Rencana awal yang ingin belajar bersama malah berakhir menjadi acara makan-makan dadakan di salah satu rumah dari keenam murid. Tidak seru memang jika berkumpul dengan teman tapi tidak membuat makanan.
Di saat teman-teman perempuannya sedang sibuk memasak di dapur, dan teman laki-lakinya sedang memanjat pohon kelapa di belakang rumah. Seohyun justru sibuk belajar sambil menjaga warung. Ia merasa sudah tertinggal jauh oleh teman-temannya yang lain.
"Satu soal lagi. Semangat, Seohyun!" ujar Seohyun sambil menyemangati dirinya sendiri. Perhatiannya tiba-tiba teralihkan pada pulpen di genggaman tangannya. Teringat akan kejadian siang tadi di mana pria itu memainkan pulpennya di sekolah.
"Kalo pacar, sih, gak punya. Tapi, kalo untuk calon istri, sih, InsyaAllah, udah ada."
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalanya, bahkan hampir membuat minatnya hilang pada soal yang kini sedang dikerjakannya. Seohyun pun menggelengkan kepalanya berulang kali untuk membuang pikirannya.
"Assalamu'alaikum."
"Astagfirullah hal adzim. Ini pasti gara-gara aku mikirin ucapan dia, makanya jadi kayak denger suara dia gini," batin Seohyun sambil memukul kepalanya pelan seraya memejamkan mata kuat.
"Jawab salam wajib, lho!"
Kedua matanya terbuka, menatap tak percaya sosok yang entah sejak kapan berdiri di hadapannya. Jadi, ini bukan perasaannya saja? Atau parahnya lagi Seohyun justru sampai berhalusinasi jika pria itu ada di hadapannya?
"Assalamu'alaikum."
"Wa—wa'alaikumussalam," jawab Seohyun dengan suara terbata. Ia menelan ludahnya serat seraya bangkit berdiri. Bagaimana bisa pria itu datang tepat di saat pikirannya dipenuhi oleh sosok itu?
Kyuhyun tersenyum lembut setelah mendengar suara gadis itu, bahkan hampir tertawa melihat raut terkejut yang ditunjukkan Seohyun padanya. "Lagi belajar?" tayanya berbasa-basi seraya melirik buku yang tergeletak di atas meja. Ia tersenyum melihat pulpen di genggaman tangan gadis itu. Ah, apa Seohyun bisa mengerti kode yang siang tadi ia berikan? Ya, semoga saja.
"Eum... maaf, ada perlu apa?" tanya Seohyun dengan penuh keberanian.
Kyuhyun menggaruk pelan hidung bangirnya seraya berpikir. Tiba-tiba saja ia lupa dengan tujuan awal dirinya datang ke sini. "Eum... ada gula, gak?" tanyanya spontan dengan nada gugup.
"Gula apa?"
"Gulaaa— adanya gula apa?"
"Gula merah atau gula putih?"
"Oh... ya udah, gula putih aja."
Tanpa banyak bicara Seohyun pun melangkah menghampiri rak yang penuh dengan sembako. Saat hendak mengambil gula putih, tiba-tiba dirinya terdiam. "Gulanya berapa? Seperempat, setengah atau satu kilo?" tanyanya seraya membalikkan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh (SELESAI)
FanfictionSatu cerita yang selalu ia dengar dari sahabatnya selama enam tahun ini, berhasil membuatnya tertarik dan penasaran pada tokoh utama dalam cerita tersebut. *** Persahabatannya dengan Haikal yang terjalin selama enam tahun ini, membuat Kyuhyun harus...