Ini biar sama Ambu aja. Nanti kamu mah bagian nganterin makanan buat Aa kamu sama temennya itu. Kasian kalo mereka harus repot masak dulu buat sarapan."
"Eh? Harus... aku Ambu?"
"Ya... iya. Masa Teteh kamu? Dia, kan, malu kalo ketemu sama Aa kamu."
Seohyun terdiam, lalu memanyunkan bibirnya sebal. "Aku juga malu... sama temennya Aa itu," ucapnya mengaku.
"Kenapa harus malu? Dia, kan, temen Aa kamu. Anggap aja kayak Aa kamu juga. Ya... kecuali kalo kamunya bogoh sama dia," goda Entin pada Seohyun. (Suka)
"Ihh... Ambu teh apaan, sih? Aku, kan, masih kecil. Masa bobogohan segala?" (Pacaran)
"Sekadar suka mah gak apa-apa atuh, Neng. Jangan pacaran aja, kalo jodoh, ya, langsung menikah. Itu lebih baik."
Deg!
Tiba-tiba saja dada Seohyun berdebar saat mendengar kata 'jodoh'. Teringat kembali dengan ucapan pria itu yang mengatakan mungkin mereka berdua berjodoh. Ia merasa sebal akan sikap pria itu yang sok akrab, seakan-akan mereka sudah lama saling mengenal.
"Eh... anak gadis teh pagi-pagi malah ngelamun. Ambu curiga kamu emang beneran suka sama temennya Haikal."
"Ihh... Ambu, udah, ah! Jangan bahas soal itu lagi. Aku juga gak suka sama dia. Orang nyebelin kayak gitu, kok!"
"Tuh, baru sehari ketemu kamu udah menyimpulkan kalo dia itu nyebelin."
"Emang nyebelin. Buktinya kemarin malem aja dia sok skrab sama Abah sama Ambu. Apa itu gak nyebelin?"
"Ada pribahasa. Tak kenal maka tak sayang. Jadi, coba kenalan dulu. Ya... siapa tau Aa kamu itu emang berniat untuk jodohin kamu sama temennya."
"Ambu, udah!" potong Seohyun sebal.
"Iya, iya. Maaf. Habis Ambu heran aja sama kamu. Soalnya kamu kayak gak pernah cerita tentang cowok."
Seohyun tak berniat untuk meladeni ucapan wanita paruh baya itu lagi. Ia baru tahu jika rasanya digoda karena seorang pria itu tidak enak dan tidak nyaman juga. Tapi, selama ini dirinya selalu menggoda Shafiyah dengan sang kakak. Mungkin ini balasannya.
"Neng?"
Tak ada jawaban.
Entin menggelengkan kepalanya kecil karena panggilannya diabaikan oleh gadis itu. Ia langsung mengangkat peyek yang sudah sedikit menguning sebagai tanda sudah matang, lantas menepuk bahu Seohyun yang masih melamun. "Neng!" panggilnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh (SELESAI)
FanfictionSatu cerita yang selalu ia dengar dari sahabatnya selama enam tahun ini, berhasil membuatnya tertarik dan penasaran pada tokoh utama dalam cerita tersebut. *** Persahabatannya dengan Haikal yang terjalin selama enam tahun ini, membuat Kyuhyun harus...