27. Menjeda Waktu

204 29 5
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu telah menunjukkan pukul 21.30 malam. Artinya sudah tujuh belas jam berlalu setelah kepergian almarhumah sang nenek tercinta. Bagi Kyuhyun ini seperti mimpi yang rasanya masih sulit untuk dipercaya jika nyatanya ini benar-benar terjadi. Seperti kehilangan separuh jiwanya, ia hanya mampu terbaring lemah di atas ranjangnya. Tiba-tiba terdengar suara decitan pintu yang terbuka, namun dirinya merasa enggan untuk membuka matanya yang terpejam.

Seohyun masuk ke dalam kamar pria itu, mendapati suaminya berbaring di atas ranjang dan membelakanginya. Setelah kepergian nenek mertuanya, mereka langsung pulang ke Jakarta untuk mengantarkan sang nenek ke peristirahatan terakhirnya.

"A... makan dulu, yuk!"

Kedua mata Kyuhyun refleks terbuka saat mendengar suara istrinya, lalu ia pun membalikkan tubuhnya ke kanan.

Seohyun mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang, lalu meletakkan nampan di atas pangkuannya. "Makan dulu, ya."

Kyuhyun pun bangkit terduduk seraya mengusap air matanya yang tersisa di pelupuk matanya. "Eh? Iya...," ucapnya seraya tersenyum kecil. Pandangannya pun beralih melirik sepiring nasi yang dibawa oleh gadis itu. "Eum... kok, bisa tau kalo ini makanan kesukaan aku?"

"Iya... Mama yang siapin. Terus minta aku buat anterin ini ke kamar," jawab Seohyun seraya melirik piring dengan beberapa lauk kesukaan suaminya itu. "Ya udah, kalo gitu sekarang Aa makan, ya? Seharian ini, kan, Aa belum makan."

Kyuhyun menggeser tubuhnya, duduk di sisi ranjang di samping sang istri. Ia kembali tersenyum, "Eum... makannya nanti aja, ya? Belum laper juga. Boleh?"

Seohyun menggeleng, "Harus makan sekarang. Nanti... Aa sakit," tolaknya, lalu beralih memperhatikan kedua mata pria itu yang terlihat sembab. "Aa habis nangis lagi, ya? Matanya jadi makin sembab," ucapnya lirih dengan perasaan sedih.

Tanpa berniat untuk menyangkalnya, Kyuhyun mengangguk kecil. "Rasanya masih gak percaya aja kalo sekarang Eyang udah gak ada di sini sama kita," ucapnya, lalu menghela napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya lagi. "Bahkan rasanya aku mau tidur, terus berharap besok pagi semua ini cuma mimpi. Tapi, kenyataan udah jelas terjadi, kalo Eyang... udah gak ada."

Seohyun menundukkan kepalanya saat teringat kembali dengan kepergian sang ayah. Tak terasa sudah tujuh tahun berlalu, dan rasanya baru kemarin ia pulang dari sekolahnya dengan piala di tangannya. Senyum bahagianya pun sirna saat sang kakak menghampirinya dan langsung memeluknya erat seraya berbisik jika sang ayah telah tiada. Tak terasa air matanya pun turun membasahi kedua pipinya saat rasa sedih kembali menghampirinya.

Indera pendengarannya menangkap isakan kecil yang tiba-tiba saja keluar dari bibir gadis di sampingnya. Tanpa berpikir panjang Kyuhyun langsung menyentuh kedua pipi Seohyun yang membuat tatapan mereka bertemu. Benar, gadis itu menangis. Tapi, ia tidak tahu alasannya "Kenapa? Kok, tiba-tiba nangis? Apa aku nyakitin kamu? Karena aku gak mau makan sekarang, iya?"

Payung Teduh (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang